3

1K 52 0
                                    

"What... happened..."

Ucapan itu membuat Joe menoleh dan matanya langsung bertemu Caleb yang tampaknya baru saja pulang dari kantornya atau mungkin dari apartemen kekasihnya? Caleb memang sering tidak ada di rumah. Dalam satu minggu, Joe hanya akan melihat kehadiran Caleb tiga kali saja. Joe tidak peduli dan ia malah merasa senang Caleb pergi, sebab itu artinya ia bisa menguasai penthouse yang luas dan mewah ini. Lagi, ia juga bisa membawa Sarah sesukanya ke penthouse ini dan melakukan seks di mana saja.

"What happened to your hair?" ucap Caleb lagi, setelah akhirnya menemukan suaranya dari keterkejutannya.

"Why are you so surprised. Calm down. I'm still Joe," ucap Joe sambil tertawa dan membuat sandwich untuk lapar tengah malamnya.

Caleb terkejut bukan karena ia mengira Joe orang lain, tetapi karena penampilan gadis itu malam ini. Rambut Joe dipangkas hingga menjadi pixie cut membingkai wajah mungilnya, membuatnya terlihat jauh lebih muda dan... menggemaskan. Malam itu, Joe pun hanya memakai kamisol tipis berwarna putih satin yang pendeknya bahkan hanya mencapai pertengahan paha. Joe juga memakai kaos kaki putih yang tingginya sampai di pertengahan betisnya. Joe yang memotong rambut membuat penampilannya langsung berubah 180 derajat dan penampilan yang baru ini sangat cocok untuk gadis itu. Gadis itu sudah memiliki wajah feminim yang terkesan imut, bertubuh pendek dan cukup berisi, sehingga mau berdandan sepria apa pun, Joe akan tetap terlihat lucu. Gadis itu terlihat seperti kelinci kecil.

Dan... Caleb menyukainya. Tunggu apa?

"Are you okay?" tanya Joe kebingungan.

"What?" ucap Caleb, tersadar dari lamunan tidak senonohnya.

"Aku memanggilmu tiga kali, Sir."

"Oh... I'm fine. Just thinking," balas Caleb sambil meletakkan jas dan tasnya di atas pantry, lalu berjalan ke arah kitchen island. Ia meraih gelas yang letaknya tepat di atas tubuh Joe yang masih membuat sandwich. Tubuhnya tak sengaja menempel di tubuh Joe dan Caleb merasakan kelembutan tubuh kelinci gadis itu. Joe mendongak dan menyadari Caleb meraih gelas. Ia mendongak lagi dan Caleb menunduk hingga kini tatapan keduanya bertemu.

"Sandwich?" tanya Joe santai.

"Okay," balas Caleb seadanya.

Joe masih menyusun sandwich itu dan menyadari tubuh Caleb masih berada di belakang tubuhnya. Tangan pria itu masih mengurungnya. Bahkan tubuh Caleb masih menempel di tubuhnya dan jika Joe bergerak maka punggungnya akan bergesekan dengan tubuh Caleb yang keras dan kekar. Mengapa pria itu berdiri begitu lama di belakangnya, bukankah sudah selesai?

"Kau menunggu sandwich?" tanya Joe lagi sambil mendongak.

"No."

"Kenapa masih berdiri di situ?"

"Oh sorry... my bad," balas Caleb sambil menjauh.

"Kau sangat lelah sepertinya," ucap Joe sambil tertawa dan memberikan sandwich itu pada Caleb.

"You're so small," gumam Caleb tiba tiba.

"Compared to you? Yes it is, but actually I'm not that small," balas Joe dengan santai tetapi sebenarnya ada kesinisan di sana.

"Kenapa memotong rambutmu?" tanya Caleb sambil menatap Joe yang tengah memakan sandwichnya lamat-lamat.

"Sarah bilang dia menyukai wanita yang maskulin," jawab Joe sambil menggidikkan bahunya.

"Apa?"

"Oh maaf, aku belum memberitahumu, Sir. Sarah adalah pacarku," balas Joe dengan nada bangganya dan senyumannya yang manis.

"Oh... what?" Caleb semakin kebingungan di tempatnya. Joe tertawa melihat wajah bingung Caleb. Sikap dan penampilan Joe yang ini sangat berbeda dengan pertama kali mereka bertemu dan terlebih Caleb sangat menyukai Joe versi inu.

"Aku lesbian."

"Oh... no wonder..." ucap Caleb lagi mulai mengerti mengapa Joe sangat verbeda dari perempuan yang lain. Gadis itu tidak menunjukkan ketertarikan sama sekali padanya karena dia lesbian.

Joe meletakkan sandwichnya di piring di sebelahnya, kemudian menumpukan kedua tangannya di kitchen island, berusaha untuk naik dan duduk di atasnya. Namun, ia terlalu pendek dan tangannya terlalu lemah untuk menahan bobot tubuhnya, hingga ia kembali merosot dengan memalukan.

"Butuh bantuan?" tanya Caleb yang dijawab anggukan tanpa sungkan dari Joe. Caleb mendekati Joe, kemudian memeluk pinggang gadis itu. Joe menggenggam pundak kuat Caleb sebagai tumpuannya. Dan dengan kekuatan pria itu, Joe dinaikkan dengan mudahnya ke atas kitchen island itu. Tangan Caleb sangat besar, sebab pria itu seolah bisa melingkupi pinggangnya hanya dengan ruas jari pria itu. Caleb sendiri mulai merasakan tubuhnya kian panas sebab tubuh Joe benar benar menggemaskan seperti kelinci. Inilah yang dia maksud dengan feminin dengan kesan maskulin. Preferensinya.

"Woah, tato ini sangat keren, Sir," ucap Joe bersemangat sambil menggeser kerah Caleb sedikit untuk mengintip tato pria itu. "Aku juga ingin," ucap Joe dengan matanya yang berbinar.

"No," balas Caleb dominan, membuat Joe kebingungan. "I mean... Sarah tidak akan menyukai tato di tubuhmu."

"You're right... but still that looks hella awesome," ucap Joe berniat ingin menyentuh tato itu, tetapi tangannya langsung ditahan dan dicengkeram dengan kuat oleh Caleb.

"Oh... right... aku lupa. Apakah aku akan didenda 500 thousand, Sir?" tanya Joe dengan wajah meringisnya.

Caleb ingin menjawab, tetapi tak ada kata kata yang keluar. Pria itu menghembuskan nafas berat sambil melepaskan tangan Joe dari genggamannya. "Just don't touch me," balas Caleb serius.

"Karena aku perempuan? Ternyata Anda sealergi itu pada perempuan," canda Joe dengan wajah mencercanya.

"It's not like that, Bunny," gumam Caleb dengan tatapab dalamnya pada Joe.

"Then what is it, Honey," ejek Joe, dengan tawa hangatnya.

"If you touch me..." Caleb menggantung ucapannya, menatap bibir Joe. "...you dont want to know what happen next," lanjut Caleb sambil membalikkan tubuhnya dan meninggalkan Joe.

"Wait, what? Sir! You can't leave me like this!" seru Joe panik. "Ini cukup tinggi, bagaimana aku bisa turun. Sir! I need your help!"

"Figure it out yourself, Bunny."

UNBREAKABLE ARRANGEMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang