64. WELCOME BABY [END]

88.3K 1.7K 61
                                    

haiiii, let's gowww
- 𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 シ︎

"Anin butuh istirahat sebentar, kamu tenang dulu."

Kini Erlan dan yang lain menunggu di luar, sementara Anin masih di bersihkan dan bisa di temui kembali ketika sudah di pindahkan ke ruang inap bersama anaknya.

"Kamu juga harus bersih bersih, nanti biar Mama yang siapin baju buat kamu."

Erlan mengangguk untuk kembali ke hotel, sambil menunggu Anin ia akan pulang sebentar, mandi, lalu berganti pakaian. Gimana dia tidak cemas Anin tiba tiba drop. Dunianya seakan berhenti berputar begitu saja, tetapi setelah dokter menjelaskan, Erlan baru bisa meredakan emosinya bahwa Anin hanya pingsan.

"Ini Anin beneran gak kenapa kenapa kan?" tanya Agnes.

"Enggak, dia cuma pendarah ringan, kita sabar aja," balas Lexa yang ingin segera bertemu Anin melihat kondisi yang sebenarnya.

"Jantung gue hampir copot denger Anin tiba tiba drop!" punggung Devan merosot di kursi tunggu bersama yang lain.

"Apalagi si Erlan, jelas di depan mata dia gimana gak shok," ucap Mahen.

Erlan terdiam, otaknya berputar memikirkan kondisi Anin dan berharap benar jika Anin hanya pingsan tak lebih dari itu, iyakan?

Erlan bangkit melangkah di depan ruangan, dari luar dia melihat anaknya yang sekarang di dalam ruangan masih di kenakan baju tidak berhenti menangis itu, tangisannya masih bisa ia dengar samar samar, tapi sayang tidak bisa melihat langsung anaknya seperti apa.

"Papa sayang kamu nak, nanti kita ketemu setelah buna pindah ke ruang inap ya."

***

Beberapa jam berlalu, sekarang Anin sudah di pindahkan ke ruang inap. Setelah menjadi ibu perempuan itu ber-aura semakin cantik, segar, bahkan sudah bisa duduk bersandar di atas brankar memancarkan senyuman bahagia di sambut teman temannya.

Rasa sakit yang di lewatinya sungguh perjuangan yang tidak sia sia, Anin bisa cepat melupakan rasa sakit itu ketika dokter mengatakan bahwa anaknya lahir dengan selamat.

Selama di ruang bersalin Anin benar benar belum melihat anaknya seperti apa, mirip siapa, berjenis kelamin apa, jadi Anin tidak sabar menunggu bayi datang dan membuktikan itu semua.

Resmi menjadi ibu muda, Anin merasakan rasa kasih sayang penuh pada anaknya, bukan lagi memikirkan diri sendiri, tapi memikirkan bagaimana anaknya tumbuh, berkembang, dan bahagia selalu kedepannya.

Dari ambang pintu Erlan berlari langsung memeluk bidadari cantik, mendekapnya hangat, mencium pucuk kepalanya penuh rasa haru, senang. Sempat berpikir kalo Anin tidak akan pernah kembali, tapi nyatanya tuhan selalu baik.

"Maaf Nin... maaf..."

Anin membalas pelukan itu sambil tertawa kecil. "Cup cup cup, cengeng banget sih? Dari tadi nangis terus hm? Aku udah gak kenapa napa sayang."

"Enggak bisa, aku merasa bersalah." Erlan semakin terisak menangis di depan teman temannya, sungguh bukan Erlan yang cool, sangar, anti nangis.

"Udah kapok nih sekarang udah bikin aku gini?"

Erlan menggeleng di lekukan leher Anin membuat yang lain menertawakannya, apalagi orang tua yang gemas melihat mereka.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ERLANGGA✔️Where stories live. Discover now