HELENA

8.5K 139 12
                                    

Helena termenung. Menatap naskah yang tengah dipegangnya.

Dia harus melakukan apa?

Ciuman?

Wanita itu mendengus. Menarik nafasnya dalam-dalam lalu membuangnya dengan kasar.

Dia memang sedang terpojok sekarang dan tidak bisa memilih-milih pekerjaan apa yang bisa dia lakukan sebagai seorang aktris.

Tapi tidak begini juga!

Mata wanita itu memutar dengan kesal.

Padahal dia sudah bilang ke managernya jika adegan ciuman, pelukan dan skinship lainnya mohon untuk dihilangkan dalam skenario bagiannya. Lengkap dengan wajah memelas miliknya yang sebelumnya tak pernah gagal, tapi sepertinya dia harus menelan ludah pahit lalu melempar pandangan meminta tolong kepada managernya yang memasang wajah polos tak bersalah itu.

"Kamu harus melakukannya, Helen. Adegan itu tak bisa dihilangkan dan akan menjadi salah satu penentu penting di alur cerita. Tidak melakukannya sama halnya kamu menghilangkan benang merah dalam cerita ini." Managernya, Carol, menghela nafas kemudian karena sama sekali tidak bisa menolong Helena yang sedang kesusahan di depannya ini.

Tapi... tapi...hiks.

Helena seakan ingin menangis sekarang juga sambil berpikir untuk membatalkan kontrak kerjasamanya.

Dia ingin menghilang dan tak ingin bertemu dengan pria menjengkelkan yang mungkin saja sedang menyeringai di ruang peristirahatannya.

Sialan!

***

Helena melotot saat menatap Leo yang berada di depannya yang sedang menyeringai seperti apa yang dipikirkan Helena tadi.

Sial! Benar-benar sial!

Memikirkan untuk berciuman dengan lelaki ini saja sudah membuat Helena muak! Sekarang dia malah di paksa untuk latihan ciuman dengan laki-laki ini!

Ciuman! Helena berteriak merana.

Kalian tahu apa artinya? Dia harus melakukan ciuman bibir berulang-ulang kali dengan pria yang Helena anggap brengsek ini sampai dirinya tidak kaku!

"Apa lihat-lihat?" Helena menghardik. Memasang posisinya untuk mengeluarkan semprotan selanjutnya untuk pria yang ada di hadapannya ini. Jika saja lelaki itu tidak menyeringai dengan jahil.

"Apanya? Aku hanya melihat keteganganmu." Leo terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan geli saat melihat Helena seperti ingin mencakarnya. "Kenapa kau kaku sekali?" Pria itu berjalan mendekat dengan pelan untuk menghapus jarak antara dirinya dengan Helena yang tercipta karna wanita cantik itu mendorongnya tadi. "Apa..., karena ini ciuman pertamamu? Dan aku mengambilnya. Makanya kamu marah?" Saat posisinya sudah sampai di depan wanita menyisakan jarak sejengkal saja, Leo mengulurkan tangannya untuk meraih dagu Helena yang masih merengut.

"Brengsek!" Helena menepis lalu menggeram jengkel dengan godaan mengejek Leo kepadanya. Dan sialnya, pria itu 100 persen benar.

Ini memang ciuman pertamanya. Dan yang harus Helena sesalkan, kenapa malah pria brengsek seperti Leo yang mendapatkannya.

"Wow...Wow! Easy girl! Aku hanya asal bilang. Walaupun itu memang ciuman pertamamu, takkan ada artinya bagiku. Karna kita berdua hanya berkerja. Kita profesional." Leo tidak tersenyum lagi saat mengatakannya. Dia menatap mata Helena dengan dalam seolah mengisyaratkan bahwa apa yang pria itu katakan adalah benar adanya.

Dan Helena percaya. Sedikit. Helena meringis dalam hati.

Mungkin benar apa yang dikatakan oleh Leo. Mereka hanya berkerja. Tak perlu bawa perasaan akan hal itu. Dan dia sebagai peran utama wanita, harus menunjukkan bahwa dirinya profesional.

"Mari kita berkerja sama agar latihan kita ini lekas selesai lalu kita bisa mengambil adegannya dan akhirnya kita semua bisa pulang untuk beristirahat." Leo mengangguk sekali lagi untuk menyakinkan Helena yang sepertinya sudah mulai tenang karena terpengaruh olehnya.

"Untuk itu, kamu harus tenang. Ikuti aku dan aku akan membimbingmu. ingat, lakukan ini agar semuanya berjalan dengan lancar. Kita bisa pulang dengan cepat dan tidak perlu lembur untuk adegan yang tidak penting ini. Oke?"

Helena otomatis mengangguk sambil menatap Leo yang lebih tinggi darinya.

Seperti apa yang dikatakan oleh Leo barusan, pria itu benar, mereka hanya berkerja dan sebagai junior yang tidak tahu apapun soal akting, Helena hanya perlu mengikuti bimbingan Leo sebagai senior yang berada jauh di atas levelnya.

"Sekarang, pejamkan matamu saat aku mulai mendekat dengan perlahan. Lalu ikuti gerakan bibirku." Leo berbisik saat jarak wajah mereka semakin menipis menyisakan sela demi sela untuk nafas mereka saling bersahut. diikuti oleh mata Helena yang mulai terpejam sesuai intruksi Leo kepadanya.

Helena menahan nafas saat sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya. Terasa lembab dan menggelitik di atas bibirnya yang masih tertutup dengan rapat.

Perasaan aneh yang membuatnya merinding tiba-tiba saja melingkupi tubuh wanita itu. Pikirannya kosong. Dia bahkan lupa caranya untuk bernafas jika tangan Leo tidak menyentuh lengannya untuk semakin menghapus jarak mereka.

Helena tercekat. Jantungnya berdegup dengan cepat dan perutnya terasa kaku.

Apa yang dia rasakan? Entahlah, Helena sendiri tidak tahu karena perasaan ini asing baginya.

Dia bahkan melenguh saat lidah Leo bergerak untuk menjilat bibirnya yang masih tertutup dengan rapat. Membuat bibirnya terbuka perlahan dan membuat Leo semakin memperdalam ciumannya.

Bibirnya dilumat habis-habisan. Dia bahkan bisa merasakan lidah Leo yang bergerak dalam mulutnya untuk menggoda lidahnya yang sedari tadi masih kaku tidak tahu harus melakukan apa.

"Lumat bibirku, sayang." Leo berbisik di sela-sela lumatannya pada bibir Helena yang habis-habis dikulumnya. Lalu menutut dengan paksa agar Helena menggerakkan bibirnya sendiri untuk membalas ciuman dalamnya.

Helena terengah. Sesuatu dalam dirinya menjadi menggebu-gebu menginginkan lebih.

Lalu sebelum akal sehatnya semakin hilang lagi, Leo melepaskan ciuman mereka dan mengambil langkah menjauh sambil menyeka bibirnya yang terlihat basah.

Pria itu menyeringai dan Helena bisa melihatnya dengan jelas melalui kedua matanya.

Tak ada lagi raut serius milik pria itu yang sempat dia perlihatkan pada Helena digantikan dengan seringai kekanak-kanakan yang membuat murka Helena kembali sampai ke ubun-ubun.

Brengsek!

Brengsek!

Brengsek!

***

FIN

Jeng jeng jeng!!

Aku datang gaes! Udah balik dari hiatus nih! Siapa yang kangen, acung tangan!?

Hehehe. Ngga ada ya :p

BTW gaes. Ini cerita baru ya yang bakalan rilis beberapa hari kemudian sambil aku edit2 cerita daddy? nih.

Btw lagi, Cerita Daddy? bakalan di hapus secara perlahan mulai besok ya. Jadi yang belum baca, monggo. Mumpung ceritanya masih ada terpampang dengan nyata.

Nanti kalau udah di hapus, ngga boleh minta di reupload ya :p

Udh gitu aja dulu.

Sampai ketemu di cerita dengan judul Helena ya! Kalian harus baca! >:(

BYEBYE

Heraseyou :*

OneShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang