Chapter 2
“Dasar payah, baru saja kamu mendapat kesempatan tetapi kamu malah terbaring seperti ini.” Kata Mika sambil melipat tangannya.
“Wajar bagi mereka yang baru saja cidera untuk mengalami demam tidak lama sesudah itu.” Kataku sambil berbaring diranjang di dalam kamarku. “Kamu sendiri kenapa kesini? Mungkin saat ini Kazuya sedang mandi, kamu tidak ingin melihatnya?”
“Memangnya aku tampak seperti orang yang suka mengintip orang lain?!” Mika tampak marah namun untuk sesaat ia terlihat melirik ke kamar Kazuya yang terlihat dari jendela kamar.
Aku tidak tahu aturan yang jelas didalam dunia hantu tetapi Mika bukan seperti hantu yang terikat pada suatu tempat atau benda tertentu. Ia berada dimana Kazuya berada. Karena rumah Kazuya dan rumahku bersebelahan, bahkan jendela kamar kami saling berhadapan, maka sepertinya kamarku termasuk wilayah yang dapat ia masuki sesuka hatinya.
“Aku kesini karena aku kesal tahu! Kamu lupa kalau siang ini seharusnya kita membahas bagaimana kamu akan mengungkapkan isi hatimu pada gadis itu?!”
“Aku tidak lupa…” Perasaan berdebar-debar kembali muncul ketika Mika menyinggung mengenai Airi. “Tapi mau bagaimana lagi, dokter menyuruhku beristirahat berberapa hari.”
“Dasar. Ya setidaknya kamu dapat diuntungkan dengan sakitmu ini”
“Apanya yang untung?” Kepalaku terasa pusing ketika aku menanggapi Mika dengan emosi.
“Kamu itu tidak mengerti perasaan wanita ya? Kalau kamu sampai sakit karena dirinya, maka mau tidak mau gadis itu akan memikirkanmu. Bahkan mungkin merasa berdosa hingga ia merasa berhutang budi padamu. Itu akan mempermudah kamu untuk mendapatkan persetujuan ketika kamu menyatakan cinta nanti.”
“Kalau begitu ia menerimaku hanya atas dasar balas budi?” Mungkin karena naif, aku sama sekali tidak suka dengan pemikiran itu. “Aku tidak mau itu. Aku mau kalau ia menerimaku karena memang karena siapa diriku.”
“Kamu itu bodoh ya? Urusan apa ia mencintaimu atau tidak itu dipikirkan nanti saja. Cinta dapat tumbuh kemudian, tapi kesempatan untuk bersama orang yang kamu sukai tidak setiap hari ada. Buktinya, sudah berapa lama kamu suka dengan gadis bernama Airi itu? Sebelum kejadian kemarin berapa sering kamu sekedar berbicara dengannya?”
Aku tidak dapat membalas argumen Mika. Sekeras apapun aku berusaha, belum tentu aku akan mendapatkan kesempatan seperti ini lagi. Namun, aku tidak dapat mengusir perasaan tidak enak dihati jika aku berhasil hanya karena kasihan.
“Kamu sendiri, bagaimana kamu dan Kazuya akhirnya berpacaran?” Kataku berusaha mengalihkan arah pembicaraan.
“Mudah saja, aku dan Kazuya sudah berteman sejak kecil. Kami sudah bersama sejak taman kanak-kanak. Pada kelas enam aku dan keluargaku harus pindah. Ketika kami bertemu kembali saat upacara awal masuk sekolah, aku langsung memintanya menjadi pacarku karena tidak ingin berpisah lagi dengannya.”
“Hanya begitu saja?” Aku tidak percaya.
“Apa yang kamu harapkan? Aku dan kazuya sudah sejak awal diciptakan untuk bersama.” Aku dapat melihat wajah Mika berseri-seri. “Karena itu aku tidak akan membiarkan orang lain merebutnya dariku.”
“Dengan sifatmu kupikir kamu mengikuti Kazuya sepanjang hari hingga dia akhirnya menyerah.”
“Kamu pikir aku serendah itu?!” Mika menjadi marah.
Ia mengambil berberapa buku dari meja belajarku kemudian melemparnya ke arahku. Ia baru berhenti ketika terdengar suara teriakan ibuku dari bawah yang bertanya apa yang kulakukan hingga menimbulkan suara berisik. Mika, masih marah, melayang keluar menembus jendela kamar menuju kamar Kazuya. Ia sepertinya lupa tujuan awal muncul dikamarku. Bagus buatku, karena aku tidak tahu sama sekali bagaimana aku akan mengatakan perasaanku terhadap Airi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wasurenagusa
RomanceApa sebenarnya cinta sejati itu? Setiap orang tentu memiliki penafsirannya masing-masing. Bahkan, ada yang kembali dari dunia lain atas nama cinta. Apa yang akan terjadi ketika seorang pemuda bertemu dengan hantu seorang gadis yang rela melakukan ap...