Tujuh Belas

1.4K 113 13
                                    

"Begadang lagi lo? Matanya sampe merah gitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Begadang lagi lo? Matanya sampe merah gitu." Lavanya menunjuk mata Nadila yang memerah, disertai lingkaran hitam yang ketara.

Yang ditanya langsung menghela napas. Kepalanya masih terasa berdenyut karena baru tidur jam 4 pagi. "Insomnia gue. Nggak tau kenapa. Beberapa hari ini nggak bisa tidur," sahutnya sambil berlalu membawa pesanan.

Mendengar itu, Lavanya langsung memutar otaknya sampe menemukan sesuatu. Dulu saat dia patah hati, dia bahkan tidak tidur 2 hari. Mungkinkah respon tubuh Nadila juga sama karena baru putus?

"Nad-" Ucapannya terhenti saat sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Keningnya mengerut tatkala melihat nama si pemanggil.

"Kenapa? Tumben lo telpon gue."

"Bisa jemput gue, nggak? Mobil gue mogok ini," pinta Jay dari seberang. Suaranya terdengar gusar.

Lavanya mendesah. Dia tidak bisa meninggalkan kafe karena Nadila akan pulang lalu setelah itu masuk kelas.

"Temen lo si manyun-manyun itu kemana? Gue nggak bisa keluar, nih."

"Dia ada kelas."

Dari jauh Nadila memperhatikan Lavanya yang menggaruk kepala, terlihat gusar. Dia pun mendekat untuk mencari tahu apa yang terjadi.

"Kenapa?" tanyanya tanpa suara, hanya gerakan mulut yang terbaca oleh Lavanya.

"Atau gue tf aja? Biar lo naik ojol?"

"Gue punya duit, tapi dari tadi di cancel terus. Ini lagi jam pulang anak sekolahan. Daerahnya juga agak jauh nih."

"Ya udah share lock buruan. Gue ke sana."

"Kenapa?" Nadila mengulang pertanyaannya karena belum dijawab.

"Mobilnya Jay mogok, dia minta jemput." Lavanya menjawab sambil mengotak-atik ponselnya. Gadis itu masih melihat lokasi yang laki-laki itu kirim.

"Itu, kan, deket rumah gue."

Nadila dan Lavanya saling berpandangan. Gadis dengan rambut tercepol itu menatap Nadila dengan tatapan yang dalam. "Lo mau pulang sebentar, kan? Bisa angkut anak itu, nggak, sekalian pas balik ke sini?"

Berpikir sejenak sampai Nadila mengangguk setuju. Dia juga tidak bisa menolak begitu saja karena Jay sering membantunya di lokasi pengungsian kemarin.

"Kaulah sahabat sehati aku," kata Lavanya dengan mendayu-dayu. Sehingga membuat Nadila tergelak.

💔

Jay mengembuskan napas gusar, netranya menatap mobil yang masih diperbaiki montir. Tiba-tiba saja mobilnya mogok dan setelah di cek, tidak bisa selesai hari ini.

Untung saja Lavanya mau menjemputnya untuk dibawa ke kafe gadis itu. Lebih baik menunggu di sana dibandingkan panas-panasan di bengkel seperti ini. Kebetulan dia belum makan sejak pagi karena ada kelas. Niatnya membeli makanan di tempat langganan malah berakhir di bengkel seperti ini.

Interested [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang