Chapter 4

23 0 0
                                    

###
.
.
.

Aku tak menyangka jantungku akan mulai berakting (sakit) bahkan sebelum aku bisa berharap pada sebuah bintang. AC akademi bekerja tanpa mempedulikan pasien, mengeluarkan udara dingin kedalam ruangan. Aku membuka mata untuk melirik Xavier. Barulah aku sadar udara dingin itu bukan berasal dari AC, satu gerakan mata kami bisa memecah keheningan ini.

Aku belum memikirkan bagaimana menjelaskannya,jadi aku membelakangi dia. Aku mendengarkan derak botol obat ditangannya, terus bergeretak bergeretak bergeretak. Agak menjengkelkan, tapi tak lama kemudian, dia meredamnya dengan bunyi klack.
"Berapa lama kamu akan menyembunyikan hal ini dariku jika kamu tidak pingsan dikelas hari ini? Jangan pura-pura tidur, aku tau kamu tidak tidur."
Nada suaranya lembut, Jadi semakin sulit untuk menghindarinya. Aku berbalik, memutuskan untuk menghadapi ini secara langsung.
"Aku harus mulai dari mana...."
Aku memikirkan bagaimana cara menjawab pertanyaan ini. Aku dapat menceritakan kisah kelahiranku sambil menangis, atau aku bilang saja ini adalah cacar lahir yang langka dan tidak ada yang bisa kita lakukan.
Aku hanya tidak mengira kata-kataku menjadi bubur yang tidak bisa dimengerti saat sampai dimulutku. Aku menjelaskan dengan berbelit-belit, aku tidak tau apakah dia memahaminya.

Aku duduk ditempat tidur, berpura-pura sabar untuk menunggu dia mengatakan sesuatu.
"Apakah itu sindrom protocore?" Dia menatapku setelah membaca label di botol obat.
"Mungkin.... Penyakit mematikan yang membuat jantungku semakin lemah?"
"Apakah tidak ada obatnya?"
"Ada.... Tapi kita membutuhkan protocore khusus."
"Jenis apa?"
"Katanya ada protocore yang dapat menyembuhkan penyakit apapun...."
Xavier tidak menanggapi tapi aku bisa melihat alisnya berkerut dan matanya menari-nari mengelilingi ruangan.
"Philos sangat besar. Butuh waktu lama untuk menemukannya. Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja untuk saat ini dengan obat... Selain itu, mungkin keajaiban akan terjadi dan aku akan sembuh."

Aku berbicara dengan cepat, berharap dapat meredakan ketegangan. Tapi saat Xavier melirik ke arahku, dia terlihat sama sekali tidak terpengaruh. Diam-diam, dia berbalik untuk mengamati matahari terbenam dijendela, lalu dia kembali menatapku.
"Ayo kita saksikan hujan meteor bersama-sama."

Xavier Anecdote Story : When Shooting Star's FallWhere stories live. Discover now