Bab 1: Tak Terduga

22 0 0
                                    

03.15

Seperti dibangunkan oleh kesunyian, Ia terbiasa bangun dengan angin dingin serta keheningan, hanya suara detik jarum jam yang menunjukkan waktu dimana langit fajar bersedia dinantikan. Tak tau siapa saja yang menantikannya, yang hanya Yumi perlu ketahui adalah Ia itu salah satu dari mereka. 

Yang lain sedang asyik diambil alih oleh mimpi mereka masing-masing, entah mimpi indah atau bukan. Bagus bagus saja kalau mereka bisa beristirahat dengan pulas. Berbeda dengan Yumi, mau kapanpun atau selarut apapun Ia tidur, tetap saja bangun di dini hari. 

Melihat Sisilia sampai mengeces saking pulasnya Ia tertidur, Yumi senyum-senyum sendiri, mengingat semalam gadis atlet Taekwondo itu bernyanyi karoke terus menerus tiada henti, tentu saja dengan partner-partner 'biduan'nya, Ais, Yuki, dan Dwyna. 

Belum juga selesai menggeleng-gelengkan kelakuan para ciwi-ciwi di dalam kamar, di saat ia keluar kamar, terdengar suara harmonisasi antar tukang pendengkur-pendengkur ruang tamu di lantai bawah, padahal kamar yang Yumi dan gadis lain tempati berada di lantai atas. Ia turun ke tangga lebar yang letaknya tak jauh dari pintu kamar. Mengintip dari susuran tangga, langsung tertampak tumpukkan-tumpukkan para lelaki yang tertidur dengan tidak jelas semua posisinya. Sudah seperti pegunungan cucian baju.

Melangkahkan kakinya secara perlahan, mengendap-endap di setiap anak tangganya. Berusaha untuk tidak mengeluarkan hembusan tawa sedikitpun, karena melihat Julio, si kerbau kurus yang manja, menyusahkan tiga temannya(bahkan dalam tidur) dengan menibani mereka secara bersamaan. Kepala kriwilnya bersandar di perut Bayu(masih aman lah ya), kaki panjangnya yang menibani Ardi(walau dapet kebauannya, tapi gak ngaruh kalo Ardi yang nyium), dan yang paling malang di sini adalah orang yang ditibani seluruh beban badannya Julio, yaitu Galang.

Yumi bersusah payah melewati hamparan para lelaki tanpa membuat suara satu pun. Akhirnya Ia berhasil melintasi ruang tamu hingga masuk ke dapur. 

Seperti ritual pagi buta Yumi yang biasanya, Ia mencari-cari bungkus mie instan yang sudah Ia persiapkan dari rumah, untungnya belum hilang dicolong oleh yang lain. Yumi pun memulai masak mie instan kesukaannya, berbeda dari stok-stok mie sekardus yang sudah dipersiapkan untuk semua orang, mie instan kesukaannya adalah mie produksi Korea(ekstra pedas tentunya).

Sudah matang dan siap dimakan. Ia menyiapkan minum air dari teko yang sudah disediakan di meja makan. Saat ingin mengambil satu buah gelas, tak sengaja gelas itu terlepas dari genggamannya, membuat suara yang nyaring.

Prakkk

Yumi panik dikit tetapi berusaha untuk tenang, berdoa saja semoga tidak ada yang terbangun karena suara nyaring itu. Dalam hatinya juga Ia sedikit bersyukur karena yang Ia jatuhi bukanlah gelas beling.

Jangan lupa untuk memasang musik di telinga dengan menggunakan earpods andalannya. Sangat menghibur di saat-saat kesunyian seperti ini. Baru saja ingin meluncurkan suapan pertamanya, tiba-tiba Ia merasakan suatu tangan yang menggapai pundaknya dari belakang.

Pekikan kecil yang singkat keluar dari mulut Yumi. "Astaghfirullahalazim"

Muka Yumi kembali tenang saat Ia tahu kalau yang di belakangnya bukanlah makhluk gaib. Ia melepas sebelah earpodsnya.

"Ngapain sih? Ngagetin aja..."

"Yang ada lu yang ngapain, Yum." Orang itu ialah Galang, yang akhirnya terbebaskan dari beban badan si kerbau manja. "Ada-ada aja, kirain gua tadi setan. Lagi masih jam tiga begini juga, belum waktunya sarapan." Walaupun dalam kegelapan, mukanya terlihat masih kusut habis bangun tidur.

Yumi terjeda sedikit, kalau dipikir-pikir, iya juga ya, tidak biasa bagi orang lain untuk melakukan rutinitas sepertinya pada (sangat)dini hari. Tak ada pilihan lain selain alasan satu ini yang akan Yumi sampaikan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menuju PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang