Kabar pingsannya Winda sudah sampai ke pemilik penginapan, pak Ahmad dan emak. Tadi selepas adzan magrib, Hari pergi ke rumah pak Ahmad untuk meminta bantuan atas titah Trian juga sekian menjemput si emak. Pasalnya mereka juga sempat diberi tahu kalau di desa ini si emak adalah orang yang dipercaya untuk mengobati orang sakit.
Sementara itu, semua orang mengerumuni Winda yang sedang dibaringkan beralas kasur yang berada di kamar lantai bawah. Badan gadis itu ditutupi selimut sebatas leher agar menjaga suhu tubuhnya tetap stabil. Kata Julio saat menggendong Winda sepanjang perjalanan pulang, sekujur tubuh gadis itu terasa dingin.
"Kok bisa gini sih bang?" tanya Laskar kepada Trian.
Trian terlihat bingung, rasa panik dan khawatir yang bercampur sangat jelas tersirat diraut wajahnya. "Ga paham gue juga. Kita semua lagi di warung, tiba-tiba dia ngilang terus Julio nemuin Winda pingsan di deket pantai."
"Kok bisa sampe ke pantai sih?" tanya Mahen.
"Iya, gue juga masih heran," jawab Trian.
Dari mereka bersepuluh tanpa bicarapun sudah bisa dipastikan memiliki pertanyaan yang sama dalam benaknya. Bagaimana bisa? Ditatapnya wajah Winda yang terpejam semakin lama semakin terlihat pucat pasi.
"Tolong dong yang cewe periksa tubuh Winda takut ada luka dalam atau bagian yang ga bisa kita buka terang-terangan," pinta Trian.
"Biar sama gue aja kak, yang lain cowo-cowo tolong pada keluar dulu ya." Seru Belinda lalu segera memeriksa Winda setelah para laki-laki keluar dari kamar.
Belum sampai ke dekat pintu. Janu merasakan remasan pelan pada jemari tangannya sebelum meninggalkan kamar. Ternyata tangannya masih tertaut dengan jemari Ciara.
"Eh maaf!" Gadis itu memberi tatapan yang sulit terbaca olehnya yang masih dilanda panik. "Kamu kenapa?" tanya Janu pelan.
Ciara berjinjit sedikit mendekatkan wajahnya ke telinga Janu. "Jan, Aku-"
"Bang Janu, itu di depan ada kang Tio sama kang Taupik. Ayo cepet ke depan."
"Suruh masuk dulu aja," ucap Janu lalu menyusul Carlo bergabung berasama yang lainnya.
Janu terpaksa harus meninggalkan Ciara yang belum sempat menuntaskan kalimatnya. Merasa sedikit bersalah namun, si gadis asal kota kembang itu memberinya isyarat bahwa dia baik-baik saja. Kemudian menyuruhnya untuk segera ke depan.
"Assalamualaikum, malam mas," ucap kang Tio memberi salam sebelum masuk ke dalam rumah. Disusul kang Taupik yang terlihat menjinjing sebuah keresek hitam ditangan.
"Malam kang, silahkan duduk di kursi aja kang," seru Trian segera saat kang Tio akan mendudukan dirinya di lantai.
"Iya mas, nuhun. Sebentar lagi emak sampai kesini, lagi dijemput bapak."
"Siap kang. Maaf banget jadi ngerepotin akang-akang sama emak lagi."
"Gapapa mas, jadi ini tuh kenapa neng Windanya mas?"
"Jul lu yang cerita Jul."
Pandangan lalu terfokus pada Julio. Orang yang menemukan Winda dan dengan sigap mengendongnya sampai bertemu Trian dan Carlo.
"Euh.. gini kang. Sebelum sampe di warung, sebenernya Winda bilang ke saya kalau perut dia kram. Tapi keukeuh gamau balik ke penginapan. Terus karna niat kita keluar sambil cari makan, seinget saya waktu dari rumah emak ada warung yang deket jadi kita sepakat ke warung sana. Mumpung masih inget juga jalannya. Waktu kita bertiga di warung, Winda bilang ke saya kalau dia mau nyari toilet umum. Tapi setelah itu dia udah lama engga balik balik. Jadi ya kita berpencar buat nyari, tahunya saya yang nemuin itupun ketemunya deket pantai. Mungkin dia niatnya mau numpang ke toilet umum yang ada disana."

KAMU SEDANG MEMBACA
TRIP TRAP [Hiatus]
SpiritualCast : JaeRosé ft Other Kisah ini berawal dari.. "... Open Trip hanya dibuka 3 kali dalam setahun. Dan kali ini salah satunya adalah di Pulau Mayangan. Jadi jangan ragu dan segera daftarkan dirimu sebelum kuota penuh!" Sebelas muda mudi yang ingin b...