[1]

35 0 0
                                    


Senja hari selepas menemani Mos berlatih piano di kampus, Bank dan Mos mampir makan yamie ayam di pinggir jalan dekat apartemen Bank. Yamie ayam menjadi saksi kedekatan mereka atas keberanian Mos yang melawan ketidaksukaannya dengan makanan panjang keriting demi orang yang ia sukai.

Saat ini Bank dan Mos sudah selesai makan, namun masih menunggu makanannya yang ada di perut turun dulu sambil menyulut rokok.

"Sayang, aku ngerokok dulu disana ya?"

Mos adalah mahasiswa teknik industri semester 7 yang sedang mengikuti pementasan teater dari klub teater kampusnya sebagai aktor. Sedangkan, Bank adalah mahasiswa teknik sipil semester 5 yang sedang mengikuti pementasan teater bersama Mos sebagai tim produksi yaitu pimpinan produksi. Umur mereka terpaut beda 3 tahun, namun Bank menjadi junior Mos karena mengulang kelas dari kepindahan kampusnya.

Bank bertugas mengatur di bagian administrasi ke kampus dan kebutuhan pementasan di belakang layar. Mos mendapatkan peran utama di pementasannya, karena ia ingin menjadikan pementasan teater kali ini sebagai pementasan terakhirnya. Ia ingin segera menyelesaikan skripsinya yang sempat keteteran.

Disaat Bank menunggui Mos merokok sambil bermain ponselnya, ponsel Mos yang tergeletak di meja tepat di hadapan Bank bergetar menunjukkan notif di layarnya. Ada pesan dari teman Mos, Nittha. Bank kenal, karena orang itu adalah lawan main di pementasan teater bersama Mos sebagai pemeran utama juga. Bank menengok sedikit notif yang muncul dari Nittha


"Habis ini kita baca dialognya lagi yuk."


"Aku mampir ke apartemen kamu ya."


"Aku lagi bete banget, sekalian mau curhat-curhat sama kamu."


"Bales dong, Mos."


"Hft. Pasti lagi pacaran sama Bank ya."


"Nyiksa juga ya ngchat pacar orang. Sedih banget. Maaf ya Mos, aku gatau mau mau ngapain. Terus kepikirannya langsung ke kamu."


Bank yang membaca "pesan spam" dari Nittha hanya bergidik.

Apakah perempuan ini punya masalah? Bank sendiri sudah melihat langsung seperti apa bentuk seorang Nittha. Dia orang yang cantik, namun ia merasa ada yang tidak beres dengan perempuan ini. Entah apa. Terlebih setelah melihat typing dari chat yang ia kirim ke Mos.


"Habis ini, kamu mau kemana, Mos?"

"Gak tau. Kamu mau jalan kemana lagi habis ini? Masih jam 6 sore." jawab Mos sambil melihat jam tangannya.

"Kamu gak ada agenda lain? Reading naskah mungkin?"

"Hmmm.. coba aku liat di kalenderku ya, sayang." sigap Mos mengambil hp di dekat Bank dan terdiam di notif pesannya. Bank membaca notif pesanku kah? Mos lanjut membuka kalender dan melihat tidak ada agenda reading naskah. Tapi membaca chat Nittha yang menyedihkan, Mos jadi kasihan.

"Oh iya, ternyata ada reading naskah sama Nittha malam ini. Dia juga udah chat aku juga buat reminder. Maaf ya sayang, enggak jalan-jalan dulu malam ini." ucap Mos sambil mengusap dengkul Bank yang menatapnya.

Bank terdiam dan sedikit tersenyum menggenggam tangan Mos.

"Gapapa. Ini juga buat kepentingan bersama, kamu harus banyak persiapan buat besok pentas. Apalagi ini pentas terakhir. Senior jangan males-malesan." kata Mos tak lupa mengelus pipi dan wajah Mos yang halus dan indah.

"Makasih ya sayang."

"Asal gak aneh-aneh aja. Itu paling penting." respon Bank dengan tegas.


Keduanya bersiap-siap menuju tempat tinggal masing-masing. Mos mengantarkan Bank ke apartemen Bank sendiri dilanjut perjalanan ke tempatnya sendiri. Sepanjang perjalanan, Bank overthinking dengan chat yang dikirim ke Mos. Apakah perempuan tadi baik-baik saja?

"Ketemu besok di kampus ya, sayang." ucap Mos.

"Oke. Love you." balas Bank dan mengecup pipi Mos.






Part ini semacam prolog. Karakter cerita tidak berkaitan dengan personal aktor/aktris yang aku pakai sebagai face-claim. Hope you enjoy!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Firasat | [Mos x Bank]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang