Prolog

55 3 0
                                    

Amsterdam, Belanda.

Di dalam sebuah kafe yang cukup ramai pengunjung, seorang perempuan tengah harap-harap cemas sebab ia baru saja menjatuhkan kamera milik laki-laki yang saat ini duduk di depannya. Bisa-bisanya ia menabrak orang yang tengah asik memotret sampai membuat kemera orang itu jatuh dan tidak dapat berfungsi lagi, padahal jalanan yang dia lewati sangatlah luas.

"Jadi apa yang akan anda lakukan untuk mempertanggung jawabkan perbuatan anda barusan?" Akhirnya setelah menunggu cukup lama laki-laki dengan kemeja berwarna hijau serta kacamata itu buka suara juga.

Perempuan yang sedari tadi memperkenalkan dirinya dengan nama Roseanne memutuskan untuk berpikir sejenak. "Eum, begini saja dikarenakan saya tidak bisa mengganti kamera anda sebab uang yang saya miliki saat ini pas-pasan, saya akan menawarkan anda sesuatu."

"Apa itu?"

"Saya akan meminjamkan kamera saya pada anda, dan saya akan memandu anda selama liburan di Amsterdam, saya memiliki saudara dari pihak ibu yang tinggal di sini itu sebabnya saya sering ke sini, dan karena itu pulalah saya sedikit mengetahui tempat-tempat mana saja yang cukup menarik dikunjungi oleh wisatawan yang sedang berlibur di Amsterdam," jelas Roseanne.

"Tawaran yang cukup menarik untuk saya yang baru pertama kali berlibur ke Amsterdam." Sebenarnya pergi ke Amsterdam merupakan sebuah perjalanan yang tidak pernah direncanakan olehnya, itu sebabnya dia sendiri tidak tahu harus apa selama di Amsterdam ini.

"Jadi bagaimana? Setuju tidak?"

"Baiklah, saya setuju dengan tawaran yang anda beri."

"Oke, kalau begitu besok temui saya di sini lagi, kita mulai perjalanan mengelilingi Amsterdam esok hari!" Perempuan tersebut lalu memberikan ponselnya pada lelaki di hadapannya dengan maksud ingin meminta nomor teleponnya.

"Kalau boleh tahu siapa nama anda?" tanyanya sebab sedari tadi dia tak kunjung menyebutkan namanya, ia juga harus memberi nama pada kontak lelaki itu agar nantinya mudah untuk dihubungi.

"Bayu, Bayu Riza." Dan tak berselang lama ponsel Bayu pun bergetar.

"Itu nomor saya, Mas Bayu." Roseanne pun berdiri dan berpamitan. "Saya harus pamit sekarang karena masih ada urusan, tenang saja saya nggak akan mengingkari janji saya terhadap anda, laporkan saja saya pada polisi kalau besok saya tidak datang."

Selama seminggu mengelilingi kota Amsterdam, perempuan pemilik darah campuran Belanda dan Jawa itu akhirnya mengetahui sedikit tentang laki-laki yang bernama Bayu Riza ini, perjalanan yang sudah dia lakukan ke berbagai penjuru dunia itu bukan hanya untuk berlibur saja melainkan dengan cara seperti itu lah dia bisa menghindar dari kedua orang tuanya, selama beberapa tahun terakhir ini saja dia lebih memilih tinggal dan melanjutkan pendidikannya di New York.

Selama seminggu bersama, Roseanne akhirnya juga mengakui bahwa sebenarnya Roseanne bukanlah nama aslinya yang mana hal itu membuat Bayu heran karena biasanya seorang pelukis akan dengan bangga memamerkan karyanya beserta dengan nama aslinya, namun perempuan itu malah sebaliknya karena menurutnya ia jauh merasa nyaman memakai nama samaran untuk memamerkan karya-karyanya di depan khalayak umum.

"Terus nama asli kamu siapa?" tanya Bayu di hari terakhir ia berada di Amsterdam.

"Aku akan kasih tahu nama asliku tapi kalau setelah ini orang-orang tahu siapa nama asliku berarti itu semua salah kamu." Dia memberikan sebuah peringatan sebab hanya segelintir orang yang mengetahui nama aslinya.
"Keisya, itulah nama asliku yang diberikan oleh papaku."

Bayu hanya mengangguk-angguk saja. "Nama dan orangnya sama-sama cantik."

"Jangan modus, Mas. Lebih baik setelah sampai ke kampung halaman segera lah temui kedua orang tua mu, dan bicarakan masalah kalian baik-baik jangan kabur-kaburan terus seperti ini karena aslinya kamu juga udah capek kan?"

"Baiklah akan aku coba," balas Bayu kemudian.

Roseanne Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang