PUBERTAS

794 6 0
                                    

Masa SD hingga SMP aku kesulitan memiliki pacar. Tercatat hanya sekali aku pacaran di fase ini. Itupun aku tidak bisa melampiaskan hasrat foot fetishku karena perempuan bernama dini ini bukanlah perempuan yang memiliki jari kaki idamanku. Walaupun wajahnya termasuk manis. Bisa dibilang aku memacarinya karena putus asa. Haha. Kami berpacaran ketika aku menginjak kelas 3 SMP. Dengan dini, aku merasakan beberapa hal pertama dalam hidupku.

Aku ingat di suatu sore selepas pulang sekolah di tahun 2001. Kami masih berada di dalam kelas yang kebetulan sekolah di tahun segitu tidak terlalu ketat. Sekolah mulai sepi sedangkan kami berduaan di dalam kelas membicarakan banyak hal. Tanganku menggenggam tangan dini dengan lembut sambil terus menatap wajahnya. Selayaknya pacaran pada umumnya kami bahagia setiap berduaan. sambil mengobrol aku mulai tarik perlahan kepalanya ke pundakku. Lalu ku kecup keningnya perlahan. Dini terlihat tersenyum malu menatapku. Kemudian aku usap lembut pipinya dan ku angkat dagunya. Kemudian ku kecup lembut bibir tipisnya yang berwarna merah muda dan diapun memejamkan mata. ciuman pertama itu hanyalah kecupan kecil. Bukanlah ciuman erotis. Namun perlahan tapi pasti tititku yang saat itu sudah disunat perlahan berdiri mengeras. Sudah ciuman pertama itu hanya sampai disitu saja tidak ada hal menarik lainnya. Yang pasti itu juga merupakan ciuman pertama buat dini.

Hari-hari selanjutnya kami semakin intens mencari kesempatan untuk bisa berduaan. Ya walaupun hanya kecupan-kecupan ringan yang bisa kami lakukan tapi itu cukup membuat tititku selalu bangun setiap berdua dengannya. Hingga suatu hari kami berduaan di ruang kelas SMA diatas. Oh iya, sekolah kami bercampur antara SMP dan SMA. SMA menempati ruang kelas di lantai dua dan sekolahnya masuk di pagi hari sedangkan SMP menempati kelas lantai satu di siang hari. Nah, di hari itu kami berduaan di lantai dua di waktu istirahat. aku berdiri sambil bersandar di meja sedangkan posisi dini didepanku sambil membelakangiku sedangkan tanganku memeluk perutnya sambil perlahan mengelus-elus perut yang hanya beberapa sentimeter dari memeknya. Tititku pun sangat tegang saat itu karena bersentuhan langsung dengan belahan pantatnya yang menggemaskan. Saat itu aku belom berani untuk meraba bagian lainnya. Kemudian aku tengokkan wajahnya menghadap ke arahku. Aku yang sambil memakan permen relaxa mengecup lembut bibirnya. Sambil mulai perlahan membuka mulutku. Inilah tujuanku memakan permen relaxa. Dini memejamkan matanya saat aku mulai menghisap bibirnya dengan lembut. Napas dini mulai terasa berbeda. Apakah dia juga terangsang? Entahlah aku belom tau saat itu. Kemudia aku mulai mengeluarkan lidahku tanpa disangka dinipun menyambut lidahku dengan perlahan. Permen relaxapun pindah ke dalam mulut dini. Lidah kami saling bertaut dan saling bertukar liur. Aku sama sekali tidak merasa jijik karena yang aku rasakan hanya kenikmatan.

Hari itu berlalu, pertemuan kami selalu diwarnai oleh ciuman2 erotis. Hingga suatu ketika sekolah kami mengadakan tes lari di stadion bekasi. Sepulang dari stadion bekasi, aku sebagai lelaki dengan setia mengantarkan dini pulang kerumahnya walaupun naik angkot. Kebetulan saat itu di dalam angkot sangat sepi dan hanya kami berdua yang berada di dalamnya. Selain pak supir tentunya. Kemudian dini mengeluh lelah sehabis tes lari. Dan aku menarik tubuhnya dini agar tidur di pangkuan ku. Sambil tertelungkup dini tidur di pangkuanku, tanpa sengaja tangan kiriku tepat berada di buah dadanya dini sedangkan tangan kananku berada di punggungnya. Aku kaget dan menunggu reaksi dini. Tapi dini tidak menunjukkan reaksi apapun. Tidak menghindar ataupun marah. Sekitar 5 menit tanganku terdiam di bawah buah dadanya dini. Aku ga kuat, Tititku sudah sangat menegang saat itu. Aku mencoba gerakkan jari telunjukku untuk melihat reaksi dini. Dini tetap terdiam. Ku gerakkan kedua jariku lagi untuk menunjukkan kalau aku sengaja menekan buah dadanya untuk sekedar memberi sinyal dan menunggu respon baliknya. Dini tetap terdiam sambil tertelungkup. Ah kepalang tanggung aku ga perduli kalau dini marah. Akhirnya aku mulai meremas lembut buah dada dini. Meskipun responnya tetap diam aku mulai intens meremas dengan agak kuat. Karena aku butuh respon untuk mengetahui sejauh apa aku bisa melakukan ini dengan dini. Sekitar 15 menit dini mulai menunjukkan respon dengan meremas pahaku dengan lembut. Ah yes! Ini respon yang aku tunggu. Berarti aku bisa melakukan lebih dari ini suatu hari nanti.

Akhirnya kami sampai di tujuan. Kamipun turun dari angkot dan berjalan menuju rumah dini. Dalam perjalanan kami tidak berbicara sepatah katapun. Kami masih malu untuk saling berbicara karena apa yang sudah kami lakukan di angkot tadi.

KISAH FOOT FETISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang