[ Yohan ]
________×
Pagi pagi sekali, nenek Ara sudah datang mengunjungi kamar milik Yohan dan menaruh seragam lengkap juga tas baru di atas kasurnya. Membangunkan si pemilik kamar dengan gerakan lembut dan mendayu, hingga pemuda itu mengerang dan membuka sedikit matanya.
Yohan langsung di bangunkan dengan paksa dan di masukan segera ke dalam kamar mandi sambil di dorong dorong, sebelum bocah itu kembali merebahkan dirinya di atas kasur.
"Mandi yang bersih, dek Johan."
pintu kamar mandi tertutup.
dan Yohan bersandar pada tembok putih dingin lalu meluruhkan badannya, setelah melepaskan seluruh kain di tubuhnya.
"Bangsat, ngantuk banget."
gumaman itu terdengar parau dan lirih, salah satu tangannya terangkat untuk menyentuh gagang pintu dan terjadilah, pintu itu sekarang terkunci.
sekarang tidak ada yang bisa mengganggu tidurnya.
Tubuh telanjangnya meringkuk di bathup, keduanya matanya terpejam dan memperlihatkan bulu mata halus panjangnya. suara lirih yang keluar ketika ia tertidur, mengisi kamar mandi kosong yang begitu dingin.
Yohan tertidur lelap.
entah berapa lama. entah sudah berapa menit berlalu.
pemuda itu tersentak dalam tidurnya dan menyentuh dada dimana jantung berdetak begitu kencang, menyakitkan.
pintu kamar mandi di buka paksa hingga menimbulkan suara keras yang mengejutkan Yohan.
"Bajingan, bisa gausah bikin orang kaget ga?! kalo gua mati lagi gimana?"
"lagi?"
Oh! suara ini begitu keras dan kasar, nada yang di pakai seolah olah ia membutuhkan jawaban dari Yohan detik itu juga.
"Apa maksudnya 'lagi'?"
Yohan mengerjapkan kedua matanya dan menguap, memasang wajah melas juga sayu lalu berbicara dengan suara lemah dan khas orang mengantuk berat.
"Uh, aku mimpi jatuh dari jurang dan mati, aku pikir bakal mati lagi. apa ini masih mimpi?"
Ezra berdehem, memalingkan wajahnya, "Cepat bersiap, kamu gamau menganggur di rumah dan menjadi orang idiot, kan?"
"Sialan," Yohan sedikit berbisik dan mengepalkan kedua tangannya, kenapa manusia manusia di rumah ini senang sekali merendahkan dirinya. Apakah sikap orang kaya memang se-bangsat ini?
kemudian Ezra melenggang pergi, meninggalkan kesunyian yang memeluk tubuh telanjang Yohan, dia masih terduduk nyaman di atas bathup yang dingin.
"Kenapa belum mandi?" pertanyaan yang mengalun rendah, suaranya yang serak membuat Yohan mendongak.
"A-aku.. aku gamau sekolah.."
Sabiru mengangkat salah satu alisnya saat si bungsu melirih dan menyatukan kedua kaki kurusnya lalu di lingkari lengan, dan dagu kecil itu yang mendarat di atas dengkul.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yohan ( hiat )
Teen FictionYohan itu selalu bangga sama tubuh bongsor tingginya, bahkan teman temannya selalu memanfaatkan dia untuk memimpin jalanan agar membuat lawan ketar ketir seolah melihat titan. tapi takdir tidak pernah ada yang tau, Yohan harus bertemu psikopat gila...