"Sudah lama kita tak bertemu, Nathan." Sebuah suara menginterupsi mereka. Nathan tersenyum pada wanita dengan penampilan aneh. Berbeda dengan yang lainnya, wanita itu dengan gaun nyentrik dan rambut tergulung duduk di hadapan mereka.
"Ya madam." Jawab Nathan. Pria itu tak bergeming, keheningan tercipta membuatnya merinding.
"Baiklah, jadi kau ingin bantuan apa." Saat kaiden melirik Nathan, pria itu sudah menatapnya dengan tatapan tajam. Kaiden tersenyum kaku.
"Ini tentang rekan kerjaku, dia bertingkah laku aneh beberapa bulan ini."
"Bertingkah seperti apa?" Kaiden menarik nafas sebelum ia menceritakan semua yang ia lihat. Dari kejadian toilet, beberapa kecurigaan nya dan saat pria itu tersungkur di kamar dengan bersimbah darah.
"Aku ingin melihat barang barangnya." Nathan membuka kresek itu. Si madam mengernyit, membawa sebuah bunga yang sudah layu.
"Kalian tidak membawa barang yang terhubung dengan pemuda itu." Nathan mengerutkan dahi menatap kembali barang barang Abel yang tergeletak di meja.
"Tapi aku sudah membawa barang yang sekiranya selalu dipakai."
"Iya, tapi bukan. Teman kalian tidak pernah memakai barang barang ini, walaupun memang barang ini terikat dengan iblis itu." Sebuah cincin sederhana madam angkat.
"Ini salah satu barang yang terikat. Sepertinya iblis itu mencoba menandai teman kalian namun gagal karena teman kalian tak memakai terus terusan barang yang diberi oleh iblis itu." Madam membuka laci nya, menarik sebuah tungku kecil. Membakar arang lalu meletakkan cincinnya di atas arang.
Sebuah bisikin dengan bahasa aneh digumamkan madam. Nathan maupun kaiden hanya bisa terdiam kaku, memperhatikan cincin yang meleleh perlahan lahan. Semakin lama gumaman madam berubah teriakan dan berakhir terduduk di kursinya.
"A-ada apa?" Ruangan itu hening. Nathan masih membisu dan madam hanya menunduk di kursinya. Jika kaiden tak bersama Nathan mungkin ia akan berlari pulang karena keadaan ini benar benar menyiksa nya.
Tatapan madam berubah, terlihat suram dan maniknya melirik kesana kemari. "Teman kalian sudah terlalu jauh." Kaiden tersentak, sang madam berdiri dan memandang kedua pria itu.
"Teman kalian sudah mempunyai hubungan yang terlalu jauh dengan si iblis, entah turunan namun teman kalian terlena dan berakhir menyerahkan semuanya pada iblis itu. Dan naasnya iblis itu sudah terlalu menyukai teman kalian." Kaiden menahan nafas, sebuah kertas panjang madam perlihatkan. Banyak nama nama dengan aksara aneh, jari madam menelusuri kertas itu hingga berakhir pada aksara paling bawah dengan tinta merah.
"Iblis itu, elios. Jika sudah terlibat dengannya maka tak ada jalan keluar."
"Tapi bukannya bisa madam?" Tanya Nathan.
"Bisa, tapi tak jamin dengan roh nya. Dilihat dari seberapa banyak barang yang diberikan oleh elios, mungkin iblis itu sudah dari lama menargetkan teman kalian"
"Apa ada cara untuk melepaskan iblis itu?"
"Tentu ada." Madam mulai menjelaskan cara untuk melepaskan iblis itu namun ucapan madam berhenti saat api yang membakar cincin Abel mati.
"Kalian harus kembali, cepat! Iblis itu mengamuk dan mencoba menarik Abel!" Madam berteriak, kaiden sudah bergetar di duduknya. Buru buru Nathan menyeret kaiden dan mengendarai mobilnya dengan cepat.
"Sial sial sial! Kaiden! Hubungi perawat atau dokter dan pantau Abel!" Tangannya yang bergetar kaiden paksakan, mencoba berkali kali mendial nomor namun tak ada seorangpun yang mengangkat nya.
Hampir dua jam mereka terjebak di perjalanan, keduanya buru buru naik ke lantai tempat kamar Abel.
Brak
"Sial, kita kecolongan."
—
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and the devil
FanfictionKaiden diminta tolong oleh rekan kerjanya untuk mengeluarkan nya dari lubang iblis.