ingat! jangan baca ini di bulan puasa. enjoy
—⚠️🔞⚠️—
Hanni mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya di sekitar. Ruangan itu nampak asing, tidak terlihat seperti apartemennya, beberapa foto di dinding memperjelas bahwa ia sedang bukan di kamar apartemennya karena ia tidak pernah memajang foto apapun di kamarnya. Ia mengerjapkan kembali matanya untuk melihat siapa yang berada di foto namun sepertinya ia salah dengan menggosok gosok matanya hanya menambah buram penglihatannya.
Kepalanya kian berdenyut tatkala potongan-potongan kejadian saat dirinya pingsan terlintas di pikirannya membuat ia malas untuk sekedar berpikir dimana dia berada.
Badannya sangat lemas, tidak ada tenaga, bibirnya pucat pasih, tenggorokannya kering, dinding perutnya seperti sedang bergesekan satu sama lain karena tidak ada apa apa untuk di proses di dalam sana. Ia mendudukkan dirinya lalu bersandar di headboard kamar yang entah milik siapa.
Setelah beberapa saat, ia mendapatkan kekuatan untuk bangun, ia hendak turun dari tempat tidur namun suara pintu terbuka menghentikannya.
"Ah, kau sudah bangun rupanya," orang itu masuk dengan nampan berisi makanan dan segelas air putih. Orang itu tidak asing di mata Hanni, sepertinya ia pernah bertemu dengannya, tapi di mana?
"Maaf, aku dimana?" tanya Hanni tanpa ragu, masih mencoba mengingat ingat kembali apa yang sebenarnya terjadi. "Kau di rumahku, tadi kau pingsan saat hendak pulang," gadis itu lalu menyimpan nampan di nakas dekat tempat tidur. "Maaf lancang karena sudah membawamu ke sini, aku tidak tahu rumahmu jadi di sinilah kau berada." jelas gadis itu takut jika Hanni berpikiran negatif tentangnya.
Hanni tetap terdiam, ia memegangi kepalanya yang masih berdenyut, suara perutnya ikut berbunyi di sertai kekehan gadis bersurai panjang di depannya.
"Kau pasti lapar, itulah sebabnya aku membawakan mu makanan." ia memberi piring berisi nasi serta daging sapi dan di hiasi beberapa potongan sayur sayuran. "Siapa namamu?" tanya Hanni sebelum menerima piring itu, "Haerin, namaku Kang Haerin," jawabnya sambil tersenyum. Hanni mengangguk mengerti. "Terimakasih Haerin." tangannya terjulur menerima makanan itu dan menaruh di pahanya untuk setelannya dia makan.
Hanni menatap makanan itu. Mengaduk aduk tanpa belum berniat memakannya. Haerin yang melihat itupun mengira Hanni takut jika ada racun di dalam sana. "Tenang saja, tidak ada racun di situ," Hanni menatap gadis di depannya malu-malu. "Ah, bukan begitu haha, aku tentu tidak berpikiran seperti itu." perjelas Hanni dengan senyum kikuk setelahnya di jawab dengan anggukan gadis bermata kucing tersebut.
"Makanlah dengan baik, aku ada di luar jika kau membutuhkanku." final Haerin lalu melangkah keluar kamar tak lupa menutup pintu. Hanni melirik daging di hadapannya, sudah lama ia tidak makan daging karena diet sialan ini. Itulah mengapa ia melirik daging di hadapannya dengan perasaan bimbang. Haruskah ia makan daging itu karena nafsu makannya melonjak naik tatkala bau daging menusuk nusuk penciumannya? atau ia harus bertahan dari godaan agar tidak merusak dietnya?.
Jangan sampai sepotong daging itu membuat tubuhnya menggemuk dan tubuh idealnya rusak. Oh God, Hanni mungkin kelewat overthinking.
Dalam keadaan lapar begini sepertinya tidak masalah memakannya sedikit. Lagian dia bisa diet kembali kan? pikirnya.
Setelah beberapa menit, Hanni menghabiskan makanannya. Piringnya bersih tanpa sisa. Perutnya kini terisi, tak ada lagi suara perut, tidak ada lagi bibir yang pucat pasih, denyutan di kepalanya sudah hilang dari beberapa waktu yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Punish Me | BBANGSAZ (revisi)
RomantikHanni yang tanpa sengaja melakukan sebuah kesalahan, hingga harus berhadapan dengan kakak seniornya. "Aku bilang turuti perkataanku Hanni!" paksa Minji. Dia menguatkan genggamannya yang sedang mengunci kedua tangan gadis tersebut. "Siapa kau hingga...