"Halo, Mae. Aku sudah tiba di Bangkok."
"Syukurlah, putra bungsuku sudah tiba. Mae sangat merindukanmu, nak."
"Sea juga sangat merindukan Mae."
"Hubungi Mark dulu na, Mae sudah bilang padanya untuk menjemputmu di bandara hari ini, Mae ada urusan, Mae tutup dulu."
Sambungan telepon terputus. Hembusan angin menerpa wajah Sea di pintu keluar bandara internasional kota Bangkok, tak jauh dari tempat ia berdiri, seorang pria tampan terlihat sedang melambaikan tangan ke arahnya. Mark Pakin, saudara laki-lakinya yang berusia 26 tersebut berjalan mendekat dengan senyuman yang mengambang di wajahnya, Sea terkekeh melihat bagaimana ekspresi bahagia Mark menyambut kedatangannya.
"Oho, my little bro. Ternyata kau berhenti tumbuh sejak lulus SMA."
"Sialan, P'Mark."
Pria yang dipanggil dengan sebutan Phi tersebut tertawa puas mendengar umpatan sang adik, sudah lima tahun lamanya Mark tidak mendengarnya secara langsung.
"Ayo pulang, Mae sudah menyiapkan banyak makanan di rumah untukmu."
Mark meraih koper milik Sea dan membawanya untuk diletakkan ke bagasi mobil, kemudian mereka berdua masuk kedalam dan berangkat menuju rumah mereka.
Diperjalanan menuju rumah, Sea melihat-lihat sekitar melalui jendela mobilnya, suasana baru terasa di sebagian besar tempat yang mereka lalui, Sea rasa banyak hal yang terlewatkan olehnya selama menetap di Australia.
"Apa kau lelah?"
"Tidak. Ada apa Phi? Phi mau ke suatu tempat?"
"Sekretarisku tadi menelpon, seorang klien dari luar kota baru saja tiba di kantor, ada beberapa hal yang perlu kami diskusikan hari ini. Apa kau mau menungguku sebentar atau mau ku pesankan saja Taksi untukmu?"
"Tentu saja mau Phi, kita bisa ke kantor mu dulu."
Mark kemudian kembali fokus pada jalanan setelah persetujuan sang adik, pria itu memutar kemudi mobilnya dan meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang yang Sea yakin merupakan rekan kerjanya.
"Aku akan tiba 20 menit lagi dan memulai rapatnya, selesaikan dulu semuanya, kau bisa menyusul nanti."
Setibanya mereka di kantor Mark, Mark menawarkan dua pilihan kepada Sea, ikut dengannya ke dalam dan menunggu di ruangan pribadinya atau tetap didalam mobil. Sea sendiri memilih untuk ikut agar bisa beristirahat sejenak disana, dia juga penasaran dan ingin melihat-lihat bagaimana bentuk perusahaan game yang didirikan 2 tahun yang lalu oleh hasil kerja keras saudaranya tersebut.
Saat memasuki gedung yang terbilang cukup luas tersebut, Sea dibuat terperangah dengan desain interior yang mengusung tema futuristik, kreatif, dan energik. Penggunaan warna-warna cerah, elemen-elemen teknologi, dan dekorasi yang mencerminkan dunia game menciptakan atmosfer yang inspiratif dan menyenangkan, serta furniture yang ergonomis untuk para karyawan juga menarik perhatiannya. Sea sangat kagum dengan semua yang ia lihat disana, dia tak menyangka bahwa Mark bisa melakukannya, padahal setau dia kakaknya tersebut hanyalah seorang pemalas dan tukang pembolos dahulu saat mereka masih bersekolah, Mark memang sering kali cabut ke warnet untuk bermain game bersama teman-temannya. Tapi siapa sangka orang gila sepertinya sukses mendirikan sebuah perusahaan game sebesar ini? Entahlah, Sea juga merasa aneh kenapa takdir bersedia memihaknya.
Sea menyandarkan punggungnya di sofa yang terletak di ruangan pribadi milik Mark. Dia melihat-lihat sekitar sampai tiga buah bingkai foto yang tertata rapi di meja kerja Mark menarik perhatiannya. Sea melirik bingkai pertama yang berisikan foto keluarga mereka, ada Mark, dirinya, serta ibu mereka. Kemudian dibingkai kedua pula, ada foto Mark bersama tunangannya, yaitu Namtan yang menjadi pelaku atas kepulangan Sea sekarang, karena memang keduanya akan melangsungkan pernikahan beberapa hari lagi. Namun saat mata Sea melirik bingkai ketiga, disana ada foto mark dan..
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped [ JimmySea ]
Fanfiction[OneShot Story] Dalam labirin kenangan, Sea terperangkap dalam belenggu cinta yang tak terbalas. Setiap detik menjadi kilatan nostalgia, dan setiap usaha untuk melupakan tampaknya sia-sia. Namun, di balik badai hatinya yang sulit, tiba-tiba, cinta y...