Burung

28 5 0
                                    

"Manusia tidak akan pernah lepas dari sikapnya yang selalu serakah, sebanyak apa pun yang mereka dapatkan manusia tidak akan pernah puas."

• • •

Angin sepoi sepoi membelai lembut bumi, Daun melambai-lambai bak ingin bermain. Cahaya matahari memasuki ruangan melalui jendela menusuk mataku, Kehangatannya membuatku ingin tertidur lelap dalam pelukannya. Waktu yang sangat sempurna untuk tertidur.Namun, diriku tidak akan pernah berani tertidur saat ini, itu akan membahayakan diriku sendiri dan kemungkinan terburuk aku akan mati.

"Siapa yang berani tertidur saat mata pelajaran sejarah?" Gumamku.

Ruangan kelas yang cukup tenang dan hanya terdengar suara dari seorang guru sejarah yang menyeramkan. Tidak ada yang berani tertidur saat mata pelajaran sejarah. Guru sejarah yang sangat ganas, menakutkan, memiliki mata merah, berbadan besar, tangannya mampu meremukan kepalamu. Itu yang aku pikirkan tentang beliau. Pada umumnya beliau hanyalah seorang guru yang sangat tegas dan disiplin, jika ada yang berani tertidur saat kelasnya akan diperintahkan bediri di tengah lapangan di bawah matahari sangat terik yang siap membakar kulitmu.

Pada saat ini beliau sedang menceritakan mengenai sejarah kelam Indonesia pada tahun 2001 di Kalimantan Tengah Konflik Sampit Banyak orang sudah tahu mengenai konflik itu bahkan diriku sering membaca artikel mengenai konflik itu.

Jika saja aku ada pada saat itu pasti sangat menyenangkan dan tidak membosankan seperti saat ini, apa hal buruk yang akan terjadi jika aku di sana? pada saat itu udara masih sangat segar, tidak seperti sekarang. Lagi pula aku hanyalah seorang perempuan yang berusia 17 tahun yang memiliki tubuh kecil, aku hanya perlu bersembunyi saja, apa yang sangat menakutkan dari konflik itu?

Aku hanya berpikir bahwa konflik sampit tidak semenyeramkan seperti yang diceritakan orang orang dan berpikir aku akan bisa bertahan hidup pada tahun konflik itu terjadi.

Bel sekolah berbunyi menandakan waktu pulang sekolah. Seketika ruangan yang sangat hening menjadi ramai dipenuhi suara suara teriakan kegembiraan, mereka seperti burung burung yang terbebas dari sangkar setelah sekian lama di dalamnya. Tentu saja aku ikut berteriak gembira, aku dengan cepat memasukan semua barangku kedalam tas, tas punggungku memikul beban yang berat.

"Reina!" Teriak seorang gadis dari kejauhan yang memiliki suara indah.

Aku berlari ke arah suara itu dan langsung memeluknya. Marchsya Aurelia, yang lebih sering dipanggil Lia, adalah sahabatku, seperti saudara kandung yang tak pernah kumiliki. Kami telah menjalin persahabatan yang kuat selama bertahun-tahun, tumbuh dan berkembang bersama, Dia adalah gadis yang sempurna.

Diriku dengan dirinya sangat bertolak belakang, Lia sangat baik hati dan memiliki hati yang lembut, sedangkan diriku hanyalah gadis yang memiliki sifat yang keras dan tidak peduli pada orang orang yang tidak dekat dengan ku. Meski kami memiliki sifat yang bertolak belakang kami sama sekali jarang bertengkar. Aku merasa beruntung, bisa memiliki sahabat seperti dia.

"Sepertinya aku harus pulang duluan Rei," Ucap Lia dengan wajah cemberut.

"Tidak apa apa aku tahu kamu harus mengikuti les piano, lain kali kita akan pulang bersama sama dan membeli es krim bersama" Ucapku dengan memberikan senyuman kepadanya.

Lia menganggukkan kepalanya, dan tanpa dia sadari, sungai kecil mulai mengalir di pipinya.

"Aku tidak mau ikut les Rei"

"Aku tahu kamu pasti kelelahan melakukan banyak hal tetapi jangan dahulu menyerah aku yakin kamu pasti bisa melewati semuanya, kamu sudah melakukan yang terbaik dan terima kasih sudah bertahan sampe detik ini."

Kami saling berpelukan. Baru-baru ini, Lia selalu pulang lebih awal karena jadwal les piano yang harus diikutinya. Keluarganya sangat menuntut dirinya untuk menjadi mahir dalam berbagai bidang. Sementara itu, keluargaku dan Lia terpisah jauh dalam hal segala hal. Aku terlahir dari keluarga sederhana dan seorang anak yatim sejak lahir yang hidup dengan sederhana, tanpa memiliki keahlian khusus yang bisa aku banggakan. Untuk pergi ke sekolah dan pulang sekolah, aku hanya mengandalkan sepeda yang setia menemani langkah-langkahku.


Setelah berpelukan Lia masuk kedalam mobil yang sangat mewah yang sudah menunggu dia dari tadi. Seperti mimpi yang memudar, mobilnya meluncur pergi dan lenyap dari pandanganku. Aku hanya bisa menghela napas, seperti burung yang kehilangan sayap, karena harus kembali pulang sendirian lagi.

Sebelum aku pulang biasanya aku pergi ke perpustakaan sekolah karena aku terkadang suka meminjam buku di perpustakaan sekolah walaupun, di perpustakaan lebih banyak buku pelajaran yang membosankan. Apakah kamu berpikir aku meminjam buku pelajaran? Itu sangat tidak mungkin jika aku melakukannya, aku selalu meminjam buku novel terkadang banyak siswa-siswi yang menyumbangkan novel mereka ke perpustakaan cukup banyak novel yang menarik.

Aku memilih salah satu novel bergenre romance, bagaimana pun juga aku seorang remaja aku juga menyukai novel bergenre romance dan selalu berharap hidupku penuh warna bergenre romance. Setelah selesai meminjam aku segera pulang ke rumah dan aku baru saja menyadari bahwa hari sudah mulai gelap, aku bergegas mengambil sepeda.

• • •

Di perjalanan aku hanya terdiam, melihat mobil dan motor yang melewati diriku.

Aku tinggal di kota, kota ini bagaikan lukisan hidup di atas kanvas besar, dipenuhi dengan spektrum warna kehidupan yang beragam, dan terkenal akan keindahan kisah romantis. Tepat sekali jika kamu menjawab Kota Bandung, aku tinggal di Kota Bandung Jawa Barat.

"Kapan hidupku menjadi bergenre romantis seperti di novel, film yang pernah aku lihat? Sangat miris sekali hidupku."

Aku selalu terombang-ambing dalam mencari tujuan hidupku, kebingungan dan ketidakpastian selalu menghantuiku namun, di tengah perjalanan ini, sejarah konflik Sampit muncul dalam benakku.
Meskipun awalnya aku meremehkannya, kini rasa ingin tahuku makin membara untuk menggali lebih dalam tentang konflik yang membara itu. Rasa ingin tau itu tiba tiba saja muncul. Dalam keheningan, pikiranku melayang-layang, seperti burung yang terbang bebas tanpa arah yang pasti.

Dunia ini luas, aku selalu berpikir masih ada dunia lain dan sangat menyenangkan jika benar dunia itu sangat banyak. aku selalu berpikir setiap generasi kita ada tetapi, kita mati dan ingatan kita berubah menjadi ingatan yang baru. Apakah saat terjadi konflik Sampit diriku yang lain selamat? Bagaimana aku mati pada masa itu? Sepertinya mati karena umurku yang sudah tua?

Tidak ada yang tahu kedepannya akan bagaimana.

Di saat aku tenggelam dalam lamunan diriku, aku tersadar oleh sesuatu yang buruk, hal buruk yang akan terjadi pada diriku. Bahkan tidak ada yang bisa menebak hal buruk apa yang akan terjadi.

Bersambung...

⋆.˚ ᡣ𐭩 .𖥔˚
Oke ges segitu dulu saja hehehe jangan lupa vote yaw!!
aku selalu siap menerima saran dan kritik dari teman teman 🐣
maaf kalau misalnya banyak kurang nya, tolong dukung aku dan kalau menurut kalian ceritanya menarik kasih tau ke temen temen dan yang terakhir aku sangat berterimakasih 🙇🙌❤

One Small StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang