Episode 04

212 19 5
                                    

"Pergi, ambilkan aku jus alpukat"

"Oh, Baik"

Jake bangkit dari sarapannya dan pergi ke arah dapur untuk mengambil jus alpukat di kulkas. Dia masih bingung tentang cara membujuk Ni-ki agar mau menghadiri kumpul keluarga yang di bicarakan Jenny tadi malam. Dan tanpa sadar karena terus memikirkan hal itu, Jake sedari pagi terus menatap ke arah Ni-ki.

"Apakah ada sesuatu di wajahku?"

"Apa?! Tidak ada"

"lalu kenapa kau terus menatapku, hmm?"

"Uh, itu karena kamu sangat tampan. Wajahmu tidak terlalu mirip ayahmu, kamu memiliki tatapan mata tajam dan aura yang elegan"

"itu karena kau lebih mirip Ibuku"

"iya, benar. Ibumu adalah seorang model dan pemain film, kalau tidak salah Ho Yeon. Kamu sangat mirip dengannya saat masih mudah. Ini membuatku merasa seperti berbicara dengan seorang selebriti"

Jake memerhatikan Ni-ki dan tampaknya bocah itu tidak nyaman dengan topik pembahasan yang menyangkut ibunya. Entah kejadian dimasa lalu apa yang telah Ni-ki alami, sepertinya seharusnya Jake tidak berbicara tentang Ho Yeon.

"Um, tapi fisikmu mirip dengan ayahmu. Berapa tinggimu, apakah 190cm?"

"185cm"

"Benarkah? kamu terlihat lebih tinggi karena proporsi tubuhmu yang bagus", jawab Jake dengan canggungnya.

"Jika kau hanya membicarakan omong kosong, lebih baik lipat baju dan siapkan setelan kuliahku. Apakah kamu memang orang yang banyak bicara?"

"Ah, maafkan aku"

***

'Aaaaa!! Bagaimana caranya mengirim Ni-ki untuk menghadiri kumpul keluarga nanti malam?! Aku tidak tahu harus berbuat apa!!', pikir Jake bingung

Sudah tinggal hitungan jam saja ke jam 7 malam, tapi belum ada kemajuan sama sekali untuk membujuk Ni-ki pergi ke acara kumpul keluarga. Oh, itu juga karena Jake belum berbicara langsung kepada Ni-ki tentang hal ini, atau sebaiknya dia langsung terus terang saja?

"AaahhhH! Aku sangat bingung, atau aku bekap saja dia lalu ku bawah ke mobil nanti jam 7 malam"

Jake sudah selesai merapikan isi lemari Ni-ki, lengkap dengan membawah setelah kulah yang akan dikenakan Ni-ki di tangannya. Saat Jake berbalik badan ternyata di hadapannya ada Ni-ki. Jake panik, apakah Ni-ki sedari tadi berada di belakangnya dan mendengar semua yang Jake bicarakan?

"Hmm, tidak terlalu buruk. Taruh saja di atas kasurku dan siapkan juga tas kuliahku, pindahkan semua yang ada di meja belajar itu ke dalam tas"

Jake lega ternyata Ni-ki datang ke kamarnya hanya untuk mengomentari setelah kuliahnya saja.

"Ah, baiklah"

"Dan ya. Sepertinya nenek lampir itu memberitahumu sesuatu, tapi aku tidak akan datang ke acara itu. Jadi tidak perlu berpikir keras untuk membujukku. Dalam 30 menit lagi aku akan pergi kuliah, jadi bersiap-siaplah"

"apa?"

"Dikontrak tertulis kamu selalu berada di sisisku kan"

"itu benar. Apakah kamu tidak takut tetiba aku malah mengantarkanmu ke rumah utama?"

"Hah! Siapa kamu yang berani melakukan hal itu!! Aku bilang aku tidak akan datang ke acara itu, jadi aku tidak akan datang."

Brak

Suara pintu kamar yang di tutup keras oleh Ni-ki

***

Jake dan Ni-ki berada di dalam mobil saat ini, Jake melajukan mobil melintasi jalanan besar yang di sampingnya banyak gedung-gedung pencakar langit. Dan ya, Jake baru mengetahui bahwasanya Ni-ki adalah bocah yang pandai karena dia berkuliah di universitas A, atau mungkin tidak ya? Kan bisa saja Ni-ki masuk melalui jalur mandiri karena dia kaya. Karena tidak mungkin orang pintar punya perilaku buruk seperti Ni-ki.

"Hey, nanti malam bukanya kamu hanya akan diam di apartemen? Bukankah lebih baik pergi sebentar ke rumah utama. Kakekmu baru keluar dari rumah sakit, loh!"

"Diam, bukan urusanmu, ini semua karena nenek lampir itu. Jika kamu ingin aku pergi ke sana, bawa pulang dulu nenek lampir itu dan jangan pernah datang kembali ke keluargaku"

Nyit

Jake langsung menghentikan laju mobil secara mendadak, berhubungan sudah sampai juga di depan fakultas. Dirinya sudah cukup berdebat dengan bajingan kecil di sampingnya ini.

"Kita sudah sampai, sana keluar!"

Brak

Ni-ki menutup pintu mobilnya agak keras, dia pergi menuju ke dalam gedung fakultas tanpa berpamitan kepada Jake. Jake yang masih kesal dengan perdebatan tadi, dia tanpa malu-malu mendekat ke arah kaca mobil yang terbuka dan berteriak kepada Ni-ki.

"Hey, Ni-ki sepertinya selama hidupmu selalu dikelilingi orang-orang berkuasa, sehingga membuatmu percaya diri bisa menyingkirkanku dengan mudah. Tapi kau perlu ingat, AKU BERBEDA!! Setelah selesai kelas, aku akan menjemputmu dan langsung mengantarkanmu ke rumah utama! Sampai jumpa"

Brummm

Suara mobil yang melaju dengan cepat dan Ni-ki masih berjalan masuk ke arah gedung fakultas. Tampak lekukan tajam di kedua alis Ni-ki, dia kesal betapa keras kepalanya Jake dan Jenny. Mereka berdua sangat mirip, sangat mengganggu pikir Ni-ki.

***

Ni-ki sudah sampai di dalam kelas saat ini, dan sudah banyak mahasiswa yang menempati meja mereka masing-masing. Ni-ki duduk di barisan paling belakang dan di pojok, tak lama kemudian tampak senyum seringai di wajahnya. Ni-ki tak habis pikir dengan kepercayaan diri Jake yang akan membawanya pergi menghadiri acara itu. Menurut Ni-ki Jake sangat bodoh, dia memberitahu rencananya di awal. Jika seperti itu, Ni-ki bisa saja pergi bersembunyi dengan menginap ke hotel dekat sini.

***

Setelah 1 matkul selesai terdapat jeda cukup panjang ke matkul selanjutnya, Ni-ki kemudian pergi ke kantin untuk membeli air minum. Ketika dia hendak membayar, Ni-ki terkejut karena di dompetnya hanya tersisa uang pecahan Rp 10.000 dan Rp 5.000 saja. Ni-ki tidak melihat kartu kreditnya di dalam dompetnya.

Ni-ki kemudian buru-buru membayar minumannya dengan uang seadanya dan langsung keluar dari kantin. Dia merogoh kantong celana jeansnya untuk mengambil HP.

Tilulit

"Hallo?", Jawab Jake di seberang sana.

"Hey, apa kamu menyentuh dompetku?!", tanya Ni-ki panik.

"hah? Apa maksudmu", dengan bodohnya Jake pura-pura tidak tahu.

"Kartu kreditku hilang! Apakah kamu yang mengambilnya?!", suara Ni-ki meninggi di akhir kalimat.

"Oh, tidak kartumu ada di sini, di atas meja belajarmu. Seharusnya kamu lebih berhati-hati", ejek Jake.

"Kamu!! Kamu pasti melakukannya dengan sengaja! Sekarang cepat kembali lagi ke sini!!", pintah Ni-ki.

"Apa? Kenapa aku harus bolak-balik. Bukanya nanti aku juga akan menjemputmu setelah pulang kuliah, hmm?"

"Tidak, cepat antarkan kartuku sekarang"

"dan kabur lagi supaya tidak perlu menghadiri acara itu?"

"......", Ni-ki terdiam karena Jake tepat menebaknya.

Pip

Bunyi telfon yang terputus secara sepihak. Ni-ki yang sedang bingung memikirkan bagaimana dia kedepannya. Sedangkan, Jake di apartemen sedang merayakan kemenangannya saat ini, karena mampu mengakali bocah nakal itu. Jake senang akhirnya dia tidak perlu lagi bersusah payah memikirkan bagaimana cara membujuk Ni-ki menghadiri kumpul keluarga itu, karena dia akan mengirimnya secara paksa ke sana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stop! Call Me UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang