II. Baru

42 5 5
                                    

_______

Pagi hari waktunya bersiap memulai kegiatan. Begitu pun dengan beberapa orang yang berpakaian pelayan. Mereka bolak-balik membersihkan setiap sudut ruangan yang lumayan besar ini.

Mereka nampak menikmati pekerjaan mereka. "Kau dengar Flo, katanya tuan Duke sedang dalam perjalanan kembali-," Raut wajahnya begitu senang, "Setelah hampir 2 tahun bertugas."

Seorang gadis berambut coklat menatap garang gadis yang barusan berucap. "Hana, kau tidak lupa kan seperti apa tuan Duke itu?, berhentilah berharap pada Duke. Kau lihat itu, nona muda menatapmu terus." Tunjuknya padaku.

Ah, aku jadi takut karna mereka berdua seketika melihatku. Aku pun mengalihkan pandangan ku ke arah lain, hingga mereka berdua kembali melakukan pekerjaannya masing-masing.

Jika dipikirkan, ternyata aku kembali hidup, lebih tepatnya terlahir kembali namun di zaman yang berbeda. Mendengar para pelayan yang sering bergosip di sekitarku, ternyata aku adalah seorang nona muda dari keluarga Duke.

Mari kujelaskan dulu.

Ayahku di zaman ini adalah seorang Duke yang posisinya hampir setara dengan keluarga kerajaan, atau bisa dibilang masih anggota kerajaan. Ayahku sebenarnya adalah pangeran kedua yang dari kecil sangat tertarik dengan ilmu berpedang dan sama sekali tidak tertarik dengan tahta, hingga akhirnya Raja memberinya gelar Duke setelah berhasil memenangkan peperangan. Katanya, ayahku memang sangat luar biasa dalam ilmu berpedang, hingga dijuluki 'Sang Dewa Pedang'.

Kalau ditanya seperti apa rupa ayahku, aku pun tidak tau. Sejak aku membuka mata pertama kali disini aku belum pernah melihatnya.

Sudah 2 tahun ayahku berperang, menurut para pelayan mungkin 2 minggu lagi akan sampai. Entahlah, aku harus bagaimana saat bertemu dengannya nanti.

"Erin!."

Ah, aku hampir lupa. Selain Duke, aku punya 2 kakak laki-laki. Kakakku yang pertama aku juga belum pernah bertemu, dan kakakku yang kedua hampir setiap hari selalu bertemu.

Aku melihatnya berlari menghampiri ku. Dia, Calvin Emillio Victoria, putra ke-dua yang saat ini masih berusia 6 tahun. Tangannya memegang lembut tangan mungilku. Ya, aku terlahir sebagai balita yang masih berusia 2 tahun. Catherine Letiza Victoria, nama yang katanya disematkan sang Duke sendiri kepadaku.

_____

"Catherine. Kakak datang~"

Calvin berlari menuju ranjang milik Catherine. Meskipun bajunya agak berantakan namun sama sekali tak mengurangi ketampanan miliknya.

Matanya berbinar melihat adiknya begitu manis dengan gaun merah muda dan bando pita yang selaras dikepalanya. Lantas ia mengambil tangan Catherine dan menciumnya.

"Erin, kakak membawakanmu hadiah loh. Mau lihat tidak?, kalau tidak mau pun kakak tetap akan memperlihatkannya hehehe~"

Calvin lantas merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda yang tak lain adalah sebuah gelang. Gelang yang begitu indah dengan bandul merah delima yang berbentuk kubus dan dibalut sulur-sulur tumbuhan. Ia langsung memasangkannya dipergelangan tangan Catherine.

"Wah, adikku semakin cantik jika memakainya. Tidak salah lagi, aku memang kakak yang tampan dan keren." Catherine tersenyum lucu menanggapi tingkah Calvin yang sangat narsistik.

Tiba-tiba ketukan pintu mengalihkan perhatian kakak adik tersebut. Terlihat seorang prajurit nampak membungkuk sebentar, "maaf tuan muda, anda harus kembali ke tempat latihan, Sir Edward sedang menunggu anda."

Calvin mendengus mendengarnya. Lantas ia cemberut dan menatap sedih ke arah Catherine. "Erin, kakak harus pergi berlatih lagi. Nanti setelah selesai, kakak akan menemuimu lagi ya." Setelah berkata demikian, Calvin mengecup pipi Catherine tiba-tiba lalu berlari secepat kilat dengan tertawa bahagia, meninggalkan Catherine yang kini sedang melongo kaget.

ah, Catherine kan tidak pernah mendapatkan itu, wajar ia kaget.

Sepeninggal Calvin, Catherine saat ini sedang duduk diatas karpet tebal dengan berbagai mainan anak disekelilingnya. Namun nampaknya ia tak tertarik dengan barang-barang itu. Ia hanya duduk diam sambil mengusap-ngusap karpet bulu yang saat ini ia duduki.

Melihat nona muda nya nampak tak bersemangat, Serina sekaligus pelayan pribadi Catherine menghampiri nya.

"Nampaknya nona muda kita ini sedang bosan ya, bagaimana kalau kita berkeliling nona?."

Mendengar hal itu, Catherine berbinar senang dan langsung mengangkat tangannya dengan semangat, membuat Serina terkekeh gemas.

Keduanya lantas keluar kamar dan mulai berkeliling menyusuri kediaman Duke ini. Tentu saja, Catherine yang berada di gendongan Serina menatap kagum disetiap jalan yang ia lewati.

Atap bangunan yang menjulang tinggi dihiasi batu merah delima yang nampaknya batu berlian asli. Setiap pilar juga dihiasi sulur-sulur tumbuhan dan banyak tanaman cantik berwarna-warni setiap lorong. Kediaman yang sangat cantik.

Namun, kekaguman-nya mendadak buyar karna tiba-tiba terdengar suara pekikan pelayan dan disusul salam hormat mereka terhadap pemimpin kediaman.

"Salam kepada yang mulia Duke Frederick Leopold Victoria."

-----

TBC
Jangan lupa vote coment..

Lady VictoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang