Epilog

1.3K 115 12
                                    

Dua tahun kemudian.

Sang mentari menyapa bumi dengan kehangatan sinarnya. Kicauan burung-burung tidak mau kalah menyambut datangnya hari baru. Embun masih menghiasi dedaunan. Dinginnya cuaca terasa menusuk kulit. Sejuk angin menambah semangat para penikmat. Masih jarangnya alat transportasi yang melintas menambah kadar kesegaran udara di sekitar.

Sebuah mobil mewah memberhentikan dirinya tepat di depan rumah yang sangat sederhana. Seorang wanita turun dari mobil tersebut. Tubuhnya dibalut jaket violet dengan rok ungu seujung kaki. Rambut hitamnya yang dibiarkan terurai panjang sepinggang terbelai anggun ketika ia beranjak mendekat ke rumah tadi.

Ia mengetok pintu.

Tak perlu waktu lama untuk sang empunya rumah membukakan pintu. Sosok itu adalah seorang wanita paruh baya. Sorot mata yang awalnya layu langsung berubah 180 derajat ketika melihat siapa yang berkunjung. Pelupuk matanya kian basah. Segera ia memeluk wanita di hadapannya.

"Dwi ...."

Dia—Dwi hanya tersenyum. Masih dalam pelukan, matanya mulai lembab. "Maaf," ucapnya lirih.

"Tante lah yang seharusnya minta maaf, Dwi." Wanita paruh baya itu—Lila melepaskan pelukannya sesambil menyeka air mata di pelupuk. "Apa yang terjadi dengan kakimu?"

"Kak Rezza membelikan sepasang kaki palsu untuk Dwi," sahutnya sendu. "Om Ryan?"

Lila menunduk, kembali menampakkan raut muka penuh kesedihan. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, perempuan paruh baya itu masuk ke dalam rumah setelah sempat memberikan semacam isyarat pada Dwi untuk mengikutinya, hingga sampai di sebuah kamar.

Seorang lelaki paruh baya tengah berbaring lesu di kasur. Mata beliau yang tadinya sedikit membuka seketika membelalak tatkala menatap Dwi yang langsung menggenggam erat-erat tangan kurusnya.

"Dia jadi begini semenjak kepergianmu dan Rezza. Banyak masalah yang muncul karena hal itu. Beliau bahkan difitnah dan dilengserkan dari perusahaan. Dokter bilang, beliau mengalami tekanan batin yang cukup besar. Ditambah lagi ... komplikasinya ...."

Mendengarnya, memahami fakta yang telah terjadi, membuat hati kecil Dwi hancur seketika. Rasa bersalahnya kian dalam. Seandainya saat itu dia bisa membujuk Rezza agar membatalkan pernikahan mereka, semua tidak akan berakhir seperti sekarang. Setidaknya, ada Rezza yang membantu beliau untuk menghadapi semuanya.

Tapi mau bagaimana lagi. Waktu tidak bisa terulang. Menyesal tiada guna. Yang terpenting sekarang adalah memahami makna dari semua yang telah terjadi dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.

"Dwi ...." Suara serak itu terdengar. Dwi semakin mengeratkan genggamannya. "Maafkan ... aku ...."

Dwi menggelengkan kepala. "Sejak dulu, Dwi sudah memaafkan segala kesalahan Om." Ia merogoh kantong jaketnya guna mengambil sepucuk surat dan menyerahkannya pada Ryan. "Ini dari Kak Rezza ...."

Dengan tangan bergetar, Ryan membuka surat tersebut, lalu membaca isinya. Meski hanya dua kalimat, tiap untaian kata yang dilewati menuntut emosinya keluar, hingga pada akhirnya ia menangis sejadi-jadinya.

vvvvv

Udara dingin menusuk kulit, juga awan-awan hitam yang berkumpul di langit, seakan berharmonisasi untuk membentuk suasana khas. Bunga-bunga kamboja bertaburan di atas gundukan tanah, meski tidak semua yang mengalami. Ya, gundukan itu tidak sendiri, melainkan berjejer banyak, yang mana masing-masingnya ditemani oleh batu nisan.

Di sana, seorang wanita berdiri di dekat salah satu gundukan tanah yang berhiaskan bunga. Hanya tatapan sendu yang ia perlihatkan sebelum pria di sebelahnya bersuara.

"Dia tipe pekerja keras. Begitu menyayangi keluarganya, sampai-sampai lupa akan kesehatan dirinya sendiri," ujar pria itu. "Dia juga sangat peduli pada semua rekan kerjanya. Sampai spontan melakukan hal itu ...."

"Pak Candra sudah sangat baik kepada suami saya. Terima kasih bany--"

Suara tangisan bayi menghentikan kalimat Dwi. Ia memeluk lembut bayi dalam gendongannya, berusaha memberikan kehangatan di tengah atmosfer pembuat gidik. Dwi berujar mantap kemudian.

"Sekarang tugasku adalah menjadi ibu yang layak bagi anak kami."

.

.

Daily News

Seorang aktor yang sedang naik daun bernama Rezza Setiawan telah berpulang ke hadapan Sang Ilahi. Pasalnya, itu dikarenakan terjadinya insiden saat ia bekerja, lebih tepatnya ketika ia menyelamatkan salah seorang rekan kerjanya dari cengkraman maut.

My Beloved WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang