Laut Natuna Utara, 2036
"san shi Hǎilǐ wài fāxiàn yìnní jūnjiàn jiàn zhǎng (Kapten, kapal perang Indonesia terdeteksi di jarak 30 mil laut)", seorang kelasi kapal mengucapkan pembacaan radarnya kepada pimpinan di kapal tersebut.
Sedangkan pimpinannya, seorang berseragam putih-putih, dengan sebuah logo di lengan kirinya bergambar perisai berlatar merah, dengan formasi satu bintang besar di pucuk dan empat bintang kecil terjajar dibawahnya, serta rangkaian empat batang gandum dibagian bawahnya, saat ini duduk di sebuah kursi tinggi disebuah ruangan yang merupakan anjungan kemudi sebuah kapal.
Semua awak didalam anjungan mengenakan seragam yang sama. Sang pimpinan, yang dipanggil sebagai "Kapten" tadi, menatap jauh ke horizon, sambil menyesap secangkir kopi.
"kita lanjutkan patroli kita beberapa waktu, kita usir kapal-kapal nelayan mereka, baru kemudian kita tinggalkan kawasan ini.
Dari logo yang tertera di lengan kiri mereka, mereka adalah anggota dari Zhōngguó rénmín wǔzhuāng jǐngchá bùduì hǎi jǐng zǒngduì, alias China Coast Guard atau Penjaga Pantai Republik Rakyat Tiongkok, sebuah cabang dari CAPF atau Chinese People's Armed Police Force.
Sejak Pemerintah pusat RRT di Beijing bertindak sepihak dengan meng-claim Laut China Selatan sebagai wilayah perairan tradisional mereka di 2019, sudah tak terhitung berapa kali terjadi konflik dengan beberapa negara. Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia bahkan berulang kali melancarkan protes dan tindakan keras akibat kapal-kapal China secara terus menerus memasuki wilayah kedaulatan negara mereka.
Indonesia? Tidak terpengaruh dengan batas wilayah kedaulatan, tetapi sebagian dari Zona Ekonomi Eksklusif, yang dipatok pada jarak 200 mil laut dari posisi pulau terluar, bersinggungan dengan claim nine-dash line Tiongkok.
Puncaknya antara 2022 dan 2023, beberapa kali nelayan-nelayan Indonesia diganggu oleh kapal-kapal penjaga pantai milik RRT pada saat sedang melaut di daerah yang dipersengketakan tersebut.
Bahkan ketika pemerintah Indonesia menggiatkan kegiatan eksplorasi migas di Blok Tuna, Pemerintah RRT malah mengajukan nota keberatan, yang dianggap sebagai angin lalu saja oleh pemerintah Indonesia.
Sayangnya diamnya pemerintahan Nusantara, seolah-olah membiarkan hal tersebut, membuat Tiongkok, yang secara perlahan sudah memperkuat cengkeramannya di kawasan Laut China Selatan menjadi semakin semena-mena.
Tahun 2023, Tiongkok mulai mengoperasikan Radar Over-the-Horizon di Cuarteron Reef, salah satu bagian dari kepulauan Spratly, yang pada saat itu masih merupakan daerah konflik antara China, Taiwan, Filipina, dan Vietnam.
Radar berkemampuan tinggi itu mampu mendeteksi pergerakan pesawat udara dan kapal laut hingga jarak 3000 kilometer. Yang artinya, mereka sudah bisa mengawasi lebih dari 80% wilayah Indonesia dari sebelah utara Kalimantan. Seluruh Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan bagian kepala burung dari pulau Irian bisa mereka awasi.
"Duìzhǎng, nǐ yīdìng tīng dàole, yǒu wúxiàndiàn tōngxùn (Kapten, anda harus mendengar ini, ada komunikasi radio)", seorang kelasi radio tiba-tiba bicara.
Sang Kapten, masih duduk santai di kursi tingginya, mengalihkan pandangan kepada kelasi radio itu, lalu ia menganggukkan kepala, diikuti kelasi itu menekan sebuah tombol, lalu terdengarlah suara komunikasi radio berbahasa Inggris.
"China Coast Guard Ship 5901, You have crossed the Indonesian continental shelf, and are currently in Indonesia's exclusive economic zone. Immediately turn your ship around and leave this area"
"Bù kěnéng de (mustahil), bagaimana mungkin mereka bisa begitu cepat melihat kita?", ucap kapten kapal tidak percaya, tapi masih terlihat santai dan tetap menyesap kopinya.
"Your current position coordinate is 06.15393 North, 109.37324 East, lies within Indonesian EEZ. This is not international waters, and this is not based on your nine-dash line claim. Turn around immediately or we will take direct action to your ship"
"Kapten, P-8 Indonesia lepas landas dari Natuna", kali ini kelasi radar yang berbicara. "Kapten, radar mendeteksi ancaman torpedo dari sisi kanan", lanjutnya.
"Torpedo? Dari mana? Tidak ada kapal Indonesia dekat-dekat sini, kan?"
"Hello, there, we are at your starboard side"
Kontan saja kapten kapal dan para pelaut yang berada di anjungan langsung menengok ke kanan. Awalnya semua terlihat seperti biasa saja, sampai tiba-tiba air laut berbuih putih, dan secara perlahan sebuah batang besi berwarna hitam mulai menyembul dari permukaan laut, semakin meninggi, dan tak lama kemudian dari bawah permukaan air, benda hitam besar berbentuk silinder muncul memperlihatkan bentuk aslinya.
Kapten China Coast Guard terpana melihat benda logam hitam dengan tulisan angka 431 berukuran besar tertera disana. Diatas angka-angka tersebut, sebuah simbol lain juga terlihat, cat burung garuda berwarna emas, sudah dikenal seluruh dunia sebagai lambang negara Indonesia.
"Smile, you are on TV"
Kapten kapal CCG itu bahkan tidak menyadari kalau wajah terkejutnya itu bisa ditangkap kamera resolusi tinggi dari beberapa orang yang mendokumentasikan hal tersebut dari Conning tower.
Wajah sang kapten yang tertangkap kamera bersama beberapa anak buahnya itu bahkan oleh sejumlah diplomat Indonesia, baik di PBB maupun di forum internasional lainnya, entah disengaja atau tidak, masuk dalam dokumen protes resmi. Yang juga, entah disengaja atau tidak, foto itu tersebar di jagat maya, yang berakibat hingga beberapa pekan berikutnya, wajah terkejut sang kapten yang iconic dan meme-able itu menjadi bahan meme di media sosial.
--- 20240228 - 2125 ---

KAMU SEDANG MEMBACA
Bima - Trisula
ActionKelanjutan kisah Bima sebagai perwira TNI-AL... berlatar sekitar tahun 2036-2037 Trisula adalah sebuah 'nickname' dari konsep peperangan TNI-AL terbaru yang umum dikenal sebagai Sistem Senjata Armada Terpadu, dimana konsep ini menggabungkan kapal pe...