Matahari sudah terbenam membuat hutan terlihat semakin gelap. Seva hampir menangis karena ia bersumpah, ia sudah mengelilingi hutan ini tapi seakan tak ada jalan keluar— rasanya ia semakin masuk ke dalam.
Setelah Seva puas bermain diantara kunang-kunang bak peri di Negeri dongeng, ia tertampar keadaan kalau dirinya tersesat. Seva juga mengutuk dirinya sendiri karena ponsel nya berada dalam jaket dan itu berada di tenda.
"Halo?! Ada orang?!" Seva berteriak, namun hanya hening yang menjawab. Suara-suara hewan hutan membuatnya semakin takut. "Tolong! Ada orang disini?! Halo?!"
Seva menjatuhkan tubuhnya bersandar pada pohon dan terisak, ia menatap sekeliling dan hanya gelap yang ia lihat. Seva lalu memeluk lututnya dan menyembunyikan wajahnya disana.
"Mama Papa, Seva kena karma... harusnya Seva gak ikut kemah." Ia merancau. "Seva takut dimakan serigala, Seva—"
Seva menegang dengan tangisan yang terhenti ketika geraman Serigala terdengar. Geraman itu menggema seakan mengisi seluruh hutan.
Seva menoleh kanan kiri mencari asal suara, tapi tak ada. Ia kembali terisak, tapi sialnya geraman itu semakin keras. Lalu saat ia berbalik— tubuhnya terdiam membeku melihat apa yang ada di depannya.
Itu serigala. Serigala yang sangat besar dan tinggi, matanya menyala menyorot tajam. Bulunya berwarna hitam legam, tapi terlihat sangat lembut. Perlahan serigala itu berjalan mendekat membuat tubuh Seva bergetar hebat.
Seva meremas tanaman yang tak sadar kalau itu berduri, matanya menatap was-was hewan buas ini dengan air mata mengalir deras. "T-tolong j-jangan makan gua.."
Serigala itu tetap berjalan mendekat, Seva sendiri sudah tak bisa mundur karena tubuhnya sudah menempel pada pohon. "Pergi!"
Seva menyembunyikan wajahnya pada lipatan tangan dan menangis histeris ketika wajah sang serigala sudah tepat berada di depan wajahnya. "Pergi hiks! Pergi—"
"Seva?"
Tangisan histerisnya terhenti. Tunggu, ia kenal suara ini. Seva mengangkat kepalanya perlahan, bukan wajah serigala tadi yang ia lihat melainkan wajah tampan Damian.
Seva langsung memeluk Damian erat dan kembali menangis, kini lebih kencang. "Bawa gua pulang hiks. T-tadi ada serigala, gua takut hiks."
"Hei, tenang dulu—"
"Nggak mau hiks mau pulang!"
Damian lalu menggendong Seva ala koala dan mendudukannya di kayu yang tumbang, Damian lalu berjongkok dan menarik lengan Seva lembut— menyuruh Omega itu menatapnya.
"Lo aman." Suara lembut Damian membuat Seva yang terisak menatap Damian. Wajah Omega yang biasanya menatap ia sengit kini memerah. "Tenang dulu." Damian lalu mengusap punggung tangan Seva.
Seva melirik sekitar dengan takut, isakannya juga yang belum berhenti. "Tapi hiks tadi ada Serigala besar hiks."
Damian menyeringai, lalu menjawab dengan santai. "Itu gua."
Seva menatap Damian tak percaya, ia lalu mengusap bawah hidungnya dengan tarikan ingus. "Bohong! Lo kan hiks masih 18 tahun. Belum bisa ganti shift."
Damian kembali tersenyum, dan kini senyum tengilnya kembali Seva lihat. "Gua udah, dari 2 tahun lalu."
Damian lalu berdiri, memasukan kedua tangannya kedalam saku celana membuat Seva mendongak. Baiklah, kali ini Seva benar-benar merasa kecil dihadapan Damian. "Gua Alpha, lo lupa?"
Seva mendengus, tapi segukan tangisnya belum berhenti. Ia hampir lupa kalau Damian itu Alpha, seorang Alpha murni. "Bersyukur lo, kalo gua jadi Alpha udah gua cukur bulu lo supaya jadi kucing."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanilla || KOOKV
FanfictionJika ada yang Seva benci, maka itu adalah Damian. Alpha tengil yang selalu membuatnya marah. Karena jika Alpha itu ada di dekatnya, Seva akan menggunakan mulutnya hanya untuk mengumpat. BxB | Abo Mini Series KOOKV | TAEKOOK 12th book completed.