Bab 9

732 139 22
                                    

Langkah Jimin berhenti sejenak ketika sampai di depan gedung apartemennya. Ia menatap dengan tajam orang-orang yang keluar masuk gedung tersebut. Tentu saja ia tidak memiliki kunci untuk ke unitnya. Jalan satu-satunya adalah mendekati pengurus apartemen. Jimin pun melanjutkan langkahnya ke dalam gedung apartemen.

Dan akhirnya ia melihat pria pengurus apartemen itu sedang memeriksa kondisi CCTV. Jimin berhenti di dekatnya dan berdehem. Ahjusshi itu menunduk. Ia terkejut dan segera turun dari tangga.

"Oh, Jimin-ssi? Apa kau sudah baik-baik saja?"

Jimin tersenyum.

"Aku baik-baik saja. Hanya...ehem...sakit tenggorokan."

"Pantas saja suaramu serak. Syukurlah kau sudah membaik. Dua orang temanmu saat itu sangat panik dan langsung membawamu. Dan mereka meninggalkan kunci apartemenmu padaku, meski aku memiliki duplikatnya."

Jimin menyeringai senang. Ia tidak perlu repot-repot memintanya, bukan?

"Tetapi maaf, apa kau ingin kutemani ke atas? Aku bisa memeriksa CCTV ini nanti. Kau tampak tidak sehat, Jimin-ssi."

"It's okay. Aku tidak apa-apa."

Lalu Ahn Ahjusshi memberikan kunci milik Jimin yang tergantung di pinggangnya bersama kunci cadangan unit lain.

"Selamat beristirahat, Jimin-ssi. Aku harus memeriksa kondisi semua CCTV di gedung ini yang dirusak oleh berandalan itu. Ia pemilik apartemen ini tetapi suka sekali merusak dan mencuri."

Jimin tidak mempedulikan ocehan pak tua itu. Ia melenggang pergi tanpa mengucapkan terima kasih.

Setelah mendapatkan kuncinya, Jimin—yang sedang diambil alih oleh Jamie—segera masuk ke dalam lift untuk menuju kamarnya.

Apartemen itu tergolong sepi. Sepertinya itulah sebabnya Jimin menyukai tempat ini. Tidak terlalu banyak penghuni jadi ia bisa berkonsentrasi menulis. Ia tidak sering muncul selama mereka tinggal di apartemen ini. Karina selalu mendominasi dan Jamie membencinya. Ia ingin sekali menyingkirkan Karina saat ini.

Kemudian saat ia berjalan menuju unit apartemennya, ia melihat ada 4 pemuda yang tak dikenalnya berjalan berlawanan arah dengannya. Pemuda itu tampak saling berbisik satu sama lain tetapi Jamie tidak mempedulikan. Ia mempersiapkan kunci yang diberikan Ahjusshi tadi saat telah berada di depan pintu unit apartemennya.

Namun sekilas ia merasakan ada yang menghampirinya dari belakang. Jamie yang hendak membuka pintu itu dengan kuncinya tiba-tiba merasakan sesuatu yang runcing dan dingin menempel di samping lehernya. Tubuhnya membeku.

"Halo, seksi. Akhirnya ada kesempatan kita bertemu lagi. Tanpa gangguan."

Kening Jamie mengernyit. Namun saat ia hendak membalikkan badannya, ada tangan yang mencengkram lengannya.

"Jika kau berteriak dan melawan perintahku, aku tidak akan segan-segan menusukkan pisau ini ke dalam leher jenjangmu."

Rahang Jamie mengeras. Siapa yang berani-berani mengancamnya?!

Tentu saja Jamie tidak mengenalnya. Sebab keempat pemuda itu berurusan dengan Karina.

"Sekarang ikut aku, perempuan jalang."

**

"Ya, aku harus mencarinya. Aku tidak akan membiarkannya sendirian di luar sana."

"Kemana kau akan mencarinya? Aku tidak bisa menemanimu."

"Tenang saja, Eonnie. Jagalah tunanganmu. Aku rasa aku bisa menghadapi Jamie."

Yoona tersenyum mendengar Minjeong memanggilnya Eonnie. Minjeong menundukkan kepalanya. Sejak dulu ia selalu menghormati wanita itu. Dan ia menyesal akhir-akhir ini bersikap sinis kepada Yoona.

MIRRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang