21- Otw Sembuh.

208 31 0
                                        

Berminggu-minggu kemudian, setelah tragedi Clairy dibawa ke rumah sakit karena ia melakukan kesalahan yang hampir membuat kakinya semakin parah kini ia harus ke rumah sakit lagi. Kali ini bukan untuk suatu yang mengkhawatirkan melainkan karena ia akan benar-benar sembuh.

Clairy sangat menyayangkan tragedi yang dialaminya sehingga membuat waktunya berada di ibukota menjadi sia-sia. Banyak waktu yang seharusnya bisa ia gunakan untuk belajar dan mencari lebih banyak pengalaman tapi tidak bisa ia lakukan karena keterbatasan fisiknya.

Tiga puluh hari menuju berakhirnya masa kerja Clairy di ibukota. Ia akan mencetak hal-hal baik mulai hari ini, meskipun sebenarnya ia ingin melakukan itu sejak kali pertama datang.

Janji temu dengan dokter ia buat pukul sebelas siang. Saat ini masih pukul sembilan. Masih ada waktu untuknya bersiap-siap. Ia melangkahkan satu kakinya seperti seseorang sedang bermain engklek menuju meja rias.

Rambutnya sudah terlalu panjang, mungkin akan menyenangkan jika sepulang dari rumah sakit ia bisa pergi ke salon, pikir Clairy. Kebetulan hari ini ia diizinkan untuk tidak masuk kerja dengan alasan kesehatannya.

"Clairy, aku boleh masuk?" sebuah suara terdengar.

"Aku sedang bersiap, ada apa?"

Clairy menolak siapapun masuk ke dalam kamarnya ketika ia sedang bersiap. Meskipun ia memakai pakaiannya dengan lengkap tapi ia tidak suka jika diganggu ketika bersiap.

"Aku mendapat telepon dari rumah sakit, jadwalmu dimajukan menjadi pukul sepuluh."

"What?!" Pekik Clairy memegang botol toner wajahnya.

"Apa aku boleh masuk?"

Clairy memutar bola matanya, Juan semakin hari menjadi semakin menyebalkan. Terlebih semenjak kepergian Alesha dari rumah ini dan statusnya yang kembali menjadi lajang. Ah iya, beberapa waktu lalu Clairy sempat membicarakan perihal kontraknya dengan Melvin selaku pemilik rumah. Tapi hal itu tidak berakhir seperti keinginannya. Melvin tidak mengizinkan Clairy untuk pergi dengan alasan karena Alesha telah jauh lebih dulu memutuskan untuk mengakhiri kontraknya sebagai penghuni di rumah itu. Lebih detailnya, Melvin tidak ingin merugi karena kehilangan dua penghuni sekaligus.

"Masuklah," balas Clairy mengizinkan Juan.

Pria itu mengetuk pintu dua kali sebelum membukanya dan melihat punggung Clairy yang masih tertutup baju tidur.

"Apa kamu punya cukup waktu?" tanya Juan.

"Jelas tidak, aku tadinya memiliki waktu dua jam tapi sekarang tersisa satu jam dan semakin menipis karena kamu mengajakku bicara. Hei, apa yang kamu lakukan?!"

"Dry your hair. You do you, supaya kita tidak terlambat."

Juan melepas ikatan handuk dari kepala Clairy kemudian menyalakan pengering rambut yang memang sudah Clairy siapkan di atas meja riasnya.

"Tapi aku akan pergi bersama—"

"Denganku. Tidak ada orang lain hari ini. Melvin harus bekerja karena kafenya disewa untuk lamaran. Kecuali kamu mau naik taksi dan menyusahkan dirimu sendiri, merusak riasanmu, juga bisa saja kamu terjatuh dan berakhir tidak jadi sembuh hari ini."

Clairy mencibir Juan lewat gerakan mulutnya, sedang tangannya sibuk memoleskan riasan yang biasa ia pakai.

"Rambutmu sudah terlalu panjang. Biasanya sudah kamu potong jika sepanjang ini." komentar Juan.

Dulu ia sering melakukan hal ini. Mengeringkan rambut Clairy ketika mereka sedang terburu-buru dan perempuan itu belum mengeringkan rambutnya. Juan masih hapal bahwa Clairy paling suka dengan belahan tengah untuk rambutnya.

"Salah satu idol favoritku menyukai perempuan berambut panjang dan humoris."

"Lalu apa hubungannya dengan rambutmu? Apa ia akan menyukaimu juga? Bahkan dia tidak tahu kalau kamu hidup di dunia ini."

Clairy berdecak tidak suka dengan jawaban Juan. Pria itu selalu saja mengoloknya. Clairy selesai dengan riasannya dan ia juga dapat melihat Juan hampir selesai dengan kegiatannya.

"Berisik. Sudah, jangan terlalu kering! Aku harus pakai vitamin rambut."

°°°

Setibanya di rumah sakit, Juan meminta pada securiry untuk mempersiapkan kursi roda bagi Clairy. Laki-laki itu turun terlebih dahulu unruk membantu Clairy dengan kursi roda yang telah berada di sisi kursi penumpang.

"Pelan-pelan."

"I can do it by my self, Ju."

"But I want to help you, Clairy."

Juan mendorong kursi Clairy dengan pelan, memastikan tidak ada goncangan yang dapat membuat perempuan itu tidak nyaman. Di lantai dasar, ia kemudian melakukan pendaftaran sesuai nomor reservasi yang telah Clairy dapatkan.

Sembari menunggu namanya dipanggil, Clairy memainkan ponselnya membuang rasa bosan.

"Kapan kontrak kerjamu di sini selesai?" tanya Juan tiba-tiba.

Clairy mengalihkan pandangan dari ponselnya, menatap sebentar ke arah Juan sebelum ia menjawab "Akhir bulan ini."

Juan tampak mengangguk mengerti, kemudian ia juga tampak sibuk dengan ponselnya.

Detik berubah menjadi menit. Jujur saja, jika tidak ada pertengkaran keduanya ini memang jarang berbicara satu sama lain. Seperti sekarang, baik Juan maupun Clairy tampak canggung dan memilih untuk menyibukkan diri.

Clairy berselancar di sebuah platform belanja online, sedang Juan asik bermain gim di sana. Barang sebentar Clairy melirik ke arah Juan, ia masih sama seperti beberapa tahun yang lalu. Pecinta gim.

"Bagaimana hubunganmu dengan Alesha?"

"Dia marah. Kurasa benar, aku terlalu memanjakannya hingga dia tidak mengenal diriku yang sebenarnya. Dia terkejut melihat sikapku."

Clairy mengangkat satu alisnya.
"Alesha sangat menyayangimu. Kapan kamu mau berhenti bermain-main? Sudah berapa perempuan setelah aku?"

Juan mengangkat kepala yang sebelumnya menunduk menatap ponsel.
"Banyak. Karena aku tidak menemukan dirimu pada mereka."

TIGA BULAN. (END) | Jeno x KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang