-o0o-
Setelah pesta kecil yang singkat bersama Yuri dan Ayah, sesampainya ia di rumah sehabis makan bersama Jovan, Yudi berdiam diri di kamarnya. Lebih tepatnya ia duduk di lantai kamarnya yang dingin sambil bersandar pada dipan. Diangkatnya kedua lututnya untuk menopang kedua tangannya di depan tubuhnya. Kepalanya tertunduk dan matanya terpejam. Yudi bukan tertidur. Ia hanya sedang berusaha mengendalikan badai yang berkecamuk dalam hatinya. Kini perasaannya terasa tidak tenang. Sulit dijelaskan alasan pastinya. Tapi satu hal yang Yudi tahu bahwa badai dalam dirinya kini dikendalikan oleh berbagai perasaan. Sedih, marah, kecewa, dan putus asa. Entah Yudi bersedih karena apa. Marah pada siapa dan putus asa karena apa. Saking menyakitkannya, ia rasanya tidak sanggup menjawab dengan pasti.
Ada satu hal yang juga sedang berputar dalam kepalanya. Sebuah kenangan. Kenangan tentang orang itu. Kenangan yang berisi peristiwa bagaimana orang itu direnggut darinya, di dalam pelukannya. Yudi merasa dirinya ikut mati bersama orang itu. Napasnya terasa semu meski ia sadar dirinya masih terus hidup sementara orang itu barangkali sudah menjadi tidak lebih dari tulang-tulang.
Yudi berhasil menipu semua orang. Berhasil menipu mereka semua dengan akting yang luar biasa. Senyum dan tawa yang terlontar selama ini, sejak kejadian itu, terasa sangat hampa. Tidak berguna. Hambar. Yudi nyaris lupa bagaimana rasanya tersenyum dan tertawa dengan hatinya. Dan itu semua karena perginya Jina ke tempat yang tak terjangkau olehnya.
Lelaki itu masih ingat dengan jelas setiap detailnya. Bagaimana ia berlari mengejar gadis itu. Dalam hati memohon agar gadis itu mau menurutinya, berhenti dan mendengarkan penjelasannya. Ia juga memohon dengan mulutnya walau napasnya memburu karena rasa takutnya. Tapi barangkali kekecewaan fatal yang seharusnya tak dirasakan gadis itu jauh lebih besar dari yang Yudi perkirakan sehingga gadis itu enggan. Berapa kalipun Yudi memanggil, Jina tidak berbalik arah padanya, atau berhenti berlari darinya. Jina terus berlari hingga kecelakaan tragis itu terjadi.
Yudi nyaris benar-benar marah dengan matanya saat itu. Bisa-bisanya penglihatannya sendiri menipunya dengan hal paling mengerikan yang bisa ia lihat seumur hidupnya. Tapi itu semua bukan tipuan. Semuanya nyata dan memang terjadi di sana. Jina yang terlontar jauh setelah tertabarak sebuah truk yang dikemudikan dengan tidak bertanggungjawab. Saat itu, Yudi tidak merasakan apapun. Rasanya perasaannya mati begitu saja seperti saklar lampu yang diturunkan. Dan yang ia pikirkan adalah terus berlari. Menghampiri Jina, gadis yang sudah mencuri hatinya sedemikian rupa. Ketika dilihatnya tubuh Jina yang terbaring di atas aspal dengan darah mengucur dari kepala dan posisi badan yang canggung, kepanikan menyerangnya. Lalu rasa takut. Baru setelah itu rasa bersalah dan marah pada dirinya sendiri. Ia raih Jina dalam pelukannya. Jina masih terlihat mengedip namun pandangannya sudah tidak dapat mengenali siapapun lagi.
Dalam keputusasaannya, Yudi terus memohon pada Jina agar gadis itu bertahan. Setidaknya hingga ambulan datang. Atau hingga gadis itu sampai di rumah sakit dan mendapat pertolongan. Bahkan saat Jina akhirnya kehilangan kesadaran, Yudi masih berusaha untuk memastikan denyut nadinya masih terasa di bawah ibu jarinya, sambil berdoa tanpa henti agar Jina tetap hidup. Perasaan lega ketika akhirnya ambulan datang dan membawa Jina untuk diselamatkan terasa semu karena masih ada kemungkinan terburuk yang bersarang di dalam kepalanya. Meski begitu, Yudi berdoa, memohon. Ia tidak pernah memohon sampai seperti itu selama hidupnya, tapi permintaan yang sangat mendesak ini barangkali terlalu besar dan sulit. Karena ketika dirinya sampai di rumah sakit, bersama dengan Jovan dan Zara, akhirnya Yudi mengetahui bahwa semua doanya telah sia-sia. Untuk pertama kali dalam hidupnya Yudi dikecewakan oleh harapannya sendiri. Jina pergi meninggalkan mereka semua dalam perjalanannya menuju rumah sakit. Namun satu titik dalam diri Yudi merasa yakin kalau Jina pergi tidak lama setelah Yudi memastikan denyutnya masih ada. Karena setelahnya, Jina benar-benar tidak bergerak, terkulai dan terasa kosong. Barangkali yang membuat Yudi yakin Jina masih hidup, ketika gadis itu dibawa masuk menggunakan tandu kedalam mobil bersirine itu, hanyalah harapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Rainbow | Yuta NCT [RF]✓
Short Story"Jantung dan kehidupannya. Ruang dan waktunya. Semuanya seakan berhenti..."