CHAPTER 2
HIS FAVORITE PLACEHari Sabtu, cuaca tampak cerah seperti hari-hari kemarin. Yibo mengajak Xiao Zhan jalan-jalan dengan motor sesuai janjinya kemarin. Mereka berangkat setelah sarapan, sekitar pukul sembilan pagi dan merasakan matahari sudah sangat terik.
Yibo terlihat tampan, jaket kulit dan celana jeans menambah kesan maskulin, membuat pemuda itu terlihat sedikit lebih dewasa dari usianya. Sedangkan Xiao Zhan memilih mengenakan pakaian yang menurutnya nyaman, tidak harus mengikuti tren pakaian khas anak motor. Pemuda itu mengenakan celana putih, kemeja garis-garis warna biru dan cardigan bahan rajut.
Mereka mulai berkendara melintasi jalanan kota yang sedikit macet. Satu jam, kemudian hampir dua jam terlewati. Keduanya berhenti di sebuah minimarket untuk beristirahat sebentar, membeli camilan dan minuman dingin.
"Yibo, kita sudah jauh sekali dari rumah. Sebenarnya kau ingin membawaku ke mana?" tanya Xiao Zhan.
Ke suatu tempat di mana hanya aku yang bisa melihatmu.
"Ke tempat rahasia. Pokoknya nanti kau akan tahu sendiri," jawab Yibo.
Setelah beristirahat sebentar di depan minimarket, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Motor Yibo mulai melewati jalanan pegunungan yang sepi. Terus menanjak hingga Xiao Zhan mulai merasakan hawa sejuk menyapa kulit.
Perbedaan suhu menjadi sangat signifikan, jauh lebih dingin dan sangat nyaman, berbeda dengan jalanan kota yang panasnya membakar kulit.
Sekitar setengah jam setelahnya, motor itu telah membawa mereka ke suatu tempat di atas bukit.
Yibo memarkir motornya di bawah pepohonan. "Kita sudah sampai," ucap pemuda itu.
Mereka berada di sekitar pegunungan Mangshan, berjarak sekitar dua jam dari Zhengzhou, ibukota Henan.
Tempat itu bukan bukit biasa. Ada dataran yang cukup luas dan ada pondok bambu di sana. Ada meja, juga kursi. Xiao Zhan melangkah perlahan, kemudian menyadari bahwa tempat itu adalah kedai kecil.
"Zhan, ayo," ajak Yibo.
"Huh, iya."
Di sana, Yibo mengenalkan Xiao Zhan dengan seorang paman pemilik kedai. Yibo sering datang ke sana, tetapi ini pertama kalinya pemuda itu membawa teman.
Paman Han, sapaan akrab pria tua itu. Kedai kecil miliknya sudah berdiri selama puluhan tahun. Beberapa orang yang melewati jalanan pegunungan sering singgah untuk membeli minum, makan atau sekadar menumpang ke toilet. Namun, seiring waktu berlalu, pembangunan di sektor wisata semakin maju. Ada sebuah rest area bagus di dekat tempat itu. Kedai kecil milik pak tua semakin terlupakan. Sepi, jarang ada pengunjung. Pak Tua Han sendiri tidak sepenuhnya menggantungkan ekonomi pada kedainya. Pria itu kini membuka kedai hanya di akhir pekan, dan akan bertani di hari-hari biasa.
Di saat orang lain memilih singgah di rest area dengan fasilitas yang lengkap, Yibo tetap bertahan menjadi pelanggan setia Paman Han. Alasannya sederhana, yaitu kedai milik Paman Han memiliki pemandangan yang bagus.
"Ini adalah kedai langgananku. Kau orang pertama yang aku ajak ke sini," ucap Yibo.
Pipi Xiao Zhan sedikit merona, merasa malu akan ucapan itu. Yibo melihat rona di pipinya, tetapi tidak berpikir jauh dan mengira wajah Xiao Zhan merah karena tersengat terik matahari.
"Tempat ini terlihat sangat tua. Kursi dan meja kayu seadanya, tapi benar-benar indah. Seperti menyatu dengan alam. Kau hebat, Yibo. Bagaimana kau bisa menemukan tempat ini?" tanya Xiao Zhan.
Yibo menjawab, "Aku berkendara tanpa arah, dan tanpa sadar berhenti di sini. Dan begitulah ...."
Xiao Zhan terkekeh. "Dasar nekat. Aku baru ingat bahwa kau tidak punya SIM."
KAMU SEDANG MEMBACA
FOOLISH YOUTH
FanfictionFOOLISH YOUTH Masa SMA, masa-masa indah di mana hampir setiap remaja merasakan cinta. Mungkin rasa itu pula yang tengah dialami Xiao Zhan saat ini. Jatuh cinta kepada sahabatnya sendiri, Wang Yibo. Xiao Zhan tidak memiliki keberanian untuk berkata...