Episode 1, sebuah dialog singkat

170 5 0
                                    

Teriknya sinar sang fajar pada pagi hari itu, Daniel senantiasa mengawali kegiatanya, yaitu sekolah online ataupun dengan bermain sosial media, Daniel bukanlah seorang pemalas apalagi seorang yang no life yang tidak bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya hanya saja pada saat itu ditempat Daniel berpijak sedang dilanda wabah mematikan dan membuat dunia kewalahan pada saat itu dan pada akhirnya kami semua terpaksa untuk stay at home dan suara lalat pun tak asing lagi didengar karna sudah lama tidak keluar rumah. Daniel adalah orang yang tertarik dengan hal yang berbau Semenanjung baik itu sejarahnya, adat, bahasa, hingga ke orang-orangnya. Dengan sengaja Daniel mengikuti akun akun Semenanjung untuk mendapatkan informasi-informasi seputar semenanjung itu. Ketika bermain sosial media pada saat pandemi, Daniel termasuk pribadi yang gemar berkomentar disebuah postingan, hal itu sengaja ia lakukan untuk menggantikan interaksinya di dunia fana yang terbatas karna datangnya tamu yang tak diundang. Daniel menemukan sesuatu yang tak biasanya ia temui dikomentar pada saat itu, sesuatu itu ialah invitation group link, tanpa pikir panjang Daniel langsung saja masuk ke grup ini dan dirinya pun memulai beberapa percakapan kecil.

"Haloooo guys!" Daniel menyapa seisi grup itu.

"Haii" sontak beberapa orang menjawab sapaan Daniel..

"Nama kamu siapa? asal manai?" pertanyaan yang dilontarkan kepadaku dari salah satu teman onlineku,

"Aku Daniel dan aku berasal dari salah satu kota di Riau" jawab Daniel sambil kebingungan karena masih belum mengetahui akan grup itu.

"Salam kenal ya Daniel, aku Angel".

"Btw guys, ini grup apa ya?" tanya Daniel masih dalam keadaan penasaran.

"Jadi ini grup mutualan untuk mencari teman-teman online" Angel menjawab pertanyaanku.

"Untuk cari teman hidup juga bisa hahaha" a stranger menyeletuk pada saat itu.

"Hahaha, beneran ga ini?" Daniel tertawa karna menyadari bahwa aku juga sudah lama tidak punya pacar, jadi mungkin inilah kesempatannya.

"Beneran kalau ga percaya coba saja tanya si Adam" salah satu temanku menjawab.

"Hahahaha" seisi grup ketawa karna candaan itu.

Respon positif ini yang membuat Daniel merasa berada ditempat yang bertempat. Setelah Daniel mengobrol dengan teman-teman yang ada di dalam grup tersebut, dirinya mencoba untuk melihat siapa saja yang ada di dalam grup ini, dan bertapa terkejutnya ia setelah mengetahui bahwa yang membuat grup ini bukanlah orang Indonesia, hanya saja mayoritas grup ini adalah orang Indonesia. Pada saat itu ada 4 admin di dalam grup ini. Daniel memilih acak dan ia langsung menghubunginya.

"Halo, i am Daniel, and i am from Indonesia?" Daniel menyapanya untuk memulai sebuah percakapan.

"Hi, i am denallie, and i am from Peninsula" ia membalas sapaan Daniel.

"Yaps, i know that because your number is different with mine hehe" Daniel mencoba membuat sebuah candaan.

"Ohh hahaha, anything else?" ia membalas dengan singkat.

Kaget adalah reaksi pertama Daniel ketika ia mengetahui bahwa orang yang ia hubungi adalah seorang wanita dan Daniel pun bertanya-tanya kepada dirinya, kenapa sikapnya begitu dingin?, apakah karena kami baru mengenal satu sama lain sehingga tak banyak yang bisa ia ucapkan pada percakapan singkat itu atau ia sudah berpunya sehingga ia membatasi dirinya dengan lawan jenis, entahlah, Daniel hanya tidak ingin memikirkan hal yang tak seharusnya ia pikirkan. Selang beberapa hari, ternyata eh ternyata ia menyimpan nomor Daniel hal ini ia ketahui ketika Denallie memposting Sebuah foto distatus sosial media yang mereka gunakan untuk menghubungi satu sama lain. Tanpa pikir panjang Daniel mencoba membalas gambar yang Denallie upload itu.

"The sunset is beautiful, isn't it?" tanya Daniel sambil merasa keren karna sedikit puitis.

"yaaa, it is" lagi-lagi jawaban singkat yang Daniel dapatkan.

Daniel sedikit dongkol akan sikapnya yang begitu dingin, tapi ia tetap mencobanya lagi.

"Suka sunset ya? aku punya banyak foto sunset, kamu mau ga?" Daniel menawarkan foto-foto yang pernah ia tangkap dan kebetulan Daniel adalah anak indie yang kata orang anak indie tak sholat maghrib hahaha (sholat sih walaupun telat).

"Suka banget malah, eh mauu dong" ia membalas dengan sedikit exicted.

Daniel langsung saja mengirim beberapa foto andalannya.

"What a gergeous sunset photos" ia memuji sunset yang Daniel kirim.

"Bagus banget ada lautnyaa".

"Iya, kebetulan aku tinggal di tempat yang dikelilingi laut" jawab Daniel sambil merasa bangga dengan kemahirannya dalam mengambil foto (padahal tinggal foto doang apa susahnya).

"Kamu mau juga ga foto-foto sunset aku?" Denallie menawarkan foto-foto sunsetnya.

"Mau banget" Daniel membalas apa yang ditawarkan oleh Denallie.

Denallie mengirimkan beberapa foto sunset.

"Betapa indahnya ciptaan Tuhan" Daniel mengeluarkan kata-kata puitisnya.

"Btw, thanks yaa" Daniel berterimakasih kepada Denallie karna telah sudi membagikan foto sunsetnya.

"yaps, no biggie, terimakasih juga ya" Denallie menjawab dan berterimakasih kembali kepada Daniel.

Percakapan itu putus sampai disini. Daniel kembali lanjut melakukan bermain sosial media dan mengomentari apapun postingan yang ia jumpai. Setelah bosan bermain sosial media, Daniel membuat tugas yang telah diberikan oleh gurunya dan betapa terkejutnya Daniel setelah mengetahui tugas yang diberikan adalah tugas matematika. Daniel merupakan salah satu dari jutaan orang yang tidak menyukai matematika sehingga ia sangat lemah dalam hitung menghitung dan cenderung bergantung kepada teman-temannya.

The Jewel of The PeninsulaWhere stories live. Discover now