Rami terlihat sibuk didapur untuk menyiapkan sarapan. Ibunya sudah dirumah dan mengetahui kalau jihoon menginap disini semalam. Ibunya sempat bertanya perihal kenapa jihoon ada dirumah. Rami hanya menjawab bahwa awalnya ingin membahas masalah kantor dan ternyata bossnya itu sakit. Rami belum berani menceritakan masalah apa yang sedang di alami jihoon. Itu bukan hal dirinya.
Semalam pria itu sempat mengigau dalam tidurnya, rami benar benar menjaga jihoon semalaman padahal pagi ini ia harus berangkat kantor. Tapi melihat keadaan jihoon ia ragu untuk meninggalkan pria itu, ibunya juga pergi bekerja. Tapi dirinya juga tidak bisa meninggalkan pekerjaannya yang sudah menumpuk. Kini rami dan ibunya terlalu sibuk menyiapkan sarapan tanpa menyadari jihoon sudah duduk dikursi meja makan sambil memperhatikan kedua wanita itu bergulat didapur.
" Astaga!! " kaget minyoung ibu rami saat melihat jihoon.
" oh, jihoon.., lo butuh sesuatu? Kenapa kemari sih, udah turun demamnya?". Ucap rami berjalan kearah jihoon dan mengecek suhu badan jihoon.
" masih demam, balik kamar ayo entar lo pusing". Sambung rami sambil menarik jihoon.
"Panas ram, rasanya pengen buka baju". Kata jihoon menatap rami dengan mata lemasnya.
" jangan gila, disini ada ibu".
" kalau gak ada ibu boleh kan, kalo gitu ayo dikamar aja".
" lo sakit apa sih? Sakit jiwa ya? Otak lo miring banget. Bukan berarti depan gw boleh. Udah balik kamar dulu". Tepuk rami pada bahu jihoon membuat jihoon meringis pelan sambil berjalan kekamar dengan wajah cemberut.
" bu, aku antar jihoon dulu kekamar aku ya". Sambung rami
"Gak ada manis manisnya sih sama calon suami". minyoung berucap setelah menyaksikan keduanya tadi sedikit bergulat. Lebih tepatnya rami memarahi jihoon, padahal jihoon sedang sakit.
" gak perlu bu, sakit gak sakit sama aja sifatnya". Kemudian rami menyusul jihoon sambil membawa bubur untuk pria itu sarapan.
Sesampainya rami dikamar ia melihat jihoon sedang melamun diatas kasur miliknya. Tatapan jihoon lurus kedepan menatap layar tv yang mati dengan pikirannya berkelana. Rami jalan mendekat dan menyentuh bahu jihoon.
" dimakan buburnya. Abis itu minum obat udah gw siapin juga. Gw mau siap siap kekantor dulu, gw tinggal kerja bentar gak apa kan? Atau mau gw telfon tante mia aja?".
"Kenapa kekantor? Disini aja, gw bosnya".
" ya gak bisa seenaknya juga, Kerjaan gw banyak. kalo gak gw kerjain makin menumpuk".
" kerjain dirumah aja, gw lagi sakit rami. Masa lo tega ninggalin gw".
" lo cerewet banget sih, udah benar nih gw tinggal pergi kerja. Udah sarapan dulu entar buburnya dingin. Gw siap siap dulu".
Rami meninggalkan jihoon yang menatap rami pergi dari kamar. Diambil bubur itu dan dimakannya. Sesaat kemudian ia mengambil handphonenya dan menghubungi junkyu.
" kyu, lo antarin barang barang kerjaan yang ada diatas meja rami ke rumah rami".
" ngapain? Eh lo dimana? udah sembuh? Kemarin nyokap lo nyariin lo ke gw".
" Gw dirumah rami, pokoknya lo antar barang yumi kerumahnya rami".
" gw gak tau rumah dia coy, gw suruh sama si tukang gosip aja entar".
" terserah lo suruh sama siapa yang penting ramai dan pergi kekantor hari ini".
" eh iya itu mau gw tanyain, kenapa ? Dia sakit? ".
" dia jagain orang sakit ".
Panggilan diputuskan sepihak oleh jihoon. Jihoon rasa junkyu pasti paham dengan pembicaraan mereka barusan. Jihoon hanya malas dengan junkyu yang banyak bertanya. Ya jika begini rami tidak akan kekantor. Biarkan rami mengerjakan pekerjaannya dirumah saja. Dirinya sedang tidak ingin ditinggal sendiri takutnya ia kembali berfikir macam macam. Jihoon rindu woojin.
KAMU SEDANG MEMBACA
A WIDOWER'S WIFE [END]
Randomaku baru tau ternyata dia seorang duda anak satu. selama ini aku bahkan karyawan kantor tidak ada yang pernah melihat dia membawa istrinya atau anaknya. dia memang tipikal cowok dingin bahkan lebib dingin dari pada kutub utara. aku bahkan belum pern...