1. Temani aku (hujan kala itu)

8 1 0
                                    

HAPPY READING URI MIYANGG LUVV.


.

.

.

Flashback on.

.

.

Hujan yang mengguyur jalanan kota jakarta itu menjadi saksi kesedihan remaja 14 tahun yang masih duduk di bangku smp kelas dua. Jian arsasena birunawa.

Jian tak pernah mengeluh akan takdir yang di beri Tuhan kepadanya hanya saja dia bertanya- tanya, akankah dirinya bisa bahagia?. Pertanyaan itu yang sering Jian tanyakan ke tuhan.

Hujan lah yang menemaninya tumbuh.

Seperti sekarang ini Jian yang tengah menyusuri jalanan kota jakarta yang basah akibat hujan yang turun beberapa saat lalu. Dengan perasaan campur aduk remaja itu hanya berjalan tanpa tujuan yang pasti.

Bagaimana ayahnya sangat kejam padanya. Kenapa ayahnya tega memisahkan Jian dengan mamanya. Satu fakta yang Jian ketahui hari ini tepat pada hari ulang tahunnya.

Bahwa ayahnya selingkuh dari mamanya dan mencampakkan mamanya begitu saja lebih memilih perempuan gila yang sekarang menyandang status sebagai mama sambungnya.

"Jian kira mama pergi karna kesalah pahaman diantara kalian, ternyata hanya ayah yang salah disini". Kini remaja itu memilih berhenti dan duduk di tepi jalan sambil menatap mobil yang lalu lalang.

Saat setetes air menyadarkan lamunanannya. Sepertinya hujan akan datang lagi pikir Jian.

Jian menatap awan di  langit yang sudah tak bisa menampung air lagi seakan akan bisa menurunkannya kapan saja.

Benar saja hujan turun dengan lebatnya bersamaan dengan tangis Jian yang pecah karna sudah tak mampu menahan semuanya lagi.

Anak itu malam ini benar benar merasa hancur pikirannya berkecamuk memikirkan betapa sakitnya hati mama saat mengetahui fakta bahwa pasangan hidupnya mendua dengan wanita lain. Jian tak habis pikir dengan pikiran ayahnya yang terlalu pendek untuk mengambil keputusan.

Pendek memikirkan bagaimana nasib keluarganya jika ia mendua dengan orang lain, bagaimana perasaan anaknya yang akan hancur ketika mengetahui semua fakta itu, dan ya bagaimana perasaan seorang istri yang mengetahui kalau suaminya itu berselingkuh bahkan dengan sekretarisnya sendiri.

Akankah Jian perlu menyalahkan takdir?. Ahh tidak, Jian tak menyalahkan takdir hanya saja kecewa kenapa takdir yang dibikin Tuhan untuk dirinya sangatlah rumit bagai benang kusut yang tak bisa di urai kembali.

Jian hanya bisa menangis untuk mengungkapkan semua perasaan marah,kecewa,sedih yang dia rasakan sekarang ini. Anak itu hanya bisa memeluk tubuhnya sendiri di bawah guyuran hujan malam itu.

Sampai ia merasa hujan rasanya berhenti namun suara hujan masih benar-benar jelas terdengar di telinga Jian. Jian mendongak untuk memastikan kenapa badannya tak tersentuh air hujan lagi.

"lo gapapa?".

Jiandra menatap seksama wajah cowo yang tengah memayunginya sekarang. Hujan tak lagi membasahi tubuhnya karna halangan dari payung cowo itu ntah dari mana asalnya.

Tak mendengar jawaban dari Jian cowo itu melipat payungnya lalu duduk di samping jian. Tak ada percakapan diantara mereka hanya suara rintik hujan yang terdengar jelas tak ada tanda - tanda awan akan berhenti menurunkan airnya.

temani aku ( jichen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang