Lisa menangis karena tidak bisa meraih nilai tertinggi untuk kali ini, dia menempati peringkat kedua posisi teratas dalam satu angkatan
Ia bukan seorang jenius yang akan faham hanya sekali melihat, butuh kerja keras, belajar terus menerus dari malam hingga malam lagi untuk mendapatkan nilai tersebut
"Tidak akan ada yang mengingatmu. Menjadi peringkat kedua adalah hal yang menyedihkan, orang orang akan selalu mengingat yang pertama"
Kata-kata pedas dari ibunya terlintas begitu saja
"Belajarlah lebih keras agar kakek mau menuliskan namamu di wasiatnya "
Terlahir sebagai anak dari istri kedua
bukanlah hal yang ia inginkan, ketiga kakaknya yang lahir dari istri pertama benar-benar membencinya karena sang ayah lebih menyayangi istri keduanya Sylvie DumasMelihat anaknya dikucilkan sedari kecil, Sylvie bertekad menjadikan anak tunggalnya menjadi nomor satu di segala bidang
Agar mertuanya, pemilik sekaligus CEO Herms group mau mengakui Lalisa sebagai cucunya, suaminya Axel Dumas benar-benar tidak bisa di andalkan pria itu hanya bisa merengek meminta jabatan pada ayahnya
Lisa memandang taman belakang sekolahnya yang sangat luas itu terdapat beberapa lapangan olahraga untuk sepak bola, futsal, tenis lapangan dan sebagainya dibalik jendela perpustakaan
Ia dapat melihat ketiga saudara tirinya yang sedang mengobrol santai dengan teman-teman mereka, Roseane, Jeanette, dan Jeselyne ketiganya merupakan sosok yang cukup populer dari junior high school hingga kini mereka menduduki senior high school
Mereka bisa makan siang dengan nyaman karena tidak perlu mengkhawatirkan nilainya karena ketiganya merupakan kesayangan kakek
Berbeda dengan Lisa yang hanya memakan sepotong salmon dan salad sayur bekal dari ibunya
"Jangan terlalu banyak makan, kau akan mengantuk jika kenyang setelah makan siang"
Jangan heran jika gadis itu sangat kurus, berat badan 41 kg dengan tinggi 170 cm jika ia tidak memakai seragam kebesaran ia akan terlihat seperti anak kurang gizi
Matanya mengedar kembali melihat tenis lapangan yang cukup ramai
Frederic Arnault, kakak tingkat yang sangat populer karena selalu menempati posisi pertama paralel, sosok jenius yang merupakan salah satu calon pewaris LVMH
Pria itu berada di kelas 12 dengan nilai nyaris sempurna di segala bidang tidak heran banyak anak konglomerat maupun putri kerjaan mendekatinya
dia tidak perlu belajar karena jenius, dia bermain tenis lapangan dengan teman satu angkatannya memamerkan kemahirannya dalam hal tersebut membuat gadis-gadis disana berteriak
Lisa mengernyitkan dahinya melihat Frederic memflirtingnya, mengedipkan satu matanya dengan melihat ke arahnya, ia melihat sekitar dan hanya ada dirinya
KAMU SEDANG MEMBACA
So? Thats My Live
FanfictionCerita ini berdasarkan imajinasi ku sendiri, terinspirasi dari beberapa kisah yang pernah aku dengar namun ku tulis dengan pemikiranku sendiri Peran utama tentu saja my bias : Lalisa Beberapa pemeran kebanyakan bukan dari KPop idol maupun artis Ko...