Ruang remang bercahayakan bulan yang masuk lewat kelambu yang tidak ditutup itu begitu panas oleh rintih kenikmatan yang mengalun dari dua insan yang tengah dimabuk hormon. Kedua insan itu saling mengejar kenikmatan masing-masing meskipun berulang kali sang wanita menjerit kesakitan akibat pukulan serta tamparan keras yang dilayangkan sang pria demi mencapai kepuasannya.
"Alex..." suara itu sedikit bergetar disertai air mata yang tanpa sadar mengalir di ceruk madunya.
"Kenapa kali ini kau menangis, hah?!" jemari kasar itu mencengkram wajah sang wanita, menekannya dengan kekuatan penuh hingga kuku-kukunya menusuk wajah halus tak berdaya yang ada didepannya itu, "Kau tahu bukan, saya tidak suka ada air mata yang menetes dengan cara menjijikkan seperti ini." pria itu mengeram marah.
Alex sangat kesal saat lawan bermainnya bukannya mendesah nikmat tapi justru menangis menyedihkan.
"Kau tahu aku menangis bukan karena kesakitan, Alex." Wanita itu bersuara rendah, "Aku menangis karena kenikmatan yang sedang kau berikan. Kau membuatku kewalahan." Wanita itu meraih tangan Alex yang mencengkram wajahnya, mengelusnya dengan lembut, "Gunakan tanganmu untuk hal yang lebih menyenangkan, Alex."
"Jadi kejantanan saya yang sedang mengaduk-aduk tubuhmu dibawah sana itu kurang?" tawa pria itu mengalun. Pria itu mendekatkan wajahnya dan berbisik lirih, "Tidak kusangka seorang anak dari salah satu pengusaha berpengaruh bisa bersikap jalang seperti ini. Merengek dengan cara menyedihkan untuk bisa dipuaskan."
"Yah. Engh!" pengakuan itu diiringi suara desah nikmat saat Alex menggerakkan tubuh bagian bawahnya yang bersemayam di lembah hangat sang jalang, "Aku akan bersikap sangat jalang hanya untukmu, Alex" Bibir berpoles lipstik merah darah itu terbuka, mengulurkan lidahnya dan menjilat jemari besar yang mencengkram wajahnya.
"Masuki aku dengan kasar! Buat aku melayang dan tak tahu caranya untuk kembali menginjak bumi."
"Kau yang memintanya, Gabriel!" senyum itu terbit dengan cara yang mengerikan dan tak lama kemudian suara jeritan kembali mengalun dari bibir wanita bernama Gabriel itu saat Alex dengan kasar membalik tubuh sintalnya dan menyatukan kembali pusat tubuh mereka tanpa aba-aba.
"ACH!"
Gabriel berteriak keras saat tangan besar Alex terulur dan memegangi lehernya dari belakang hingga wanita itu mendongak dengan tegang.
"Kau suka diperlakukan kasar, bukan?!" suara Alex mengalun diiringi desah nafas beratnya.
"Yah!" wanita itu tersenyum senang dan untuk membuktikan ucapannya, wanita itu menyambut dengan baik kerja keras Alex di bawah sana, mengencangkan otot-otot kewanitaan miliknya guna menyenangkan kejantanan Alex yang tertanam di pusat tubuhnya.
"Jalang sialan!" tawa Alex mengalun keras, dia sangat senang atas reaksi yang diberikan Gabriel hingga membuat Alex semakin bersemangat menggempur wanita cantik itu.
"Alex! Alex!" manic coklat madu Gabriel terbeliak, bibir merahnya terbuka lebar sambil menampilkan seulas senyum nikmat, "Nikmat, Alex! Hancurkan aku! Alex... Argh...!" deru nafasnya semakin keras, jantungnya berpacu semakin cepat saat akhir kenikmatan itu datang, meleleh dengan intensitas tinggi melalui intimnya yang berkedut.
"Alex..." tubuh Gabriel melemah karena kenikmatan yang baru saja dia alami namun tidak dengan Alex, pria itu langsung memegangi perut rata Gabriel, memaksa wanita itu kembali tegak karena dia sama sekali belum keluar.
"Alex, aku lelah..."
"Tapi saya belum keluar, GABRIEL!" giginya bergemeletuk marah, "Ingat kau tidak punya hak untuk menolak setiap hal yang kita lakukan!" tangan Alex menarik surai indah Gabriel yang terurai dengan kuat hingga jerit kesakitan wanita itu mengalun keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takluknya Sang Tuan Muda
RomanceFull of mature content. Area 21+ Jadi kejantanan saya yang sedang mengaduk-aduk tubuhmu dibawah sana itu kurang?" tawa pria itu mengalun. Pria itu mendekatkan wajahnya dan berbisik lirih, "Tidak kusangka seorang anak dari salah satu pengusaha berpen...