.
.
.
''WOY, ETHAN! KELUAR LO!"
"WALAIKUMSALAM! NGGAK AK USAH TERIAK ANJIR RAME AMAT LO!" Balas Ethan sembari mengenakan jaket hitam nya di depan teras rumah. Karena pagar rumah cowok itu sangat tinggi dan tertutup, jadi Rara tidak bisa melihat kalau sedari tadi Ethan memang sudah berada di luar.
"LO JUGA TERIAK YA ETHAN GC KELUAR KITA JAJAN CILOK."
"Kenapa nggak masuk aja sih?" tanya cowok itu yang bergegas membuka kunci pagar rumah nya yang tidak di gembok. "Mana pake teriak lagi. Dah tau suara lu kaya pake toa." dengus nya kemudian menutup pagar kembali.
Setelah berbalik, netra coklat nya bertemu pandang dengan gadis mungil bersama jaket kebesaran yang melingkupi tubuh—yang di duga Ethan milik Bang Jake—tersenyum manis hingga mata besar itu menyipit layaknya lengkungan bulan sabit.
Ethan mendecih, lantas menoyor dahi Rara di lanjut dengan mengacak rambut gadis itu gemas hingga sang empu nya mengerang marah.
"Arghh, kebiasaan deh rambut gue di berantakin mulu! Ini rambut ya anjir bukan adonan cilok!" Sungut nya sewot sembari membenahi tatanan rambut agar rapih kembali. Mata bulat nya melempar sinis, lalu bergerak, menginjak kaki ethan hingga cowok itu meringis sakit.
"Anjir sakit, Ra.."
"Bodo, rasain. Itu akibat nya kalo lo berani ngacakin rambut gue lagi."
Ethan mendelik sebentar, lalu bergerak ingin mengacak rambut gadis itu kembali, namun dengan cepat Rara menghindar.
"Diem ya Ethan atau nggak gue gigit lo." Rara melotot galak mencoba mengintimidasi Ethan yang malah terkekeh karena menurut cowok itu tatapan nya tidak ada galak galak nya sama sekali.
"Udah ah ayo ke depan keburu abang nya pulang."
Ethan menghela, "Kesambet apaan sih lo tiba-tiba ngajak jajan cilok? Udah malem pula."
"Mata mu. Ini belom malem tau, masih jam..." Netra nya melirik sekilas layar ponsel yang di genggam, "sepuluh, hehe." ucap nya menyengir, ternyata memang sudah malam.
"Mana ada, Ra, tukang cilok jam segini. Abang nya juga mikir kali siapa yang mau beli."
"Gue, gue yang mau beli. Kenapa?" Ethan mendecak ingin protes, namun baru saja membuka mulut tiba-tiba suara Rara menyeruak, "pokok nya gue mau cilok titik."
"Terus kalo nggak ada gimana?"
"Pasti ada." kekeh Rara dengan santai lalu melangkah riang. Meninggalkan Ethan yang hanya menghela pasrah, lalu dengan pelan mengekori gadis itu dari belakang.
Ethan sebenarnya masih ogah-ogahan untuk mengantar Rara karena waktu rebahan nya jadi terganggu. Namun mengingat tabiat gadis ini yang kalau sudah keras kepala tidak bisa di rayu, akhir nya ia mengalah.
Dari pada membiarkan Rara keluar sendirian, yang ada ia malah jadi uring-uringan di atas kasur karena khawatir. Kalau di culik kan gak lucu. Ya, siapa juga sih yang mau culik gadis merepotkan ini. Yang ada jadi tekor karena harus memasok susu kotak kesukaan nya tiap hari. Belum lagi mulut bawel nya kala dia merasa bosan. Pokok nya tidak ada benefit apapun deh kalau menculik alien terdampar ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Susu Kotak
Teen Fiction[Slow Update] "Ethan .... kalo suatu saat lo mau pergi. Entah lo nanti bakal punya pacar, menggapai masa depan keluar negri, atau bahkan ... kematian. Tolong pamit sama gue dulu, ya. Biar gue ... gak terlalu kehilangan lo nanti nya." Netra coklat l...