“Aaahhh, aku udah keluar lagi mas" ujar Lela dengan suara terengah-engah.
"Semoga aja nyangkut sayang" balas Yono.
Sang istri terus meminta Yono menggenjotnya dengan cepat membuat Yono sedikit kelelahan.
“Terusss mas, terusss, ahhhhh mas sini bibirnya,” pinta Lela.
Mereka saling membalas lumatan bibir sambil Yono terus menggenjotnya.
“Enak banget si mas… ahhhhh, mas,ahhhhh". Lela menjerit-njerit sambil memeluk tubuh Yono erat.
Mereka saling mendorong dan menarik lidah dengan saling membalas ciuman, Yono terus menggenjot dan Lela merespons dengan jeritan kepuasan.
Lela sangat menikmati pergumulan ini, dia memuji kejantan Yono, “ahh enak banget mas digenjot kamu…ahhh”
"Udahan dong sayang, cairan ku udah keluar ni" ujar Yono.
Yono membohongi istrinya karena sudah merasa lelah dan bosan.
"Itu masih tegang loh mas, kalau udah keluar punya kamu lembek,"Lela masih mau di genjot.
"Ya udah kamu diatas ya," pinta Yono berharap tidak membosankan.
Lela duduk di atas paha Yono dan memposisikan dirinya dengan baik.
Blesshh… dengan mudah otong Yono masuk ke lubang buaya Lela.
'Mas, ahhhhh.. ah, ahhhhh… ahhhhh,” Lela menjerit sesuai gerakan pantatnya.
Tapi Yono tidak merasakan kenikmatan yang sama, ia berpura-pura agar Lela tidak marah.
Lela semakin bernafsu, mencium bibir Yono dengan ganas, membuatnya kesulitan bernafas.
Yono ingin sekali menyudahi pergumulan ini, karena ia tak merasakan nikmat sama sekali.
"Kamu tidur menghadap ke bawah sayang" perintah Yono.
Lela pun berbaring dengan pantat sedikit terangkat, Yono memasukkan otongnya dan menggenjotnya dengan cepat dan kuat.
Lela menjerit nikmat, “aahhhh mas… enaknya genjotanmu.”
Padahal Yono sengaja bermain cepat dan kasar agar semua ini cepat selesai, tapi istrinya makin bernafsu menjerit keenakan.
“Ahhhh…massss…. Aku suka di genjot kencang-kencang…ahhh… aku jepit ya mas,” Lela terus mendesah nikmat.
Yono merasakan sedikit kenikmatan dan terus menggenjotnya dengan cepat.
"Mass….ahh…enak… lanjuttt yerus mass…” pinta Lela dengan suara manja.
"Ahhhhhhhhh ahhhhh… owwhh mas aku keluar lagi,” tubuh Lela gemetar hebat.
Lela semakin terangsang dan mengeluarkan jeritan kepuasan yang lebih kencang.
"Mass… ahhhhhhhhh…ahhhh," suara jeritan Lela terdengar lemas diujung karena kenikmatan yang didapatnya.
Yono terus menggenjot memberikan gerakan yang membuat Lela semakin menjerit-jerit.
“Ahhhhhhhhh ahhhhh ahhhhh ahhhhh, udah mass,” Yono terus menggenjotnya.
“Mas… udah…istirahat dulu nanti lanjut lagi,” pinta Lela.
Yono mencabut otongnya dan langsung ke kamar mandi, ia tak tahan dengan lengjet tubuhnya.
“Lebih baik aku pergi sekarang, daripada harus genjot goa itu lagi iiihh,” Yono mandi cepat-cepat.
“Lho mau ke mana mas?” Lela heran melihat Yono sudah rapi.
“Aku mau kerja sayang, ada meeting dadakan.”
“Lho kok tumben, aku kan masih mau di genjot sama si otong mas,” Lela manyun.
“Takut macet sayang, gak enak sama bis besar kalau telat.”
“Hhmmm… iya deh… cari uang yang banyak ya sayang, biar aku bisa perawatan si mona, biar makin hot kita genjot-genjotannya.” Lela sumringah.
“Iya sayangku… nanti aku kasih buat ke salon ya, emmuachh..” Yono mencium pipi Lela.
“Bibir bawah mau dicium juga mas,” Lela mengangkang.
Yono bergidik merinding, “nanggung kalau cium doang sayang, maunya yang lebih,” Yono beralasan.
“aku juga mau mas,” Lela mengangkang makin lebar.
“Jangan sekarang, aku buru-buru.”
“Ahh… kamu mas, padahal si mona udah cenat-cenut huhh..” Lela manyun lagi.
"Aku pergi dulu sayang, istriku yang paling mempesona," ujar Yono mencoba merayunya agar Lela gak ngambek.
"Iya mas " balas Lela dengan suara manja.
Yono meninggalkan rumah dan pergi menuju kontrakan untuk beristirahat.
Di tengah perjalanan, Yono menerima telepon dari Dini, suara tangisnya terdengar terputus-putus membuat Yono khawatir.
Dini mengajak Yono bertemu sekarang, membuat Yono langsung bergairah membayangkan buah dada kenyal dan apem manis milik gadis remaja itu.
Otong Yono langsung berdiri tegang menyesak celana ikut merasakan gairah yang tercuat.
“Ahhh Dini, kamu menghubungiku di waktu yang tepat.”
Yono tak sabar ingin bertemu Dini, ia melajukan mobilnya cukup kencang.
Dia mengenal Dini sewaktu di minimarket, Dini meminjam ponsel Yono untuk menghubungi hp nya yang ketinggalan dalam minimarket.
Mata Yono merasa segar melihat kebeningan Dini yang aduhai, di tambah Dini murah senyum dan ramah.
Yono memarkirkan mobilnya dan menemui Dini yang duduk di taman alun-alun.
“Maaf ya om pagi-pagi sudah mengganggu,” Dini menyunggingkan senyum manisnya.
“Gapapa, santai saja Din.”
“Om mau berangkat kerja ya?” Dini tak enak hati melihat Yono yang sudah rapi.
“Tadinya iya, tapi mendengar tangisan kamu, bikin om gak fokus kerja hehe.” Yono mulai merayu Dini.
“Ah om bisa aja deh.”
“Kamu kenapa Din, ada yang om bisa bantu?” Yono tak mau berlama-lama.
Dini menumpahkan semua kesedihannya pada Yono, ia beruraian air mata, hingga kini menangis di dekapan Yono.
‘ah memang enak meluk gadis langsing, bisa kena semuanya,’ Yono bergumam dalam hati sambil mengelus-ngelus tangan Dini.
“Hanya om harapan aku, aku gak tau harus bercerita ke siapa lagi hiks.” Dini masih menangis.
“Ssttt… tenanglah, biar lebih enak ceritanya di kontrakan om saja ya.” Yono tak bisa leluasa kalau terus disini.
“Tapi om….”
Lanjutan baca di