“Semangat, Gyuvin!” Setelah sepatah kata semangat yang ia lontarkan untuk dirinya sendiri itu tiba-tiba perutnya kembali merasa mulas.
Gyuvin merupakan seorang guru baru yang dipekerjakan di sebuah sekolah dasar swasta yang sangat terkenal karena terisi penuh dengan anak-anak orang berada, beda dengan dirinya yang hidup sebatas cukup seorang diri, karena sang kakak sudah diambil oleh suaminya.
Hari ini merupakan hari pengambilan rapor akhir semester setelah anak muridnya berjuang di ulangan akhir semester, walau sudah resmi menjadi guru sejak 3 bulan lalu, namun Gyuvin masih merasa gugup dan sedikit takut? Saat berhadapan dengan orang tua muridnya.
“Rewel banget sih, Gyuvin! Pasti bisa, 25 murid aja, kok.” Setelah mengembuskan nafasnya yang kesekian kali, Gyuvin akhirnya berjalan menuju kelas yang ia pegang, tersenyum hangat ketika beberapa orang tua murid menyapanya saat membuka pintu.
“Kak guru Gyuvin, aku yang juara 1, kan!”
“Chae yang akan juara 1, bukan Nton!”
“Kalian semua sombong, aku yang juara 1, nilai mewarnai aku kemarin dapat 100!”
Tawa Gyuvin dan orang dewasa di ruangan itu semakin memenuhi ributnya bocah kelas 1 SD yang sedang merebutkan juara 1 di kelas. Ah, tak salah Gyuvin mengambil profesi ini, sangat menyenangkan untuknya.
“Kalian semua bakal jadi juara 1 kalau jadi anak baik, mau disini atau main sama Pak Sam di Play Area?” Tanpa mendapatkan balasan, Gyuvin kembali tertawa ketika semua anak muridnya berlarian ke arah luar untuk bermain di tempat kesukaan mereka.
“Baik, saya panggil sesuai absensi saja, ya.”
Sedikit demi sedikit tumpukan rapor itu semakin menipis, hanya sisa beberapa lagi, entah itu karena belum Gyuvin panggil atau memang belum hadir. Ada juga yang meminta izin untuk mengambilnya agak lambat, karena urusan pekerjaan tentu saja.
Gyuvin membuang nafasnya ketika sisa satu rapor yang ada di meja, sebenarnya ada 4 di samping kanan, namun rapor itu sengaja ia pisahkan karena memang sudah izin untuk mengambilnya saat sudah ada waktu.
Gyuvin melihat pemilik nama di rapor itu, Park Yujin. Gyuvin langsung tersenyum saat membaca nama anak manis itu, yang selalu menempeli Gyuvin kemana saja ketika di sekolah. Bahkan semua guru yang ada di ruangan akan menyebut Yujin anaknya atau Gyuvin ibunya, karena terlalu sering mengintilinya dimanapun.
Melihat seisi kelas yang sudah kosong, Gyuvin memutuskan untuk menunggu hingga wali anak lucu itu datang untuk mengambil.
Dan,
Sudah 1 jam 45 menit Gyuvin diam dan menunggu di kelas, menghela nafas juga saat tak mendapat kabar apa-apa dari pengasuh Yujin. Setelah berpikir panjang akhirnya Gyuvin memutuskan untuk membereskan barangnya dan kembali ke ruang guru, mungkin akan diambil sedikit terlambat.
Tepat setelah Gyuvin bangun dari duduknya, ia dikejutkan dengan keberadaan lelaki besar dengan wajahnya yang tegas, seakan menghadang jalannya dan melempar senyum tipis ke arahnya.
“Maaf telat, aku yang ambil raport Yujin.”
Gyuvin tiba-tiba saja membatu. Orang di depannya, kenapa? Kenapa dia yang muncul di hadapannya sekarang? Apa hubungannya?
Lamunannya segera sadar dan mempersilahkan orang itu untuk duduk di hadapannya untuk memberikan penjelasan isi rapor anak itu.
“Yujin anak yang cerdas, dia cepat tanggap, walaupun nggak banyak tanya saat pelajaran, tapi langsung paham apa yang diajarkan tiap harinya.” Gyuvin mencoba menepis rasa penasarannya, ia merasa orang di depannya ini justru fokus ke arahnya, bukan penjelasannya.
“Park Gunwook, tolong fokus dulu ke rapor anak kamu.” Gunwook tersenyum tipis, di dalam hati mengucapkan terima kasih karena si manis masih ingat namanya.
“Aku bakal lebih fokus kalau kamu panggil aku Wooki.” Gyuvin hanya bisa meremat lembaran berisi nilai itu. Bahkan di waktu seperti ini kamu berharap aku panggil Wooki?
“Karena dia masih lemah dalam membaca, saya bisa sarankan untuk Bapak belikan Yujin beberapa buku anak yang bisa dia baca sebelum tidur atau pada saat jam belajar.” Gunwook terkekeh saat Gyuvin berbicara formal, karena sudah terlampau kesal mungkin.
“Terima kasih sarannya, boleh temani saya beli buku itu?”
“Bahkan disaat serius kayak gini, Wooki?” Gunwook tersenyum lebar ketika nama itu keluar lagi dari bibir guru muda itu, mengambil raport milik anaknya dan menatap kedua mata sayu itu, masih dengan senyumannya.
“Aku nggak akan khawatir, karena ada kamu. Yujin selalu cerita kalau dia dijaga baik sama kakak gurunya. Aku yakin di luar atau dalam kelas. Terima kasih ya, Gyuvin? Yujin titip permintaan, dia mau wali kelasnya nanti kelas 2 itu kamu, padahal masih ada satu semester lagi dia sama kamu, ya?” Gyuvin mengangguk, ingin mempersilahkan Gunwook untuk keluar dari kelas karena merasa jika Gunwook sudah cukup mendengar perkembangan anak lucunya itu di semester ini.
“Sampai kelas 3 aku usahain Yujin masuk kelasku.” Tak tega juga, mengingat Yujin tak mau dekat dengan guru lain selain dirinya.
Gunwook mengangguk dan mengucapkan terima kasih, bangun dari duduknya dan siap untuk pergi sebelum membisikan sesuatu di samping telinga kecil itu, “Aku tunggu di lobby, aku nggak bercanda buat temenin aku beli buku buat Yujin.”
Gyuvin hanya memandang sebal pintu kelas yang ditutup pelan mantannya itu. Mengacak rambutnya pusing dengan apa yang terjadi— menjadi guru dari anak mantan kesayangan, sama sekali tak pernah terpikirkan oleh Gyuvin.
end.
cinta banget sama gunvin <3
KAMU SEDANG MEMBACA
a short cut / gunvin
Short Story✦ potongan cerita pendek tentang hubungan mereka. gunwook x gyuvin. bxb relationship, by CARTEFLEURS-2024.