11

166 20 0
                                    

Setelah mendapatkan alamat rumah sakit, jihoon bergegas menuju kerumah sakit. Junkyu akan menyusul setelah urusan kantor selesai. Jihoon sangat berterima kasih kepada junkyu, dirinya sangat banyak berhutang budi kepada junkyu. Sesampai jihoon dirumah sakit itu, dirinya langsung bergegas mencari  rami yang menungguinya dilobi.

"Jihoon ". Jihoon menoleh saat mendengar teriakan dari arah kiri.

" woojin dimana? ".

"Udah dipindahkan ke kamar. Ayo gw antar".

Saat hendak berjalan, tiba tiba saja jihoon menahan pergerakkannya dan mengenggam tangan rami. Rami menatap genggaman tangan itu dan merasakan tangan jihoon yang bergetar. Seberapa luka yang ditaruh oleh sera dan hyunsuk pada jihoon sehingga mampu membuat jihoon begini.

" jangan kemana mana, tetap bersama gw disamping gw. Gw butuh lo ". Jihoon menatap rami lekat seolah menyalurkan kekhawatiran dan ketakutan yang dirinya rasakan. Rami tersenyum membalas membalas genggaman tangan jihoon.

"Gw bakal ada disamping lo, jadi lo gak perlu merasa cemas". Keduanya pun bergegas menuju keruang inap woojin.
Seperti sebuah trauma, jihoon akan kembali sakit jika bertemu sera dan melihat woojin. Apa lagi jika melihat hyunsuk bersama keduanya. Luka itu begitu dalam yang mereka buat untuk jihoon. Jihoon sudah lama menghapus sera dari hidup serta cinta itu sudah sirna. Jadi ketika sera akan bertemu woojin, maka jihoon memilih untuk pulang. Bukan takut karena cinta itu akan muncul lagi. Tapi ia takut luka itu semakin dalam. Dan itu berhasil mereka ciptakan saat mengetahui fakta woojin bukan anaknya.

Kini keduanya sudah sampai didepan kamar milik woojin. Rami membuka pintu dan menarik jihoon ikut kedalam. Diruangan ini hanya ada sera dan woojin, hyunsuk belum terlihat. Sera menoleh kebelakang dan melihat kehadiran jihoon bersama rami. sera langsung berlari kearah jihoon dan memeluk laki laki itu. Rami tentu kaget melihat hal itu, diliriknya jihoon ternyata laki laki itu tidak merespon dan tidak membalas pelukkan sera. Rami ingin melepaskan genggamannya bersama jihoon. Tapi jihoon menahannya dan menggenggam tangan rami lebih kuat. Sera melepaskan pelukan sepihak itu dan menatap jihoon dengan linangan air mata.

"Gw minta maaf udah buat woojin gini, lo benar. Gw bukan ibu yang baik buat woojin".

" gw gak habis pikir dengan pikiran laki laki bangsat kayak hyunsuk. Bisa bisanya dia nyiksa anaknya sendiri. Punya otak gak sih dia? ".

"Gw salah, gw yang percaya sama hyunsuk kalo dia gak bakalan nyakitin woojin. Hyunsuk cuma kesal karena woojin enggak anggap dia papanya. Sejak tinggal bersama woojin terus menerus manggil nama lo".

"Terus dengan begitu dia bisa nyiksa anaknya sendiri? Dia gak pantas disebut sebagai orang tua. Kalau enggak sanggub urus anak, jangan dibuat. Lo juga, udah tau laki lo gila. Masih lo harapin juga? ".

"Gw gak tau dia bakal nekat, kalo gw tau, gw gak akan ninggalin woojin".

"Basi tau gak, woojin udah kayak gini. Penyesalan lo gak ada gunanya". Kalau boleh jihoon ingin sekali mengamuk. Tapi melihat keadaan malaikat kecil itu tidur dengan tenang membuat jihoon mengurungkan niatnya. Apalagi sedari tadi rami mengelus tangannya menenangkan dirinya seakan berkata " semuanya akan baik baik saja " inilah alasan mengapa jihoon butuh rami ada disampingnya saat menghadapi keadaan yang seperti ini.

Sera hanya bisa menangis seraya terus mengucapkan kata maaf. "Gw kemari gak lebih dari hanya sekedar ingin tau keadaannya woojin. Karena woojin bukan anak gw, jadi gw gak bisa lama lama". Ungkapan jihoon membuat sera dan rami menatap jihoon. Rami tau jihoon berbohong. Hampir setiap hari jika dikantor jihoon selalu kedapatan menatap foto woojin. Tapi kenapa? Kenapa disaat dirinya bisa bertemu woojin seperti ini tidak jihoon menfaatkan waktu sebaik baik mungkin.

A WIDOWER'S WIFE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang