Sudah tiga puluh menit sejak Karina dibawa ke ruang Unit Kesehatan, dia masih belum siuman. Tubuhnya yang lemah itu berbaring di atas bangsal. Ruth dan Mia menemani sahabatnya itu, di saat Professor Bell ada jam mengajar di kelas Ilmu Bedah.
Professor Bell mengatakan bahwa Karina mungkin saja kelelahan. Tidak ada yang bisa memastikan dengan jelas penyebab kejadian ini selain Karina sendiri.
"Ruth," Seseorang memanggil. Rupanya itu Betrand dengan Standley bersaudara. Mereka bertiga datang dengan maksud membesuk Karina setelah Professor Bell menyampaikan alasan kenapa Karina tidak mengikuti kelas selama tiga jam. Tentu saja, mereka mengambil kesempatan lima menit sebelum kelas selanjutnya dimulai.
"Bet?"
"Ada apa dengan Karina?" tanya Betrand degan wajah cemasnya.
Kedua gadis itu menggeleng. Hingga akhirnya Mia yang menjawab. "Mungkin hanya kelelahan. Kami menemukan Karina yang tak sadarkan diri di balik pintu kamarnya."
Maven yang biasanya terlihat dingin, tidak peduli, dan angkuh, kali ini ada semburat kecemasan di wajahnya mengenai Karina. Dia menatap sendu wajah Karina yang pucat itu.
Sementara Martin, tubuhnya gemetaran sejak tadi. Sebenarnya dia tidak ingin berada di tempat ini. Namun, Maven memaksanya untuk ikut. Martin yang selalu takut dengan kakaknya pun terpaksa ikut.
Kedua rahang Martin berkedut. Dia semakin khawatir saat Karina berhasil siuman dan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi kepada semua orang di sini.
Tapi... Tidak mungkin mereka mempercayai ucapan Karina jika tidak ada bukti konkret, kan? Laki-laki itu membatin dengan menarik ujung bibirnya—tipis sekali.
Namun ternyata, perasaan lega Martin tak begitu lama.
Ruth melihat jemari Karina yang mulai bergerak-gerak. Refleks Ruth menyenggol lengan Mia untuk melihat apa yang dia lihat.
Perlahan kemudian, kedua mata Karina terbuka. Gadis itu menggeser bola matanya—lalu menyadari kehadiran Mia dan Ruth di sebelahnya.
"Karina...," ujar Ruth penuh haru
Martin menelan ludah. Dia bingung harus apa. Kabur pun tidak mungkin, karena ada Maven di belakangnya.
"Aku... Di mana...?" tanya Karina dengan suara seraknya.
"Unit Kesehatan." Ruth menjawab.
Kemudian pandangan Karina tertuju kepada seorang laki-laki yang berdiri tak jauh dari kedua sahabat perempuannya. Gadis itu langsung terperanjak dan mendudukkan diri dengan raut wajah takut. Semua orang panik dengan sikap Karina, hingga Mia merangkul gadis itu agar kembali tenang.
"Pergi kau!" teriaknya parau.
Martin melotot, kedua tangannya terkepal erat.
"Hei hei, Karina, ada apa denganmu? Siapa yang harus pergi?" tanya Betrand.
"KUBILANG PERGI!" teriaknya lagi.
Semua orang kebingungan, lantaran Karina tidak menyebutkan subjek yang dia maksud. Namun, Betrand menyadari sesuatu. Pandangan Karina tertuju kepada Martin dan Maven di belakangnya.
Maven yang paham pun, langsung berpindah tempat. Namun, tatapan Karina tetap tidak beralih barang semili. Yang mana, dia benar-benar menatap ke arah Martin.
Karina mulai menangis, refleks dia mengambil barang yang ada di dekatnya—yaitu sebuah vas bunga, kemudian dilemparkan vas bunga itu tepat ke arah Martin, lalu pecah saat vas itu jatuh ke lantai.

KAMU SEDANG MEMBACA
SCARTHA [Vol. 2]
خيال (فانتازيا)Dalam kehidupan ini, suka dan duka silih berganti. Manusia bermimpi, berusaha, lantas memperoleh keberhasilan atas usahanya. Kehidupan Karina tak semulus apa yang ia impikan. Karina melewati begitu banyak rintangan ketika mulai memasuki dunia masa l...