Dalam kehidupan ini, suka dan duka silih berganti. Manusia bermimpi, berusaha, lantas memperoleh keberhasilan atas usahanya.
Kehidupan Karina tak semulus apa yang ia impikan. Karina melewati begitu banyak rintangan ketika mulai memasuki dunia masa l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Musim dingin belum usai, tetapi jadwal masuk perkuliahan bagi mahasiswa FESTUN tetap terlaksana walau masih ada badai salju yang menghadang.
Karena selama sebulan ini kondisi Eric kurang fit, Karina berangkat sendiri ke kampus. Dia tidak keberatan karena jarak kampus dari Desa East-Beach termasuk dekat. Sementara Esther selalu menjaga suaminya dan hanya akan meninggalkan Eric saat dia ke klinik. Bahkan Esther ingin saja resign dari pekerjaannya demi menjaga sang suami, tetapi Eric melarang Esther berhenti dari apa yang dia sukai.
Dan selama ibunya pergi, Karina yang menjaga ayahnya. Dia bahkan membaca buku di dekat tempat ayahnya berbaring lemas.
"Selamat siang, Miss Karina," sapa seorang satpam di pos ketika ada seorang gadis berambut cokelat dengan bando putih memasuki area kampus.
Karina balas mengangguk sembari tersenyum, kemudian dia melanjutkan langkah kakinya.
Enam bulan kuliah di FESTUN, Karina selalu dipanggil oleh namanya langsung. Itu karena nama keluarga Karina adalah nama pendiri Raja Nebbia, dan para warga sipil tidak bisa asal-asalan menyebut nama yang terhormat itu. Nama yang sangat sakral. Karina bisa memahaminya.
Lagipula, Karina justru merasa senang jika ada yang menyebut namanya secara langsung-walaupun dengan sebutan "Miss" di awalnya.
Mungkin Karina adalah mahasiswi kesekian yang datang. Begitu dia memasuki area asrama putri, dia melihat banyak sekali mahasiswi yang berjalan berlalu-lalang di sepanjang koridor.
"Eh, Karina!" teriak Ruth saat tahu kedatangan sahabatnya. Ruth tidak sendiri, ada Mia yang baru saja mengunjungi kamarnya.
Karina memeluk Mia dan Ruth secara bergantian-melepas rasa rindu.
"Ayo, kita bantu Karina menata pakaiannya," ajak Mia.
"Eh? Bagaimana dengan isi lemari kalian?" Karina bertanya.
Ruth mengibaskan tangannya. "Aku datang sejak 2 jam yang lalu. Mia juga. Jadi kita sudah selesai menata kotak pakaian."
Karina manggut-manggut. Kemudian dia merogoh saku jaketnya, mengambil kunci kamar. Dalam beberapa putaran, klik! Pintu kamarnya terbuka.
Karina langsung membuka dua tas besarnya. Mia dan Ruth bersemangat mempercantik kamar sahabatnya yang berdebu itu dengan kemucing dan sapu. Karina dan Ruth tertawa saat Mia bersin-bersin.
"Sudah tahu alergi debu, kenapa masih diteruskan?" ucap Karina saat membersihkan buku-bukunya yang berdebu.
"Terlanjur," kekeh Mia.
Mereka bertiga terus bekerja sama. Karina sangat berterimakasih kepada kedua sahabatnya yang membantunya menata kamar asramanya sampai bersih seperti ini. Hingga satu jam kemudian, mereka bertiga duduk di atas tikar di kamar Karina sembari mengobrol hal-hal random di kepala.