27. Kejora (END)

79 20 0
                                        


Karina siuman dari pingsannya setelah satu hari. Setelah dikabarkan tak sadarkan diri, Julian langsung memanggil dokter modern terkemuka di Nebbia untuk memeriksa keadaan keponakan tercinta. Dan kabar sedihnya, Karina telah kehilangan kemampuan berjalannya—dengan kata lain, kaki Karina mengalami kelumpuhan.

Eric dan Esther sedih saat dokter memeriksa otot, tulang, dan saraf di kedua kaki Karina tidak lagi sinkron. Salah satu jaringan di kakinya yang terhubung pada otak terputus, sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan permanen.

Karina tersenyum walau ia sedih. Inilah risiko yang harus ia telan seumur hidupnya. Karina berpikir, tak apa kehilangan kedua kaki, sebab ia memiliki otak yang masih berfungsi, dan wajah yang masih dapat tersenyum.

Sore hari setelah dokter modern terkemuka di Nebbia itu kembali ke kota asalnya, Karina duduk bersantai di taman belakang istana bersama Ayah dan Ibu yang setia menemani di kedua sisinya. Sebelumnya Eric yang membopong Karina ke tempat ini.

"Aku ingin tinggal di sini saja, Ayah."

Eric tersenyum. "Boleh. Ini rumah kita."

"Tapi kita harus membereskan barang-barang kita di East-Beach."

Karina terkekeh mendengar penuturan ibunya. "Iya, Ibu. Nanti saja. Itu mudah. Paman Julian akan membantu."

Tanpa menunggu waktu lama, di taman itu pula, Julian bersama putranya datang. Eric dan Esther hendak berdiri lalu membungkukkan badan, tetapi Julian langsung mengangkat tangan—menyuruhnya untuk tidak melakukan hal itu. Karena Julian ingin berada di dekat mereka sebagai keluarga, bukan sebagai Raja Nebbia.

Julian berdeham. "Orbit ingin berbicara."

Orbit memelotot. "Ayah saja," bisiknya.

"Kau pandai membuat benda-benda aneh di kamar tapi susah untuk berbicara dengan orang lain? Dia keluargamu juga, dasar maniak besi!" Julian sudah tidak sabar, dia menjitak kepala putranya.

Orbit hanya meringis.

Karina tertawa. "Katakan saja, Orbit."

Orbit maju selangkah. Ini membuat tubuhnya gemetar hebat, sebab ada orangtua Karina juga di hadapannya. Dia berdeham—mengatur agar suaranya tidak serak dan jelas didengarkan.

"Karina... Aku... aku... Iya, aku... Sebenarnya aku..." Orbit terkekeh. "Iya, aku sudah memikirkannya matang-matang soal... pernikahan kita..."

Eric dan Esther saling bertukar pandang, sementara senyuman Karina langsung memudar.

Kemudian Orbit mengeluarkan sesuatu dari saku kemeja—sebuah cincin yang terbuat dari besi dengan lambang bintang lima sisi.

Orbit menekuk salah satu lututnya di depan Karina, dia memandang gadis pujaan hatinya dengan menyodorkan cincin besi itu.

"Aku membuatnya sendiri. Eh, nanti aku akan membelikan yang emas, bukan besi yang mudah karatan seperti ini." Suara Orbit terdengar gugup.

Esther tersenyum, dia memegang tangan Karina. Ditilik dari raut wajah Esther dan Eric, sepertinya mereka menerima lamaran Orbit atas putrinya.

Karina meneteskan air mata. "Tapi aku tidak sempurna, Orbit. Aku lumpuh, aku cacat."

"Hei..." Orbit menggeleng. "Kamu sempurna di hatiku. Jika kamu menyuruhku untuk mencari wanita lain, aku tidak bisa. Hatiku telah dilukis olehmu. Jika hatiku berkata kamu, ya hanya kamu saja. Tidak ada lain lagi."

Karina mengulum bibirnya, lantas tersenyum seraya mengusap air matanya.

"Bersediakah kamu, Karina?" pinta Orbit pelan.

SCARTHA [Vol. 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang