Prolog

64 25 107
                                    

Assalamualaikum semuanya, Alhamdulillah setelah sekian lama aku menemukan ide cerita ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Assalamualaikum semuanya, Alhamdulillah setelah sekian lama aku menemukan ide cerita ini. Akhirnya aku memberanikan diri untuk membuatnya menjadi salah satu cerita di wattpad aku.

Semoga dengan adanya cerita ini kita bisa sama sama belajar, ingatkan aku kalau nantinya terdapat hal yang tidak semestinya ya kita sama sama perbaiki💓

Semoga dengan adanya cerita ini kita bisa sama sama belajar, ingatkan aku kalau nantinya terdapat hal yang tidak semestinya ya kita sama sama perbaiki💓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada masanya saya akan memilih asing karena tuntunan dari agama saya. Sebab, tidak ada yang lebih indah dari pada menjauhimu terlebih dahulu sebelum Allah swt. berkehendak atas kebersamaan kita."


-Kaffa Ghaziullah Al Ghifari-

🌿🌿🌿

"Zizia, Azzan. Sini ikut aku!" teriak seorang anak kecil berusia 7 tahun kepada teman lelaki sebayanya dan juga adik perempuannya Azzan, dia Zizia.

Gadis kecil dengan boneka ulet bulu berwarna hijau dipelukannya itu mengerucutkan bibirnya, tubuhnya merasa lelah setelah seharian penuh bermain dengan kakak ketiganya, Fauzan dan juga Kaffa yang tadi memanggilnya.

"Iya Gus Kaffa, Azzan kesitu. Ayo zizi," ajak Azzan kecil meraih tangan adik perempuannya. Namun Zizia masih terdiam, ia kemudian menggelengkan kepalanya dengan raut wajah lesu.

"Zizia ngga mau ikut, mas," ujarnya terlihat menggemaskan dengan pipi menggembulnya.

Kaffa kecil yang tengah berdiri disamping pohon besar memperhatikan keduanya merasa heran, sesaat setelahnya ia berlari kecil untuk menghampiri mereka .

"Kenapa?" tanya Kaffa.

Ada raut rasa bersalah pada wajah polos Azzan lalu ia menjelaskan, "Zizi nggak mau Gus Kaffa, mungkin dia sudah capek."

Kaffa nampak terdiam beberapa detik mencoba memikirkan bagaimana cara agar Zizia mau ikut dengannya ke pohon besar tadi.

Kaffa kecil hanya ingin mengukir sebuah cerita yang bisa ia kenang ketika nanti mereka sudah dewasa, pikirnya.

"Zizia mau ikut aku sebentar ya? kita bikin gambar di pohon besar itu," ucap Kaffa menunjuk tempat yang ia maksut.

Gadis berusia 5 tahun itu tetap menggelengkan kepalanya tanda tidak mau, "Zizia cape Apa, pengen mamam ama ummi," balasnya memegangi perutnya yang berbunyi.

"Sebentar aja deh, nanti aku minta ke umma buat beliin kamu es krim matcha. Mau?" bujuknya berharap Zizia menyetujuinya.

Entah mengapa sejak ia mengenal Zizia, Kaffa selalu ingin berada disampingnya. Wajah cantik serta menggemaskan gadis kecil itu selalu ingin membuatnya menatap berlama lama.

Apalagi kisah Zizia yang selalu ummanya ceritakan kepada dirinya, seorang gadis kecil bernasib malang yang tidak pernah melihat sosok abinya.
Tidak mendapatkan cinta dan juga kasih sayang dari seseorang yang seharusnya menjadi cinta pertamanya.

Mata Zizia berbinar mendengar kata matcha disebutkan, ia menganggukkan kepalanya semangat membuat sang kakak yang berada disampingnya menggelengkan kepala heran dengan tingkah laku adiknya.

"Zizia mau es krim achaa, Appaa serius?" tanyanya mengedipkan matanya lucu.

"Gus Kaffa. Zia," koreksi Azzan tidak terlalu suka dengan sebutan Appaa yang diberikan adiknya kepada putra pemilik pesantren yang ia tempati saat ini, Muhammad Kaffa Ghaziullah Al Ghifari.

Zizia cemberut mendengar ucapan kakak laki lakinya, ia menundukkan kepala lalu meliriknya sedikit takut.

"Ngga papa Azzan, aku suka Zizia memanggilku dengan sebutan Appa," sahut Kaffa memegang pundak teman sebayanya.

"Tetapi itu tidak sopan Gus Kaffa."

"Aku tidak masalah, nanti kalau Zizia sudah dewasa pasti mengerti," ujar Kaffa meyakinkan, Azzan hanya mengangguk patuh.

"Baiklah."

"Yasudah, ayo kita menggambar di pohon itu," ajak Kaffa kecil meraih tangan Azzan dan juga Zizia agar ikut bersamanya.

Kaffa, Azzan dan juga Zizia mulai mengukir manusia lidi berjumlah 3 orang dengan menggunakan batu berujung lancip, mereka juga menambahkan beberapa huruf disana.

-Kaffa Azzan Zizia-

"Selesai!" pekik Kaffa merasa puas dengan gambaran mereka.

"Yeay, Zizia mau es krim! Zizia mau es krim achaa!!" teriaknya melompat lompatkan tubuh mungilnya yang terbalut gamis berwarna tosca.

"Zizia jangan lompat lompat, mas Fauzan takut kamu jatuh," peringat Azzan memegangi tubuh adiknya agar tidak kembali melakukan aksinya. Namun dia justru malah gagal, Zizia sangat bahagia.

Kaffa hanya tertawa melihat tingkah kedua saudara itu lalu membenarkan letak kopyah hitamnya.

"Mas Bakri!" panggil Kaffa kepada salah satu santri yang kebetulan tengah lewat di sampingnya.

Seseorang yang baru saja di panggil itu menoleh dan sedikit merundukkan tubuhnya menghadap putra gurunya, sebagai bentuk penghormatan. Namun Kaffa selalu menolak jika para santri melalukan hal tersebut kepada dirinya.

"Mas Bakri berdiri biasa saja, Kaffa tidak terlalu suka diperlakukan seperti itu," peringatnya membenarkan posisi berdiri Bakri.

"Iya Gus."

"Ada apa Gus Kaffa panggil saya?" tanyanya dengan nada lembut.

"Lihat Zizia mas, dia bahagia banget ya. Kaffa pengen lihat dia gembira terus," ucapnya kepada mas Bakri seorang santri yang sudah mondok lama di pesantren ini. Menunjuk Zizia yang masih saja melompat lompatkan dirinya.

"Saya juga seneng liatnya Gus."

"Iya mas Bakri, ingatkan Kaffa ya kalau Zizia itu gadis baik yang harus di jaga."

"Kaffa cuma pengen liat hidup Zizia indah seperti bunga di taman," lanjutnya tersenyum manis kearah Zizia.

"Gus Kaffa bisa saja," balas Bakri dengan sedikit tawanya.

Dia tidak menyangka dengan ucapan seorang anak kecil yang terlontar begitu tulusnya.

"Syifanazia Almahyra Malik," gumam Kaffa kecil mengingat nama anak dari pembantu di rumahnya.

-Prolog end-

Alhamdulillah semoga kalian suka dengan prolognya
Tunggu part selanjutnya yaaa

50 vote + 100 komen aku up part satunya ya, yuk rameinn

🌿🌿🌿

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Penyembuh LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang