Love has come. But you say you're leaving. I waited for you.
Hello, Goodbye - Hyorin
Suasana sepi seketika berubah menjadi suasana yang gemuruh. Sejak beberapa waktu lalu, bel istirahat telah diperdengarkan di SMU Garuda. Sejak beberapa waktu yang lalu, para murid berhamburan keluar, ada yang pergi ke kantin, ada yang pergi ke toilet, atau hanya duduk-duduk yang bercerita.
"Vio!" panggil salah satu lelaki, Bian, yang berada di belakang gadis yang sedang membaca buku di tangga bersama temannya.
"Ekhm, kayaknya pangeran lo, udah dateng tuh." goda temannya. Gadis itu hanya menatap sahabatnya itu dengan tatapan yang mengerikan.
"Kamu ngapain sih kesini?" tanya gadis itu, Viola, ketus.
"Ya nemuin kamulah, Vi. Kamu gak kangen sama aku?" goda Bian kepada pacarnya itu. Tetapi, sang pacar malah menatapnya dengan tatapan dingin dan marah. Seperti baru saja terjadi sesuatu diantara mereka. "Kamu masih marah sama aku Vi?"
Viola mengalihkan pandangannya dari Bian. Ia mengambil napas panjang, lalu membuangnya dengan berat. Ia lalu menatap sang pacar lagi. "Ya, iyalah! Kamu aku tungguin, udah tiga puluh menit, tapi gak dateng-dateng. Aku udah capek nunggu, tau gak? Kamu tuh nggak sayang lagi ya sama aku?"
"Maaf, akukan udah minta maaf. Maaf banget ya cantik? Jangan cemberut donk! Nanti kamu mau apa, aku lakuin buat kamu!" ucap Bian.
"Oh my.. duh, mending gue pergi aja ya? Gue ngerasa tersakiti disini. Udah ya, Vi, gue ke kantin dulu. Bye!" pamit sahabat Viola.
"Salma!" panggil Viola kepada sahabatnya itu.
"Viola.." panggil Bian manja lalu merangkul tangan pacarnya itu. Viola tersenyum lalu melihat Bian yang menunjukan ekspresi imut dari pacarnya. Setiap ada masalah, Bian selalu melakukan hal yang serupa.
Tak terasa, bel yang ditunggu-tunggu para siswa akhirnya berbunyi. Bel terakhir di akhir pelajaran. Bian sudah menunggu Viola di gerbang sekolah. Ia tak ingin memperkeruh hubungannya dengan Vio. Bian tersenyum ketika melihat pacarnya itu jalan bersama sahabatnya, Salma.
"Hai, Vio!" sapa Bian. Vio tersenyum manja kepada lelaki yang ada di depannya ini. Salma yang merasa kegelian, mengalihkan perhatiannya dari keduanya. Seharusnya tadi, Salma mengikuti kata hatinya, ke perpustakaan sebagai alasan, untuk menghindarkan kejadian menjijikan ini.
Mereka bertiga pun jalan bersama menuju halte. Bian dan Viola menunjukan kemesraan mereka di depan Salma, dan berhasil membuat Salma muak. Ia selalu diabaikan bila Bian dan Viola disatukan.
Busway yang akan mengantar Bian dan Viola pun telah sampai. Setelah pamit kepada Salma, mereka pun menaikinya. Tidak terlalu rame untungnya.
Ditengah perjalanan, ada kejadian mengerikan. Busway yang ditumpangi Bian dan Viola mengalami kecelakaan. Bian luka parah dan pingsan. Ia dibawa ke rumah sakit, bersama korban yang lainnya.
Viola mendapati luka diwajahnya. Ia tidak pingsan. Tapi, karena kepalanya menghantam besi yang ada di depannya, membuat kepalanya pusing. Ia juga di larikan ke rumah sakit.
***
Selama tujuh hari Bian koma. Ia terbaring lemah tak berdaya diatas kasur persegi panjang ini. Neneknya dan kakaknya setia menunggu Bian hingga tersadar. Sedangkan orangtuanya, sibuk dengan perkerjaan mereka. Mereka hanya sempat berkunjung ketika malam hari. Itu pun jarang.
Hari yang ditunggu oleh keluarga Bian pun datang. Akhirnya Bian sadar dari komanya. Walaupun agak susah baginya untuk membuka matanya.
"Bian! Lo udah sadar?" ucap kakaknya ketika merasakan jari Bian bergerak, dan matanya berusaha untuk terbuka.
"Bian, kamu udah sadar?" ucap neneknya ketika mendengar kakak Bian mengatakan hal semacam itu.
"K..kak. Eyang.." panggil Bian sebisanya.
"Iya, Bi! Ini gue!" seru kakaknya.
"Viola, dimana kak?" tanya Bian yang menutup matanya kembali. Ia merasa lelah ketika mencoba membuka matanya.
"Bi, lo itu lagi sakit! Habis koma! Dan lo ngapain nyari dia!" protes kakaknya.
"Sudahlah, Rian. Dia baru bangun." ucap neneknya.
Rian membuang napasnya kasar. Ia merasa kasihan dengan adik satu-satunya ini. Ia kemudian menatap kembali adiknya, "Viola gak ada kabar. Menurut informasi yang gue dapet, dia dirawat disini. Tapi cuma semalem. Udah itu, dia nggak ada kabar."
Bian kembali memejamkan matanya. Ia merasa lelah. Ia juga merasa kecewa. Ia tak tahu harus mempercayai kakaknya atau tidak. Seorang gadis yang sangat ia cintai, apakah mungkin baru meninggalkannya?
Rian yang sudah mengetahui kondisi adiknya ini pun pulang kerumah. Ia sudah meninggalkan banyak tugas karena telah menemani adiknya itu. Sedangkan neneknya, ia masih setia menunggui cucunya hingga kondisinya sudah membaik.
Bian tinggal bersama neneknya. Walaupun orangtua Bian mempunyai rumah yang layak untuk ditempati. Ia mengaku lebih nyaman tinggal di rumah neneknya dari pada di rumah orangtuanya.
Bian mencoba duduk. Ia merasa lehernya mulai sakit karena terlalu sering tidur. Ia sendirian sekarang. Sang nenek sudah pulang. Bian menyuruh neneknya itu untuk istirahat di rumah, setidaknya satu hari. Bian tahu kalo neneknya belum pulang sejak ia dirawat.
Disinilah Bian. Sendirian di ruang asing, mengenakan baju yang tidak pernah ia kenakan sebelumnya, dan sedikit kebesaran. Merasa suntuk, akhirnya Bian memutuskan untuk keluar. Mencari udara segar. Walaupun sudah sangat malam, itu tak mengurangi niat Bian untuk keluar. Bian sebenarnya asing akan tata letak rumah sakit. Dan ia memutuskan untuk mengandalkan rute yang tergantung di langit-langit rumah sakit.
Akhirnya, ia menemukan tempat yang cocok untuk mencari udara segar. Sebuah taman yang terletak tak jauh dari gerbang utama. Ia menghentikan langkahnya. Ia melihat seorang wanita sedang duduk. Entah apa yang membuatnya begitu penasaran atas apa yang ia lihat. Ia tak pernah sebegitu penasarannya terhadap suatu hal.
Memang agak aneh. Wanita itu terduduk dan mebenamkan kepalanya. Dan tiba-tiba saja, ia terjatuh seperti pingsan. Bian yang penasaran mendekati wanita itu dengan berhati-hati. Ia mendekati dan melihat ke arah wanita itu yang ternyata tak pingsan. Ia melihat wajahnya. Matanya terbuka lalu melihat ke arah Bian dan terduduk.
"Hwa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi! Sylph?
FantasySeorang gadis yang mengaku berasal dari luar bumi, datang kedalam kehidupan seorang Bian. Seseorang yang sangat membenci ketika oranglain berbicara tentang kehidupan fantasy. Dan juga cerita si jenius Adrian. Ia terkenal dingin namun pintar. Ia juga...