1.Pertemuan

73 26 77
                                    

"pertemuan bagiku hanya 2,


"Untuk menyapa dan berkenalan

atau

untuk mengenang yang pernah

terukir bersama"

***

duar"

Suara bising pintu rumah ku yang tertiup oleh angin dan di iringi suara gemuruh petir, itu menandakan sedang hujan lebat. Lampu yang menerangi rumah ku mati seakan akan takut mendengar suara petir yang sangat kencang itu, ibu dan ayahku sibuk mencari lilin, dan kakak ku hanya mengurung diri di kamar nya yang gelap .

"Mah, mana lilin? " Tanya ayahku.

"Nggak tahu, bukannya ayah yang nyimpen? " Jawab ibuku, sambil mencari-cari korek api.

Waktu itu keadaan seluruh dunia sedang di hajar habis-habisan oleh covid, sepertinya di jaman ini yang kita butuhkan bukan hanya makanan bahkan handphone juga sangat di butuhkan untuk sekarang, karena covid membuat semua pekerjaan maupun pembelajaran di lakukan secara online.

"Nah ini ada lilin nya. " teriak ayahku sambil memegang lilin di tangan kanan nya.

"Sekarang korek api nya mana? " tanya ayahku

"Bantu cari dong yah, ga ketemu² nih. " jawab ibuku

Dag, dig, dug suara langkah kaki yang tak henti-henti di iringi suara tenang nya air mengalir di pinggir kamarku, seakan-akan menarik ku untuk bernostalgia ke masa dulu.

"Ini ada korek api nya, ketemu bu. " ucap ayah ku yang sangat kegirangan, padahal hanya korek api.

Sepertinya hujan diluar sana sudah mereda dan tidak terdengar lagi suara gemuruh petir, lalu aku pun bergegas pergi keluar rumah hanya untuk mengecek saja,apa hujan sudah berhenti? Betapa senangnya saat aku membuka pintu rumah, sepertinya saat itu aku sedang di sapa oleh pelangi yang sangat indah muncul di atas awan sana.

Memang benar bandung setelah hujan itu tiada lawan, suasana yang benar² sunyi dan tenang itu ada di bandung.

Terdengar ibuku memanggil-manggil namaku sambil berteriak seakan akan ada hal yang penting menunggu.

"Dan itu HP kamu berisik terus, ada yang nelepon kayanya. " ucap ibuku yang sedang memasak air.

"Tolong liatin mah siapa yang nelepon nya" jawabku yang sedang jatuh cinta kepada pelangi.

"ehh teu sopan nyuruh orang tua" ucap ibuku dengan nada tinggi

ehh ga sopan nyuruh orang tua maksud ibuku


"iyaa mah maaf" ucapku

Wajar saja ibu marah kepadaku, tidak sepantasnya anak menyuruh orang tua bahkan untuk sekedar hal kecil apapun itu. Lalu aku melihat HP ku yang sedari tadi membuat bising di rumah, ternyata temanku pian yang menelepon

"aya naon yan? " tanyaku

"

kadieu dan, aya barudak ker maen ml, urng mabarkeun"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"Dia yang tak pernah ku genggam"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang