2.

1.5K 183 31
                                    

Jam 11.30 pagi. Hari Kamis dengan suasana mendung disertai hujan rintik-rintik. Surat itu datang diantar oleh seorang laki-laki.

Sasuke tidak akan pernah melupakannya. Sensasi tangannya yang bergetar saat menerima surat itu serta kepalanya yang terasa sakit.

Sakura serius dengan keinginannya. Tanda tangannya yang tertera di kertas itu adalah buktinya.

"Nona Haruno tidak menuntut apa-apa. Dia hanya ingin berpisah." Ucap pengacara Sakura.

"Bagaimana kalau aku menolak menandatanganinya?" Tanya Sasuke setelah berpikir sejenak dan membaca lagi seluruh kata yang ada di kertas dalam genggamannya.

"Ada proses mediasi. Tapi saya rasa itu juga tidak akan mengubah apa-apa." Jawab pengacara Sakura prihatin.

"Mengapa itu tidak akan mengubah apapun?"

Pengacara Sakura menghela nafas dan memberinya senyum mengasihani. "Karena Nona Sakura yang mengajukan perceraian."

●●●

Mereka bercerai di akhir bulan Maret. Tanggal 27 tepatnya. Hanya satu hari sebelum ulang tahun Sakura.

Pengacara Sakura benar. Bahkan mediasi pun tidak mengubah apapun. Sasuke selalu datang bersama pengacaranya, sedangkan Sakura tidak. Menunjukkan dengan sangat terang-menerang keinginan kerasnya untuk mengakhiri pernikahan mereka.

Di hari yang sama Sakura resmi keluar dari apartemen mereka. Dia membawa semua barang-barangnya beserta meja makan kecil yang sangat disukainya.

Saat Sakura pergi, Sasuke memutuskan untuk tidak berada di sana. Lagipula ada atau tidaknya dia, tetap saja tidak akan merubah keputusan Sakura.

Hari itu dia pergi mengunjungi ayahnya. Meminta maaf berkali-kali dan menjelaskan kalau pernikahanmya dengan Sakura sudah tidak bisa dipertahankan. Ayahnya bertanya kenapa, dan Sasuke hanya mengatakan kalau ada perselisihan di antara mereka yang sudah tidak dapat diselesaikan. Mendengar penjelasan putranya, Uchiha Fugaku hanya tertunduk lemah. Dia menghela nafas lalu tersenyum dan menepuk pundak Sasuke pelan.

"Tidak apa-apa." Katanya, tapi matanya terlihat sedih. Kegagalan pernikahan putra bungsunya pasti menyakitkan baginya. "Seharusnya dari awal ayah tidak menjodohkan kalian. Kalau begitu ayah juga minta maaf."

Malamnya saat dia pulang ke rumah, semuanya terlihat sama. Hanya ketiadaan meja makan yang menjadi pembeda. Lalu dia berjalan menuju kamar Sakura. Selama ini dia tidak pernah ke sana.

Ketika membuka pintu, ruangan itu telah kosong. Hanya menyisakan satu meja kecil di pojok ruangan. Sasuke memberanikan diri masuk ke sana. Aromanya sangat khas Sakura. Wangi bunga yang menenangkan.

Sebuah kotak kecil di atas meja mencuri perhatian Sasuke. Saat dia mengambil kotak itu, hatinya jadi lebih hancur berkali-kali lipat. Sakura meninggalkan cincin pernikahan mereka beserta selembar surat yang menyertainya.

Ini cincin ibumu. Aku tidak bisa menyimpannya. Ayahmu bilang itu cincin yang mendiang ibumu persiapkan untuk calon istrimu. Tolong disimpan.

Hanya itu. Tanpa basa-basi. Tidak ada kata-kata perpisahan atau ucapan terima kasih yang biasa Sasuke lihat di banyak film.

"Sudah berakhir ya?" Tanyanya pada diri sendiri.

●●●

Musik yang berisik. Bau alkohol yang memuakkan. Sasuke duduk di kursi konter sambil meminum sedikit mocktailnya. Satu-satunya minuman tanpa alkohol yang dijual di sana.

Satu setengah tahun ini dia sudah berhenti mengonsumsi alkohol. Kalau bukan karena ajakan sahabatnya yang baru pulang dari Inggris, maka dia tidak mau lagi berkunjung ke tempat ini.

The Last Game ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang