Hai, namaku Iqbal. Aku adalah pemuda berumur 17 tahun yang kebetulan saat ini sedang menempuk pendidikan di bangku SMA kelas 3. Sebagai anak laki-laki semawa wayang dari pasangan suami-istri yang punya latar pendidikan tinggi, aku berhasil memenuhi tuntuntan kedua orangtuaku dengan selalu menjadi juara kelas sejak sekolah dasar sampai sekarang.Umiku sendiri adalah seorang dosen, selain itu dia juga bekerja di sebuah rumah sakit hewan senagai dokter di sana. Meski sibuk, Umiku adalah sosok Ibu rumah tangga yang baik karena buktinya aku tak pernah merasa sedikit pun kekurangan kasih sayang darinya. Sama seperti Umi, Abiku juga merupakan seorang dosen di salah satu universitas di kota tempat aku tinggal. Abi adalah seorang dosen agama, selain itu Abi juga mendirikan sebuah yayasan kecil non-profit yang bergerak untuk membuka belajar mengaji gratis untuk anak-anak yang terkadang digurui sendiri oleh Abi ketika tidak sedang mengajar. Abiku memang cukup terkenal dan dipandang di daerahku, dia sering memimpin sholat, memberi khotbah dan melakukan banyak kegiatan positif sampai orang-orang di daerah kami menyebutnya Ustadz padahal Abi sendiri tak ingin dipanggil dengen embel-embel demikian.
Sebagai anak dari pasangan yang cukup terpandang, membuatku harus bersikap baik dihadapan umum. Untungnya, selama ini masyarakat di sekitarku menilai aku sebagai pribadi yang baik dan santun. Setidaknya itu yang mereka pikirkan, mereka tak tau apa yang ada di dalam diriku adalah sebuah bobrok yang harus dikubur dalam-dalam. Bobrok apa itu? Bagaimana menjelaskannya ya? Tapi ya sebagai anak dari seoranf Ustadz aku merasa cukup aneh karena aku ini adalah seorang homo tulen.
Tenang, kalian tidak salah dengar kok. Aku ini memang homo, homo sejati. Di daerahku, aku memang dikenal sebagai anak yang berperangai baik, santun, taat agama dan tau norma yang harus ditaati. Tapi ya itu di sana, karena di luar aku adalah sosok yang benar-benar berbeda. Kalau harus diibaratkan, aku ini tak ayal bisa disamakan dengan seorang pelacur. Ya pelacur, aku tak merasa terhina kok kalau disebut begitu karena pada dasarnya aku memanglah seorang penikmat kontol.
Puluhan atau mungkin ratusan pria homo, biseks bahkan straight sudah pernah merasakan jepitan boolku. Aku sendiri memang lebih menyukai pria dewasa, bukan tanpa alasan tapi lebih ke seleraku saja yang lebih menyukai pria yang lebih dewasa dariku. Entah, tapi dimataku pria bertubuh semi kekar dengan campuran lemak jauh lebih terlihat jantan dibanding pria-pria yang rajin melatih otot di pusat kebugaran. Lagi pula, sudah menjadi rahasia umum bukan bahwa pria yang sudah menikah pasti lebih jago membobol lubang dibanding seorang perjaka? Hihihi, aku sudah merasakannya sendiri dan menurutku memang betul kalau pria beristri, duda dan sejenisnya lebih jago ngentot dari pada pria muda yang umurnya kurang matang.
Sebagian dari kalian juga mungkin bertanya-tanya kenapa anak Ustadz sepertiku bisa terjerumus ke dunia homo bukan? Hehe, jawabannya justru sangat berhubungan dengan orangtuaku. Bisa dibilang yang membuat insting homoku bangkit adalah orangtuaku sendiri, tepatnya Abiku.
Masih aku ingat dengan betul saat pertama kali aku sadar bahwa aku ini seorang homo. Saat itu umurku masih 7 tahun, tepat beberapa minggu setelah aku bersunat. Tanpa sengaja, hari itu aku melihat adegan yang seharusnya tak kutoton. Adegan itu mempertontonkan kegiatan tak senonoh yang diperankan oleh Abi dan juga Umiku, keduanya bersenggama di depanku. Awalnya saat melihat keduanya ngentot aku mau menangis karena beranggapan bahwa Umi kesakitan karena sedang dihukum oleh Abi, tapi kemudian tangisku semakin lama semakin mereda saat mataku ketagihan melihat bagaimana Abi dengan gagahnya memperkasai Umiku. Perasaan aneh itu makin menjadi saat Abi mencabut kontolnya dari memek Umi, hari itu mataku membulat melihat betapa besarnya perkakas yang Abi gunakan untuk menyetubuhi Umi. Tak dapat luput dari ingatanku, tebal dan panjang kontol Abi persis sebesar botol air mineral 600 ml, bayangkan saja sebesar apa. Melihat besarnya burung Abi, saat itu untuk pertama kalinya aku terkesima melihat tubuh seorang pria jantan dan tanpa kusadari kontolku juga ngaceng untuk pertama kalinya.