bab 6

125 15 0
                                    

Arxen menoleh dengan patah patah ke arah suara itu berasal. Terlihat seorang pemuda yang sedang menatap nya dengan ekspresi datar. Pemuda itu Daren. Arxen mengingat dengan jelas wajah dan namanya. Pemuda yang sejak tadi malam selalu menatap nya dengan penuh kecurigaan dan keanehan yang sangat jelas terlihat.

"Ah, kak Daren? Hehehe.."
Arxen tertawa canggung, apa yang harus dia lakukan sekarang!?. Melihat tidak ada respon dari Daren. Arxen melangkah mundur dan membalikkan badannya berhadap hadapan dengan Daren.

"Ini aku mau minum, hau-"

"Tidur."

Belum sempat Arxen berbicara, sudah dipotong saja kalimatnya oleh Daren. Arxen menatap sedikit kesal ke arah Daren yang statusnya lebih tua darinya.

"Tidur?"
Arxen mengulangi perkataan Daren. Apa maksudnya tiba tiba ngomongin "tidur?".

"Tidur lagi, masih subuh xen."

Oh ternyata itu yang dimaksudkan Daren. Arxen mengangguk mengerti. Arxen tersenyum menatap Daren yang masih dengam setianya menatap Arxen dengan lekat.

"10 menit lagi adzan subuh, kagok semisalnya aku tidur sekarang. Bisa bisa aku kebablasan tidur sampai pagi hehehe"

Daren yang mendapatkan jawaban tidak terduga dari Arxen hanya bisa terdiam. Sholat subuh katanya? Sejak kapan Arxen melaksanakan sholat?. Ia tidak pernah melihat nya. Pasalnya Daren juga tidak pernah sholat. Eh. Pernah, itupun hanya saat waktu dia kecil. Mendiang Ibundanya mengajarkan Daren dan kedua adiknya untuk selalu mengerjakan Sholat walau gimana pun keadaan nya. Ah..mengapa dia lupa akan hal itu?. Setelah kematian sang bunda, keluarganya itu jarang sekali melaksanakan ibadah.

Arxen menatap Daren yang tiba tiba terlihat fokus dengan pikirannya. Ada apa? Pikirnya. Arxen memiringkan kepalanya bingung.

"Apa kakak tidak tidur semalam? wajah kakak terlihat kelelahan."

Seketika Daren tersadar dari pikirannya, Daren menatap lekat Arxen Dengan tatapan yang tak bisa diartikan selama beberapa detik lalu memalingkan wajahnya nya.

"Ya. Aku tidak tidur. aku baru saja menyelesaikan pekerjaan ku dan turun ke bawah untuk minum."

Arxen mengangguk mengerti, pasti capek sekali menjadi Daren. Apa dunia pekerjaan atau perkantoran sangat amat melelahkan?.

"Mau sholat bareng? Kita bisa berjamaah. Untuk menghilangkan rasa penat yang ada di diri kita."

Daren tampak terdiam tidak menjawab pertanyaan Arxen cukup lama. Dia ragu..apakah dia boleh melaksanakan sholat? sudah lama ia tidak pernah melaksanakan sholat, mungkin surat alfatihah juga sudah ia lupakan. Ia malu akan dirinya yang nanti datang menemui allah. Dan juga..sholat berjamaah bersama Arxen, adik pertama nya itu ? Yang benar saja, melihat bahwa dirinya dan Arxen tidak terlalu dekat. Malah bisa di bilang hubungan mereka seperti orang asing sejak kejadian itu.

Setelah keterdiaman Daren yang cukup lama, Daren mengeluarkan suaranya yang cukup kecil. Sungguh sekarang wajah Daren seperti kepiting rebus Saking malunya.
"Boleh?"

Arxen mengerjap ejapkan matanya dan memiringkan kepalanya bingung. Arxen tidak mengerti dengan pertanyaan yang Sang kakak lontarkan.
"Boleh lah, kak. kenapa gak boleh? Kakak mau kan?"

Daren menatap sang adik yang terlihat mengharapkan "iyaan" darinya. Akhirnya ia menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia mengiyakan ajakan Arxen. Arxen menatap berbinar ke arah nya, Arxen kira Daren yang berstatus Kakak nya "Arxen" akan menolak ajakannya, dilihat dari wajah ragu ragu Daren.

••••

Adzan subuh berkumandang di barengi dengan datangnya Arxen dan Daren.

Arxen bilang, Arxen ingin sholat di masjid. Melihat tidak ada sama sekali pelengkapan sholat di rumahnya. Akhirnya Daren berinisiatif mengajak Arxen untuk sholat di masjid yang jarak tempuh dari rumah mereka sekitar 6 menitan kalau berjalan kaki.

Sesampainya dimasjid, Arxen langsung mengajak kak Daren untuk berwudhu. Arxen cukup terkejut saat kak Daren bilang ia lupa bagaimana caranya berwudhu. Akhirnya Arxen berwudhu sembari mengajarkan kakaknya tersebut.

"Kak Daren"

Daren yang sudah selesai wudhu dan ingin beranjak pergi dari tempat wudhu, langsung memberhentikan langkah nya saat namanya di panggil. Ia menatap sang pemanggil dengan satu alisnya yang diangkat, seolah olah mengatakan "apa?".

"Baca doa sehabis wudhu dulu yuk? Biar aku bacakan, kakak tinggal ikutin aku saja ya."

"Emang ada?"

"Ada kak. Sini ikutin aku."

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ" مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ"

Daren pun mengikuti bacaan yang Arxen ucapkan. Walaupun bacaan Daren terlihat terbata bata, tapi Arxen dengan sabar dan senang tiasa mengejakannya untuk Daren.

••••

Saat ini pukul 4.22 AM, 8 menit lagi komat. Arxen dan Daren berada di saf paling depan. Daren menatap sekeliling masjid yang sudah banyak sekali orang yang datang. Ia cukup tertegun. Pasalnya, dia kira bakalan sepi, mengingat sekarang matahari masih belum terbit, pasti secara tidak langsung orang orang masih tenggelam dalam mimpinya.

Daren menatap bingung sebagian orang yang sedang bersiap siap untuk sholat. Mereka sholat apa? Pikirnya. Melihat mereka sholat sendiri-sendiri dan tidak berjamaah. Apa sholat subuh di masjid memang seperti ini?

Intensinya beralih ke arah Arxen, adiknya. Yang seperti nya juga ingin bersiap siap untuk sholat. Orang yang di tatap membalas menatap Daren penuh tanda tanya.

"Kenapa kak?"

"Udah mulai ya sholat nya?"

Arxen terdiam mencerna pertanyaan kakaknya, sampai ia mengerti apa yang kakaknya maksud.

"Sholat subuh maksudnya kak?"

"Iya"





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AREKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang