"Lo di sini lagi liatin sodara kembar lo, atau Ravin?" tanya Kafin saat melihat Rhaya yang sedari tadi tidak melepaskan pandangannya dari panggung pelaminan. Namun, orang yang ditanya sama sekali tidak menggubris perkataannya.
"Lo enggak tuli 'kan?" tanya Kafin satu kali lagi karena lawan bicaranya sama sekali tidak menjawab pertanyaannya.
Rhaya yang sedari tadi fokus melihat ke arah pelaminan pun langsung mendelik sebal ke arah laki-laki yang ada disampingnya tersebut. Bagaimana tidak, dia yang sedang fokus pada pengantin yang sedang berada dihadapannya malah diganggu oleh orang yang berada disampingnya.
"Lo ganggu kenyamanan gue tahu, enggak!" bentak Rhaya sambil berdiri dari duduknya dan berlalu dari sana. sedangkan Kafin hanya bisa melongo melihat gadis itu tiba-tiba marah dan pergi dari hadapannya.
"Apa aku salah ngomong?" gumam Kafin sambil menatap punggung Rhaya yang sudah menjauh dari hadapannya.
Saat Kafin masih menatap punggung Rhaya yang mulai menjauh, ada tangan yang menepuk pundaknya dan membuat laki-laki itu langsung berjengkit kaget hingga jatuh dari duduknya dan membuat semua atensi tamu undangan langsung ke arah dirinya.
"Astagfirullah!" teriak Kafin sambil memegang dadanya dan melihat siapa yang membuatnya kaget hingga membuat semua mata tertuju padanya.
"Bunda! Kenapa bikin kaget begitu sih? Jadinya kan aku jatuh gara-gara bunda kagetin!" protes Kafin saat melihat sang bundalah yang mengagetkan dirinya sampai terjatuh.
"Salah sendiri! Bunda panggil-panggil kamu dari tadi enggak nyahut, malah perhatiin yang lain. Kamu, lagi perhatiin siapa sih?" tanya Vanya sambil mencari apa yang sang anak tatap dikejauhan. Namun, dia tidak menemukan petunjuk apa pun.
"Ada apa, Bun?" tanya Kafin sambil berdiri dari tempatnya terjatuh dan membawa sang bunda menjauh dari kerumunan karena malu.
"Ayo makan! Dari tadi bunda ajakin makan, malah bengong sambil ngomong sendiri. Jadi bunda tepuk pundak kamu karena takut kamu kesambet!" ujar Vanya tanpa dosa dan membuat Kafin melongo mendengarnya.
Gen kocak Kafin memang menurun dari sang bunda. Namun, kepintaran sang ayah dia yang menguasainya. Setelahnya, Vanya dan Kafin pun jalan beriringan menuju meja VIP yang sudah disiapkan untuk mereka makan malam.
"Lo lagi," ujar Rhaya ketus saat melihat Kafin yang akan duduk disebelahnya.
"Memangnya kenapa kalau gue lagi?" tanya Kafin yang tidak terima dengan perkataan gadis disebelahnya itu.
Deheman Cendana langsung membuat Kafin takut. Laki-laki itu memang hanya takut kepada sang ayah dan selalu meminta perlindungan dari sang mama. Namun, mereka tidak pernah memanjakan anaknya tersebut.
"Maaf, Yah," ujar Kafin sambil mengambil piring dan mengisinya dengan menu makanan yang sudah dihidangkan di sana.
"Ternyata anak papi," cibir Rhaya dengan sangat pelan dan hanya terdengar oleh Kafin.
Ingin membalas perkataan dari gadis disampingnya tersebut, tapi takut mendapatkan amukan dari kedua orang tuanya. Jadi, Kafin memilih bungkam dan melanjutkan acara makannya hingga makanan yang ada di atas piringnya sudah tandas.
"Aku ke belakang dulu," pamit Kafin sambil berdiri dari duduknya dan berlalu dari sana.
"Takut banget kayaknya ya sama Kak Cendana," ujar Arletta selaku ibunda dari Rhaya.
"Kalau anak enggak punya rasa takut terhadap orang tua, bisa gawat," ujar Vanya sambil terkekeh.
Tidak lama kemudian, Kafin datang bersama Rhea dan Ravin yang baru saja resmi menjadi sepasang suami istri. Mereka langsung mendudukkan diri di kursi kosong yang masih tersedia di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toga dan Perpisahan
RomantikPertemuan tidak sengaja antara Kafin dengan seorang gadis di acara pernikahan sang sepupu membuat laki-laki itu penasaran dengan gadis tomboy tersebut sampai akhirnya dia tahu bahwa gadis itu bernama Rhaya dan ternyata sama-sama berkuliah di kota ya...