CHAPTER 17

1K 85 5
                                    


***

Seseorang terlihat menunggu diruang tamu sendirian dengan pikiran yang sangat tidak tenang karna terus memikirkan seseorang. Dari tadi dia menunggu seseorang namun belum juga datang ia merasa cemas dan khawatir.

Kini sudah hampir jam sembilan malam namun gita belum juga pulang dan sudah satu jam lebih shani dan jinan mencari gita sampai sekarang juga belum kembali.

Marsha bingung harus apa ia dari tadi terus menelfon gita namun tidak aktif. Ia tidak mungkin menelfon jinan dan shani karna ia tau mereka juga sedang khawatir juga. lagi pula ia tidak mau mengganggu kakaknya yang sedang bingung mencari gita.

Karna sudah tak bisa lagi menunggu dan ia terus kepikiran tentang gita akhirnya marsha memutuskan untuk mencari gita juga. Marsha pun segera beranjak menuju kamarnya untuk mengambil jaket dan kunci motornya.

Saat ia sudah turun kembali marsha pun langsung bergegas keluar rumah saat ia membuka pintu ia terkejut melihat ada dua orang yang ada didepan pintu.

"Ci shani.. Kak gita." Ucap marsha sedikit terkejut.

"Astaghfirullah dek.. ngagetin aja." Ucap shani terkejut.

"Kak gita kenapa?" Tanya marsha.

"Gpp." Balas gita.

"Gpp gimana? Pasti kak gita abis berantem." Ucap marsha.

"Nggk.. udah ah kakak mau masuk." Elak gita dan langsung masuk kedalam.

"Kak gita!" panggil marsha.

Gita tetap menghiraukan marsha dan tetap berjalan menuju kamarnya dengan keadaan yang sudah lelah dan pikiranya yang kacau.

Bukanya ia tak mau menanggapi adiknya itu namun ia tau sekarang moodnya sedang tidak baik. Karna ia tak mau menyakiti adiknya itu makanya ia memutuskan untuk menghiraukan marsha dan terus berjalan ke kamarnya.

"Kak jinan mana ci?" Tanya marsha.

"Tadi cici duluan.. mungkin bentar lagi sampe." Balas shani.

Shani dan marsha pun langsung menuju ruang keluarga dan duduk disana sambil menunggu jinan datang.

"Kak gita kenapa sih ci?" Tanya marsha penasaran.

"Huftt... Cici juga gk tau." Balas shani.

"Nanti coba kita tanya kalo gita sudah turun." Lanjutnya.

Tak lama terdengar suara motor berhenti di depan rumah dan tak lama jinan pun masuk menghampiri shani dan marsha yang berada diruang tamu.

"Gita mana?" Tanya jinan emosi.

"Dikamar." Jawab shani.

Jinan pun langsung meninggalkan mereka dan ingin pergi menemui gita di kamarnya. Namun shini langsung menghentikan jinan dan menyuruhnya untuk duduk dan menunggu gita turun.

"Mau kemana?" Tanya shani.

"Ke kamar gita." Ucap jinan.

"Udah kita disini aja." Sahut shani.

"Kita tunggu dia turun, biar dia bersih bersih dulu." Sambungnya.

"Huftt..." Healaan nafas jinan kasar.

Jinan hanya bisa nurut saja dan akhirnya ia pun ikut duduk di ruang keluarga menunggu gita tirun sambil mengontrol emosinya.

Marsha hanya diam melihat jinan dan shani yang terlihat sedang emosi sebenarnya ia penasaran dengan apa yang terjadi. Namun ia tak mau membuat kedua kakaknya itu tambah emosi karna dia mengajukan pertanyaan lebih baik ia tunggu nanti saja.

Setelah beberapa saat menunggu dengan keadaan hening menyelimuti mereka yang berada di ruang keluarga itu. tiba tiba terdengar suara langkah kaki seseorang yang memecahkan keheningan tersebut dari arah tangga.

Gita kini sudah berada diruang keluarga dan duduk di sofa sambil menyerahkan sebuah surat yang terlipat rapi.

"Apa ini?" Tanya shani bingung.

"Buka aja." Ucap gita.

Shani pun mengambil surat tersebut dan membacanya setelah selesai membaca surat itu shani pun terlihat emosi dan langsung menaruh surat tersebut diatas meja.

"Apa maksudnya itu?" Tanya shani menahan emosi.

"Bukan kah sudah jelas?" Balas gita.

Jinan dan marsha jelas penasaran denga isi surat tersebut. Sebenarnya apa isi surat itu sampai membuat shani emosi, akhirnya jinan mengambil surat tersebut dan membacanya bersama marsha.

"Saya minta penjelasan dari kamu! bukan dari surat itu." Ucap shani mulai emosi.

"Penjelasan apa lagi yang cici minta?" Tanya gita bingung.

"Jangan buat kesabaran saya habis gita!" Ucap shani sedikit meninggi.

Jinan yang membaca surat tersebut sedah tidak bisa menahan emosinya lagi. sedangkan marsha yang dari tadi sudah bingung dengan keadaan yang terjadi, sekarang malah ditambah bingung dengan isi surat tersebut.

"Gita!" Panggil jinan.

"Jelasin apa ini?" Lanjutnya.

"Bukankah sudah jelas disitu tertulis aku discors selama tiga hari?" Ucap gita.

"Lalu penjelasan apa lagi yang mau kalian dengar?" Lanjutnya sedikit emosi.

"Kam-" Ucap jinan terpotong.

"Jangan buat kita makin emosi gita!" Potong shani.

"Apasih ci.." Balas gita.

"Gita sekar andarini!" Ucap shani penuh emosi.

"Ck.. Sudahlah aku mau istirahat." Pamit gita.

Gita pun langsung berdiri dari duduknya dan hendak berjalan menuju kamarnya namun...

Plakk

Suara tamparan yang terdengar nyaring itu terdengar dari pipi kanan gita yang ditampar oleh shani dengan keras hingga gita menoleh kesamping.

Gita merasakan sakit yang sangat menyakitkan baginya bahkan saking sakitnya matanya seketika berkaca kaca menahan tangis. Ia berusaha mati matian agar air matanya tidak tumpah didepan kakak dan adiknya itu.

Bukan sakit pada pipinya yang dia rasakan, namun ditampar oleh shani yang membuat hatinya sakit. Bahkan ia masih tak percaya bahwa cicinya itu akan menamparnya.

Gita langsung pergi meninggalkan mereka dan langsung masuk kedalam kamarnya lalu ia mengunci kamarnya.

Jinan dan marsha terkejut dengan apa yang sudah cicinya itu lakukan pada gita. Mereka tak percaya bahwa shani akan tega menampar gita adiknya sendiri.

Sedangkan shani masih berdiri mematung dan masih tak percaya apa yang sudah ia lakukan pada adiknya itu. Setelah beberapa saat Shani diam mematung kini ia pun langsung pergi menuju kamarnya.

_____________________&__________________

Kalian Rumahku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang