24

4.6K 547 39
                                    

Happy reading.

***

Situasinya sungguh tidak memungkinkan untuk Xiao Zhan. Entah setan mana yg merasukinya hingga ia tega bertindak seperti kepadanya.

"Yuzhi, kenapa kau membenciku? Seingatku, aku tidak pernah ingin menyinggungmu." Xiao Zhan sungguh tidak habis pikir.

"Benci? Ya, aku sangat membencimu. Aku sangat membencimu karena semua guru selalu memujimu, mengeluh-eluhkan namamu hingga telingaku sakit mendengarnya. Tapi tidak hanya itu, nasibmu yg mujur lebih membuatku muak. Hidupmu terlalu mulus untuk orang yg sangat menyebalkan sepertimu. Kau bisa menarik semua perhatian orang tanpa harus susah payah. Kau bisa bersekolah disana dengan bantuan beasiswa. Bukankah kau sangat beruntung?" Cecarnya.

Xiao Zhan menggeleng tak mengerti. Tahu apa orang ini tentang hidupnya. Hanya karena kau tidak pernah mengeluh, lantas semuanya bisa baik-baik saja. Gadis ini menarik kesimpulannya sendiri, ia tidak tahu bagaimana perjuangannya selama ini agar bisa tetap menerima beasiswa. Song Yuzhi juga tidak tahu bagaimana beratnya kehidupan yg selama ini ia jalani.

Xiao Zhan itu masihlah seorang remaja, dimana anak usianya kebanyakan bergaul dengan teman sebayanya membicarakan sesuatu yg menyenangkan entah itu tentang kisah percintaannya, ato tentang hal lainnya.

Tapi Xiao Zhan berbeda. Tidak ingin menambah beban sang ibu yg seorang single parent ia mulai mencari pekerjaan paruh waktu demi bisa meringankan sang ibu. Belum lagi dengan kondisi kakaknya yg sakit-sakitan, dimana ketika penyakit Yanli kambuh ialah yg harus menjaga sang kakak demi menggantikan peran sang ibu yg sedang bekerja. Dan tidak hanya itu, ditengah-tengah rasa lelah yg mendera ia masih harus membuka buku demi mengingat materi yg sudah disampaikan oleh sang guru.

Orang-orang hanya melihat enaknya saja, tanpa tahu sulitnya proses yg ia alami demi mendapatkan semua itu. Tapi, meski begitu, Xiao Zhan masih tidak ingin mengeluh. Meski terkadang ia merasa sangat tidak sanggup untuk menjalaninya.

"Yuzhi, apa kau cemburu kepadaku?" Pertanyaan tersebut langsung menyentuh ke bagian terdalam hati Song Yuzhi.

"Kalo benar begitu, seharusnya kau buang perasaan itu jauh-jauh. Hal yg semacam itu hanya akan menyiksamu dan membuatmu makin tidak mensyukuri hidupmu sendiri." Ujarnya.

"Aku tidak tahu bagaimana kau menjalani kehidupanmu? Tapi, jika aku boleh jujur, kehidupanmu pasti jauh lebih baik dariku."

"Bagaimana bisa kau membandingkan hidupmu yg bahagia itu denganku? Kau tahu, hidupku sekarang hancur. Semua sekolah menolakku. Dan itu karenamu. Aku sudah tidak punya masa depan lagi. Dan kaulah penyebabnya, Xiao Zhan!!"

"Yuzhi, apa yg kau terima sekarang adalah hasil perbuatanmu sendiri. Seandainya kau tidak melakukan itu mungkin sekarang kau masih bisa bersekolah dengan nyaman di Gusu. Yuzhi, menyalahkan orang lain atas apa yg kau perbuat itu sungguh tidak adil." Gadis ini sangat sulit menerima pencerahan. Percuma saja berdebat dengan orang yg hanya mau menang sendiri.

"Persetan!" Song Yuzhi sudah habis kesabaran.

Rasa nyeri kini semakin menjalar, membuatnya kesulitan untuk sekedar bangun dan melarikan diri.

Xiao Zhan panik, gadis di depannya kini mengangkat batu yg tadi membuatnya jatuh tersandung, dan kini mengangkatnya tinggi-tinggi untuk dilemparkan kearahnya.

Brakk!

Batu tersebut jatuh dengan keras menghantam tanah dibawahnya. Dan setelah itu, bunyi suara  tamparan keras menggema.

"Kau gila!" Itu ibu Song yg datang tepat waktu dan berhasil menghentikan kegilaan putrinya.

"Aku tidak menduga kalo selama ini aku sudah membesarkan seorang monster sepertimu! Sebagai orang yg melahirkanmu, aku sungguh malu." Wanita itu meneriakinya dengan marah. Selama ini ia selalu mengabaikan perkataan buruk dari sang putri, dan itu justru membuat putrinya berani bertindak seburuk ini. Putrinya ini hampir saja mencelakai orang lain kali sedikit saja ia datang terlambat.

Song Yuzhi sungguh tidak terima dengan perkataan ibunya. Gadis itu meraung marah ke arahnya, ia juga hampir melukai wanita itu karena emosinya yg tak terkendali, beruntung petugas kepolisian yg ibu Song tadi hubungi tiba tidak lama setelahnya, dan mereka dapat segera mengamankan gadis itu.

Song Yuzhi dibawa oleh mereka ke dalam mobil untuk dibawa menuju rumah sakit. Awalnya, emosi Song Yuzhi yg makin tidak stabil membuat sang ibu berinisiatif membawanya ke psikiater, tapi setelah tiba dirumah sakit dan melihat nama ruangan dokter yg akan dikunjunginya, gadis itu kabur. Dan disaat itu ia tidak sengaja bertemu dengan Wang Yibo dan Xiao Zhan yg keluar dari rumah sakit. Yuzhi pun mengikuti keduanya, meski sempat kehilang jejak, tapi akhirnya ia berhasil menemukan mobil keduanya yg terparkir dipinggir jalan.

Ibu Song panik karena tidak menemukan keberadaan sang anak. Wanita itu pun menghubungi polisi untuk membantu mencari keberadaannya.

Sekarang Song Yuzhi sudah berhasil diamankan, ibu Song lantas membantu Xiao Zhan untuk berdiri. Wajah pemuda itu pucat dengan dipenuhi keringat dingin, dan itu membuat ibu Song khawatir.

"Sebaiknya kita ke rumah sakit. Kau terlihat begitu tidak nyaman."

"Nyonya, bolehkah aku meminjam ponselmu?" Xiao Zhan perlu menghubungi Wang Yibo, pria itu saat ini pasti sangat mengkhawatirkannya. Xiao Zhan hendak menghubungi nomor pria itu, tapi ia baru ingat kalo ia tadi sudah melempar ponsel milik pria itu pada Song Yuzhi demi bisa mengalihkan fokusnya. Dan kini, ia mencoba menghubungi ponsel miliknya yg tertinggal didalam mobil, berharap akan ada seseorang yg menjawabnya.

Pertama panggilan tersambung, seseorang sudah dengan cepat menerimanya. Orang yg menjawab tampak tergesa-gesa dan panik.

"Laoshi,..." Xiao Zhan bersuara, ia berusaha berbicara dengan nada senormal mungkin agar tidak sampai membuat pihak lain khawatir.

Wang Yibo langsung menanyakan keberadaannya. Xiao Zhan tidak tahu kini ia berada dimana, tapi ia tetap meminta pria itu untuk tenang, ia pun meminta ibu Song untuk mengantarkannya ke tempatnya yg sebelum.

Xiao Zhan berjalan tertatih-tatih dengan dibantu oleh ibu Song. Melihat siluet seseorang yg dikenalnya membuat Wang Yibo segera berlari menghampirinya.

Melihat ekspresi cemas sang suami membuat Xiao Zhan merasa sedih.

"Apa yg terjadi? Kemana saja kau pergi? Bukankah aku menyuruh menunggu di mobil, kenapa kau tidak mendengarku?"

"Maaf. Aku salah." Xiao Zhan sungguh merasa bersalah.

"Aku tidak menerima permintaan maafmu. Ayo kita kembali ke rumah sakit." Melihat wajah pucat sang istri, Wang Yibo terpaksa menelan keluhannya, ia meredam emosinya dan segera membawanya ke rumah sakit. Ia akan membahasnya nanti. Sekarang kondisi Xiao Zhanlah yg utama.

Tbc.
Sorry for typo.

MBA (End In Pdf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang