Hika ingat, saat itu umurnya baru delapan tahun.
"Hikari Azure!"
Hika menoleh pada Elvan Aosora yang berlari menghampirinya seraya melambaikan tangan. Padahal Oma sudah seringkali memperingati bahwa tidak boleh berteriak di dalam kastil, tapi Elvan mana peduli?
"Apa?"
"Mau kemana?" tanya serigala cilik yang seumuran dengan Hika itu.
"Mau nemenin Issa main." Elvan baru sadar jika sedari tadi Hika menggandeng sosok kecil yang memeluk boneka dengan tangan kiri dan pacifier yang menyumpal mulut. Clarissa Azora mendongakkan kepala, mata bulatnya mengerjap pelan saat Elvan melempar cengir lucu padanya.
"Ih, kamu mau ikut nyusup ke ruangan Opa gak?" bisik Elvan. Ia melirik Clarissa yang hanya memperhatikan dua kakaknya dengan tenang.
"Ngapain?" Hika mengerutkan kening. "Nggak boleh tauuu, kan udah dilarang Ayah."
Mendengar nama orangtuanya disebut membuat Clarissa menoleh. "Hng?"
"Ih jangan kedengeran Issa!"
"Jangan kedengeran gimana sih, Issa kan disebelah kita."
Clarissa yang berusia tiga tahun itu tentu tidak akan mengerti dengan ucapan kakak-kakaknya. Yang ingin ia lakukan sekarang hanya pergi ke ruang bermain bersama Hika yang sudah berjanji untuk menemaninya.
"Ih, emangnya kamu nggak mau tau second-gender Bang Ze, Mas Iyel, sama Kak Oliv?"
Hika mengerucutkan bibirnya. "Ya mau sih, tapi kan kita udah dilarang ke sana. Trus Issa gimana? Aku udah janji mau nemenin dia main."
Elvan celingukan kemudian matanya berbinar cerah saat melihat sosok pengasuh Clarissa yang sepertinya sedang mencari si kecil. Kebiasaan, Hika pasti membawa pergi Clarissa tanpa bilang ke pengasuhnya.
"Aunty Wendy!"
Sosok yang dipanggil itu menoleh dan menghampiri ketiganya dengan tergesa. Tangannya segera berkacak pinggang kala akhirnya menemukan anak asuh yang sudah ia cari sampai pusing tujuh keliling. Masalahnya kalau Clarissa sampai hilang, kepala wanita itu taruhannya.
"Hika!" Wendy menggeleng. "Kan Aunty sudah bilang, kalau mau bawa Issa tuh ngomong dulu. Jadi Aunty nggak panik nyarinya."
Hika terkikik kemudian menyerahkan Clarissa pada Wendy. "Bukan salahku! Issa yang nyamperin sendiri waktu aku lewat depan taman."
Clarissa tetap tenang saat Wendy mengangkat tubuhnya untuk digendong. Namun bayi serigala itu mulai gelisah seakan menyadari bahwa ia akan berpisah dari kakaknya. Bungsu Bluford generasi tiga itu melepas pacifiernya dan merengek seraya tangannya berusaha menggapai Hika.
"Tuh kan! Issa tuh nggak bisa lepas dari aku." Hika mencium tangan Clarissa berkali-kali dan memamerkan taringnya yang mungil. "Nanti ya main sama Kakak. Kakak mau pergi sebentar, oke?"
"Mau kemana?" Wendy memicingkan mata sembari menatap Hika dan Elvan bergantian. "Kalian ada kelas Mr. Christopher setelah ini kan?"
"Ih, kelasnya diundur sampai nanti sore!" ujar Elvan dengan tampang meyakinkan.
"Benar?"
"Iya!"
Wendy menghela napas kemudian mengangguk. "Oke, jangan main terlalu jauh. Sudah izin dengan Aunty Irene dan Uncle Samuel?"
Kedua bocah serigala itu melipat bibir kala nama pengasuh mereka disebut. Dengan tatapan mata, Elvan mengode Hika lalu keduanya mengangguk bersamaan seraya berseru; "Sudah!"