I

43 3 0
                                    

"Apa yang membuat kamu merasa pantas berada di sekolah ini?"

Pertanyaan ini membuat seorang siswa berandal, Bilal Maharwi, berpikir dan seperti yang kita sudah duga, dia tidak tahu apa yang dia pikirkan.

"Hmmm ... saya belum punya jawabannya, pak. Bisa spill jawabannya, pak?" jawab Bilal dengan polosnya, yang secara tidak langsung memancing emosi si Kepala Sekolah.

"Kamu berani main-main dengan saya, hah?" ucap Kepala Sekolah, tidak terima dengan kepolosan Bilal yang terasa dibuat-buat. "Kamu tau gak? Udah berapa uang yang kami keluarkan untuk mengganti barang sekolah yang kamu rusak?"

"Uhhh ... 300 ribu?" tebak Bilal.

"920 ribu, ogeb! Mana ada meja yang harganya segitu?" balas Kepala Sekolah emosi.

"Ada sih, pak. Cuma ... KW," tambah Bilal yang membuat Kepala Sekolah makin emosi.

"Ya kalo udah tau KW, kenapa pake jawaban itu!" Otak Kepala Sekolah benar-benar dibuat bekerja keras oleh kepolosan Bilal yang bahkan setan pun tidak bisa melawannya.

Dia telah menyesal menerima anak itu. Kalau saja dia tahu kalau anak itu bakal menjadi biang masalah, dia akan menolaknya dengan sepenuh sadar. Tapi, karena sesuatu yang berharga, dia harus menerimanya. Ibaratkan seperti seorang remaja labil yang harus memilih antara pacar atau mantan.

"Terserah kamu, nak. Bapak capek."

"Ya kalau capek, gak usah kerja, pak." Lagi-lagi, dia memancing emosi Kepala Sekolah yang membuatnya diusir dengan diseret badannya keluar.

"Don't ever get yourself trouble, you little shit," ancamnya, sebelum menutup pintu kantornya dengan kencang; menandakan dia serius.

Apakah dia sadar akan kesalahannya?

Tentu saja tidak.

Dia malah bertanya kepada otaknya apa yang salah dengan Kepala Sekolah, bukan apa yang salah dengan dirinya. Benar-benar spesial anak ini.

"Oi, Bil!" panggil seseorang dari kirinya.

Dia menoleh dan mendapati dua sahabatnya yang sedang berjalan ke arahnya. Mereka berdua sudah tahu kalau teman mereka ini akan berurusan dengan Kepala Sekolah, mengingat tindakan-tindakannya yang sebenarnya bersumber dari candaan mereka; yang sayangnya dia anggap serius.

"Bil, bil. Gak bosen apa ke sana terus?" tanya Januar, sahabat Bilal yang terkenal karena kepintarannya dan aksen Australia kentalnya.

"Enggak," jawab si narasumber dengan polosnya (lagi).

Kevin, sahabat Bil yang bersama Januar, hanya bisa menghela nafas dan tidak menyangka kalau dia akan berteman dengan seorang otak penyedot seperti dia. Bukan tanpa alasan, otaknya selalu menyedot segala ucapan orang secara mentah-mentah sehingga menimbulkan aksi-aksi bodoh yang merugikan masyarakat.

"Kalau kayak gini terus, gimana mau dapet pacar, Bil," ucap Kevin, tidak sengaja menyinggung Bilal.

"Maksud lu apa bilang gitu? Mau rebut bintang gue?" Bilal mulai curiga dengan sahabatnya itu, merasa ada tanda-tanda ketertarikan.

"Ya ... Gak gitu maksud gue," respon Kevin, membuat Bilal semakin curiga.

Januar, yang sudah menduga ini akan terjadi, berjalan ke tengah dan meminta mereka untuk menenangkan pikiran mereka serta menjauhi tuduhan-tuduhan tidak berdasar itu. Dia tahu betul kalau Kevin tidak seputus asa itu dalam mendapatkan perempuan, malah para perempuan itu yang berputus asa.

Bagaimana tidak? Kriteria idaman dia sangatlah berat.

Paham musik, tahu batas dalam melakukan sesuatu yang gila, tidak malu-maluin dirinya, dan juga mau melakukan apa yang dia minta. Yang lain lebih terdengar seperti budak, daripada kekasih. Tapi, mau bagaimana lagi, dia maunya yang seperti itu.

"Gue tahu lu masih galau, Bil. Tapi jangan kayak gini lah," ucap Januar, mengungkapkan rasa kasihan dengan sahabatnya.

"I know, Jan. I know! But I-"

Ucapan Bilal disela oleh seorang siswa yang berlari menuju kantor kepala sekolah dan memasukinya tanpa ragu-ragu, membuat semua mata tertuju pada ruangan itu.

Januar dan Kevin penasaran dengan siswa itu, mendekati pintu untuk menguping pembicaraan mereka. Sementara, Bilal sedang malas berurusan dengan Kepala Sekolah sehingga dia memilih untuk pergi saja sembari mencari tempat untuk menenangkan diri, meninggalkan dua sahabatnya dalam misi rumpi mereka.

———

Di atap sekolah

Bilal terlihat sedang bersandar di tembok, memandang langit dengan surau; berharap hidupnya bisa seindah awan-awan di siang hari.

Dia tidak mengerti. Apa alasan dia dilahirkan? Kenapa dia hidup dengan kualitas serendah babi? Kenapa dia tidak bisa menjalani kisah romantis seperti Romeo dan Juliet? Kenapa dia tidak bisa mendapatkan itu semua?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus memenuhi pikirannya dan itu membuatnya tidak sadar kalau sedari tadi, sudah ada cewek berkerudung yang sedang berdiri di sampingnya.

"Halo!" sapa si cewek dengan senyum tutup mata.

"Aaaa!" Bilal kaget, mengira dia hantu. "Udah berapa lama lu di sini?"

"Hmmm ... Barusan," jawabnya dengan senyum.

Meskipun cewek itu cantik, dia masih tidak bisa berhenti pernapasan berlebihannya karena rasa kejut dan dia juga tidak bisa berhenti bertanya kenapa dia tidak merasakan keberadaan cewek itu, seolah-olah dia bukan manusia.

"Iya. Sorry deh kalau gue kagetin lu," ucapnya sebelum mengulurkan tangan.

"Nama gue Bintang, Bintang Kemanggi Azeara."

Bilal, melihat cewek itu mengulurkan tangan, menerimanya dan membalas perkenalannya dengan singkat. "Bilal."

"Ihh! Lucu banget namanya," responnya dengan imut, membuat Bilal sedikit geli.

"Jangan gitu napa. Geli gue," ucapnya tanpa ragu-ragu.

"Ya maaf," balasnya dengan cemberut, sebelum kembali ceria lagi karena teringat satu hal.

"Eh! Lu tau gak sama cewek yang tadi lari ke ruang Kepsek?"

Seketika, Bilal mengalami kilas balik dimana sebelum dia naik ke atap, dia melihat seorang gadis berseragam tidak teratur berlari ke kantor Kepala Sekolah dengan ekspresi panik.

"Iya. Kenapa?"

"Sini. Gue mau bisikin sesuatu," suruh Bintang sembari mengayun tangannya.

Bilal, sedikit penasaran, menghampiri Bintang dan cewek itu mendekatkan mulutnya ke telinga; lalu membisikkan berikut:

"Itu cewek abis diperkosa sama anak Kepsek."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang