Cerita ini hanya fiktif belaka. Tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
"Ladies and gentlemen, we will be landing shortly. Please ensure your seat belts are securely fastened, your tray tables and seat backs are in their full upright position, and all electronic devices are turned off. Thank you for choosing to fly with us today, and we hope you have a pleasant stay at your destination."
Suara pengumuman bahwa pesawat akan segera landing menggema di seluruh kabin pesawat yang tengah mengudara. Sosok pria yang sedari tadi mengistirahatkan tubuhnya mengerjap pelan sembari melalukan perenggangan sebelum akhirnya mengarahkan pandangan keluar ke arah jendela pesawat. Pemandangan negara yang akan ia tuju, semakin terlihat dengan jelas.
Hingga, jarum jam menunjukkan pukul 10 pagi waktu Toronto saat pesawat mendarat dengan mulus. Pria itu, Jeffery namanya, bangkit dari kursinya dengan langkah mantap. Langit Kanada yang kelabu menyambut kedatangan Jeffery, seorang duda kaya raya yang baru saja mendarat di Bandara Internasional Toronto Pearson. Ia melangkah dengan santai menuju ruang tunggu VIP bersama sang asisten.
Jeffery atau kerap dipanggi Jeff, bukan sembarang orang. Di usianya yang baru menginjak 40 tahun, ia telah menjelma menjadi salah satu maestro bisnis ternama di negaranya. Ketajaman otaknya dalam membaca peluang dan kegigihannya dalam membangun bisnisnya telah mengantarkannya pada puncak kesuksesan. Namanya tak hanya harum di tanah kelahirannya, tapi juga di kancah internasional.
Tujuan Jeffery ke Toronto kali ini sebenarnya adalah untuk menghadiri sebuah forum bisnis internasional yang mempertemukan para pemimpin industri dari berbagai penjuru negara. Ia diundang sebagai salah satu pembicara utama, sebuah kehormatan yang tak bisa ditolaknya. Tak hanya itu, ada beberapa pertemuan yang memang harus ia lakukan untuk membicarakan terkait perusahanan cabang yang ia miliki di negara Kanada ini.
"Bagaimana dengan schedule hari ini?" Suara beratnya keluar begitu ia duduk pada salah satu kursi di ruang tunggu bandara yang memang telah disediakan untuknya.
Sang asisten yang sejak tadi setia mendampingnya mulai mengecek tab yang selalu ia bawa. Diperhatikan kembali setiap jadwal yang sudah terstruktur rapi dengan cermat dan ketika tidak menemukan perubahan, segera ia melaporkan.
"Untuk jadwal hari ini tetap berjalan sesuai yang ditentukan sebelumnya, dan tidak ada perubahan atau tambahan jadwal Pak."
Jeffery mengangguk pelan dan mulai mempertanyakan perihal lain, "Bagaimana pertemuan dengan C.P Corp? Apakah mereka setuju mengundurnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Dunia; Satu Luka
Teen Fiction-Jean dengan dua dunianya yang penuh luka Written by xttataa_ ©®All Photos from Pinterest