1. Four shadow 🌑

4 2 0
                                    

"Mereka benar- benar misterius, keberadaannya tak pernah terduga layaknya bayangan... "

                                          ~Amerta Renjana

Seorang laki-laki bernetra biru navy itu tidak ada lelahnya memandangi deretan kalimat per kalimat dari buku berjudul"𝘿𝙚𝙖𝙩𝙝 𝙉𝙤𝙩𝙚" yang tengah dibacanya, tanpa menghiraukan bahwa sembari tadi ada seorang gadis berbandana biru yang tengah memandang nya lekat.

"Dia Akara" gumam gadis itu.

Sontak kedua netra cokelat terang milik gadis itu melebar ketika tiba-tiba laki-laki yang dilihatnya itu mengangkat kepalanya dan menoleh ke sekeliling, kedua sorot matanya yang berwarna biru navy itu menelisik ke penjuru ruangan perpustakaan seolah, tengah mencari sesuatu.

Deg!

Jantung gadis itu terpacu dua kali lebih cepat ketika ia merasakan ada seseorang yang menepuk pundaknya.

Setelah sepersekian detik gadis itu menormalkan detak jantungnya, pada akhirnya ia memberanikan diri untuk menoleh ke belakang guna mengetahui siapa sosok yang sudah berhasil mengejutkannya.

Sosok berhidung mancung, kulit putih dengan sorot tajam bak elang itu ternyata sudah menatapnya dengan tatapan yang sulit didefinisikan.

"Berhenti menatapnya dan berhenti menggumamkan namanya! " ucapnya lalu pergi.

"Amorfati" ucap gadis itu dalam hati.

Amorfati berjalan ke arah seorang laki-laki berwajah datar dengan aura dingin tak tersentuh yang diketahui bernama Akara itu.

Tanpa kode dan tanpa pembicaraan Amorfati terus menatap tajam kearah Akara seolah, mereka tengah berbicara melalui ikatan batin.

Dan didetik yang sama ketika gadis berbandana biru itu melihat interaksi antara Akara dan Amorfati, Tiba-tiba Akara juga menatap kerahnya dengan tatapan datar, tatapan mereka beradu sepersekian detik, seolah tengah menilai gadis berbandana biru itu dari atas sampai bawah yang membuat gadis itu semakin gugup.

"Amerta Renjana" ucap Amorfati yang serupa dengan bisikan namun, masih bisa dipahami oleh gadis itu.

Amerta - gadis berbandana itu semakin mengeratkan pegangannya pada buku
"Eternity" yang dibacanya saat mengetahui bahwa Amorfati ternyata menyebutkan nama lengkapnya.

"Ayo balik ke kelas, bentar lagi bel" ucap seorang perempuan berambut lurus panjang , bernama Anagata itu dengan pelan karena sekarang mereka sedang berada di perpustakaan.

"Oh oke" jawab Amerta yang kemudian menutup buku bacaannya namun, saat matanya kembali melihat kearah Akara dan Amorfati, ternyata mereka sudah tidak ada.

Amerta dan Anagata berjalan beriringan dalam diam menuju kelas namun, pikiran Amerta melayang jauh pada kejadian beberapa menit yang lalu di perpustakaan bahkan, kalimat Amorfati masih terekam jelas dipikirannya.

"Berhenti menatapnya dan berhenti menggumamkan namanya"

Amerta memejamkan matanya berharap kalimat suara dari Amorfati itu hilang dari pikirannya.

Setelah Amerta dan Anagata masuk ke dalam kelas,tak lama kemudian Pak Dikara- guru sejarah Indonesia masuk kedalam kelas. Pandangan Amerta tak pernah lepas dari seorang Akara ketika ia berjalan menuju mejanya, karena Akara yang duduk dibarisan depan tepat dihadapan Amerta.
Terlihat Akara yang tengah menuliskan sesuatu dibukunya dengan teling kanan yang memakai earphone berwarna putih.

Tatapan Amerta beralih kearah Amorfati yang duduk bersebrangan disebelah kanannya yang ternyata tengah menatapnya sinis.

Memang! Di SMA "Sansekerta" ini setiap murid duduk dibangkunya sendiri-sendiri menerapkan kemampuan individual masing- masing jadi, tidak akan ada diskusi atau bekerja sama saat diadakannya ulangan maupun ujian.

"𝐀𝐤𝐚𝐫𝐚"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang